Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Anak Perlu Latihan Berbagi Makanan, Asah Empatinya

ilustrasi makan kue (pexels.com/Danik Prihodko)

Berbagi harus dibiasakan sejak usia dini supaya saat anak besar tidak sulit untuknya memulai. Bila hatinya sudah lapang untuk memberi semenjak anak-anak, ketika dewasa pun menyisihkan sebagian rezeki terasa otomatis. Namun, manfaat latihan berbagi juga gak hanya dalam jangka panjang.

Anak yang mulai dilatih buat berbagi makanan dengan teman serta saudara sebayanya juga akan segera menunjukkan perubahan yang positif dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk buat orangtua yang kerap stres oleh rewelnya anak terkait makanan. Pun makanan yang bisa dibagikan bervariasi. 

Tidak harus jenis makanan berat yang dibeli di luar atau dalam jumlah besar seperti berbagi di panti asuhan atau dengan seluruh teman sekelas. Makanan rumahan dan aneka jajanan pun bisa dinikmati anak bersama teman mainnya sehari-hari. Berikut lima alasan anak perlu latihan berbagi makanan dalam kehidupan sehari-harinya.

1. Biasanya anak paling sulit berbagi makanan dan mainan

ilustrasi makan roti (pexels.com/Kampus Production)

Tantangan berbagi untuk orang dewasa biasanya terkait uang. Pasalnya, kebutuhan hidup yang mesti dipenuhi secara mandiri oleh orang dewasa amat banyak. Sementara itu, bekerja mencari uang tidak semudah membalik telapak tangan. Berbeda dengan anak yang cenderung belum peduli dengan nilai uang apalagi kebutuhan hidup.

Namun jika mengenai makanan atau mainan, anak umumnya sangat pelit. Meski kamu membelikannya dalam jumlah yang banyak, dia ingin semuanya buat diri sendiri. Sebenarnya, dirimu dapat saja melatih anak untuk berbagi mainan.

Akan tetapi, jenis mainan yang berbeda-beda bikin anak makin tak mau melepasnya satu pun. Lebih mungkin untuknya belajar mengikhlaskan apabila kamu membeli atau membuat satu jenis makanan dalam jumlah yang besar. Meski anak awalnya berat buat berbagi, jumlahnya yang gak mungkin dihabiskan sendiri mendorongnya untuk lebih ikhlas. 

Penting buat anak bisa berbagi hal-hal yang disukainya. Bukan sebaliknya, dia cuma mau memberikan hal-hal yang tak digemarinya. Inti memberi adalah melatih keikhlasan hati. Kalau hati sudah dibiasakan untuk berbagi makanan kesukaan, memberikan hal-hal lain pun akan terasa lebih ringan.

2. Agar anak gak rewel lagi soal makanan

ilustrasi makan popcorn (pexels.com/Monstera Production)

Menghadapi kerewelan anak dalam hal makan memang bikin stres. Meski kamu sudah menyiapkan berbagai makanan yang enak-enak, tetap saja anak melakukan gerakan tutup mulut. Bila anak ditanya tentang makanan yang diinginkan serta dirimu memenuhinya, paling cuma dimakan sedikit.

Jika seperti ini, boleh jadi masalahnya bukan di jenis makanan yang dihidangkan di meja. Namun, anak perlu dilatih untuk berbagi makanan. Khususnya, pada anak-anak yang kurang beruntung. Seporsi nasi dengan ayam goreng boleh jadi tak lagi spesial buat anak sebab ia sudah kerap menikmatinya.

Akan tetapi, untuk anak-anak itu ternyata amat istimewa. Ketika anakmu melihat ekspresi bahagia dan penuh syukur kawan-kawannya, anak bakal melihat makanan yang sama dengan cara berbeda. Ternyata setiap jenis makanan adalah anugerah yang harus dinikmati penuh syukur. Setelah berbagi, anak mau makan apa saja yang disajikan untuknya karena mengingat lahapnya teman-teman yang memperoleh makanan darinya.

3. Biar sadar pentingnya menghabiskan makanan

ilustrasi berbagi makanan (pexels.com/Gustavo Fring)

Anak tidak cuma perlu belajar mau makan apa saja yang dimasak oleh orangtua. Dia juga harus dibiasakan buat menghabiskan makanannya supaya tidak mubazir. Kalau anak punya makanan yang terlalu banyak buat diri sendiri, sebagiannya bisa diberikan pada kawan yang mau.

Misalnya, kamu membawakannya bekal dua buah roti lapis. Sementara itu, nafsu makan anak berubah-ubah. Ada kalanya anak mudah merasa lapar dan menghabiskan bekalnya. Tetapi ada saatnya pula ia masih merasa kenyang sehingga cukup makan siang dengan satu roti lapis.

Jika anak belum dibiasakan berbagi makanan, dia pasti membawa pulang sisa roti lapis di kotak bekalnya. Padahal, di sore hari isiannya sudah gak fresh sehingga di rumah hanya dibuang. Namun dengan anak telah terbiasa berbagi makanan, pilihannya cuma dua.

Yaitu, ia menghabiskan bekalnya atau membaginya dengan teman. Dalam setiap makanan yang tersisa, anak akan merasa sayang. Dia teringat kegiatannya berbagi makanan. Di luar sana masih banyak teman sebayanya yang lapar.

4. Habis makan besar sekalian membereskan peralatannya

ilustrasi makan bersama (pexels.com/Faiaz Ahmad Emon)

Bila kegiatan berbagi makanan juga dibarengi dengan makan bersama, anak dan teman-temannya bisa sekalian latihan beres-beres. Ia akan lebih termotivasi untuk menunjukkan sikap rajin dan bertanggung jawab atas peralatan makannya. Ada perasaan malu apabila anak sama sekali gak mau membersihkan piring serta gelasnya sendiri.

Atau, membuang kemasan makanan dan minuman ke tempat sampah. Sebagai penyelenggara acara, kamu dapat membimbing mereka semua untuk gak langsung pergi selepas kenyang. Mereka bisa bergantian mencuci gelas dan piring atau berbagi tugas.

Seperti ada kelompok anak yang mencuci peralatan makan, membersihkan karpet dari makanan yang tercecer lalu menggulungnya, dan menyapu lantai. Baik kegiatan inti berbagi makanan maupun beres-beres setelahnya sama baiknya. Berbagi makanan melatih kedermawanan, sedangkan membereskan peralatan makan serta tempat acara menumbuhkan rasa tanggung jawab.

5. Belajar memberi dengan porsi serta jenis yang sama

ilustrasi makan es krim (pexels.com/Charles Parker)

Berbagi makanan termasuk yang paling mudah dilakukan karena jenis dan porsinya pasti sama. Memesan atau membuatnya dalam jumlah besar lebih gampang ketimbang menyiapkan jenis pemberian lainnya, seperti boneka atau tas. Dari segi biaya juga terjangkau, misalnya sepaket makanan dan minuman hanya 20 sampai 25 ribu rupiah. Kalau hanya makanan dan minuman ringan lebih murah lagi.

Untuk mainan atau tas anak, tentu harganya lebih mahal dari itu. Pun semua anak cenderung kurang puas bila memperoleh mainan atau tas yang sama karena tampak membosankan. Berbeda dengan makanan yang kesamaannya justru mencegah anak-anak berebutan.

Apa yang disantap anakmu juga dinikmati oleh teman-temannya. Selain simpel dalam kamu menyiapkannya, sesungguhnya ada pelajaran yang lebih besar untuk anak. Yaitu, ia akan terbiasa memberikan sesuatu yang juga disukainya pada orang lain. Sehingga pemberiannya pasti layak diterima. Bukan ia makan yang enak-enak, sedangkan orang lain diberi makanan yang lebih murah dan rasanya kurang.

Jangan berpikir berbagi makanan harus secara besar-besaran. Justru anak perlu latihan berbagi makanan dan kebiasaan ini perlu dilakukan dalam kesehariannya. Seperti saat ia mengudap jajanan apa pun, beri juga saudara atau teman yang ada di dekatnya. Anak boleh menyantapnya sendiri kalau mereka benar-benar menolak. Jangan malah anak menawarkannya pun tidak atau marah ketika kamu menyuruhnya berbagi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us