5 Cara yang Bisa Orangtua Lakukan Demi Hindari Budaya Achievement Trap

Kebanyakan orangtua merasa lebih baik dengan terlibat secara intens pada pencapaian anaknya. Tanpa sadar hal ini justru menghantui anak terus menerus karena hasrat orangtua agar anaknya mencapai sesuatu.
Gak jarang harapan tersebut bukanlah keinginan anak itu sendiri, melainkan keinginan atau bahkan obsesi orangtuanya. Itulah yang disebut dengan achievement trap, keadaan di mana seseorang terjebak dengan hasrat untuk selalu mencapai sesuatu yang lebih dan lebih lagi.
Budaya ini gak jarang juga dipraktikkan oleh orangtua pada anak-anaknya. Beberapa bahkan sudah melakukan hal ini pada saat anak masih dalam kandungan, lho!
Contohnya, saat seseorang merasakan anaknya sangat aktif menendang, ia akan berharap anaknya kelak menjadi atlet yang hebat, atau saat anak merespon baik suara musik saat dalam kandungan, orangtua kadang secara tidak sadar berharap kelak anaknya menjadi musisi yang hebat.
Tentu sebagai orangtua yang baik kita perlu untuk menghindari hal ini, ya! Jadi, wajib kita simak beberapa cara berikut untuk menghindari achievement trap.
1. Beri anak ruang menentukan minat dan bakatnya sendiri

Budaya Achievement Trap pada orangtua gak jarang membuat mereka mendorong anaknya mencapai tujuan yang bukan keinginan anaknya. Hal ini bisa menyebabkan anak berada di situasi yang toksik. Bukannya bisa menjadi lebih baik, anak justru rentan terkena stress, bahkan bisa menjadi bumerang bagi orangtua.
Untuk itu, penting bagi orangtua untuk memberi anak ruang memilih minat dan bakat sendiri. Jika anak sudah menentukannya, orangtua bisa terlibat dengan memberikan dukungan.
Dukungannya pun bisa dengan berbagai macam cara dan rupa, bisa dengan mendaftarkan anak ke sebuah klub, meminta jasa tutor, atau bahkan terlibat secara langsung mengajari.
2. Menentukan batasan yang jelas jika ingin terlibat

Meski kita yakin terlibat secara intens bisa berdampak baik pada anak, kita harus tetap memiliki batas. Tentukan batasan yang jelas jika ingin terlibat pada pencapaian anak. Jangan terlalu berlebihan hingga mengabaikan minat dan bakat yang anak miliki.
Jangan memposisikan diri sebagai penentu tujuan, karena itu merupakan hak anak. Orangtua yang tidak memiliki batasan dalam hal ini biasanya meletakkan harapan yang sangat tinggi. Harapan yang tinggi itu bisa meningkatkan kecemasan, tidak hanya pada anak saja tapi juga orangtua.
3. Mengajari anak menentukan target yang wajar

Budaya achievement trap biasanya menjebak seseorang pada obsesi yang terus meningkat dalam mencapai tujuannya. Contohnya, saat seorang anak sudah menjadi juara tapi masih terus berusaha meningkatkan nilainya secara berlebihan. Hal ini bisa berdampak kurang baik jika dibiarkan.
Untuk menghindari budaya ini, orangtua harus mengajari anak menentukan target yang wajar. Ajarkan anak membuat target yang manusiawi dan sesuai dengan kemampuannya. Dengan membantu anak mengendalikan obsesi yang tidak tepat itu, anak bisa mencapai tujuannya dengan lebih tertata dan minim stress.
4. Berhenti membandingkan-bandingkan anak

Achievement trap biasanya terjadi karena seseorang terus merasa kurang. Perasaan tidak pernah cukup ini bisa dipicu karena kita terlalu ingin tahu pencapaian orang lain. Saat orangtua memerhatikan pencapaian anak lain, perilaku membandingkan akan muncul secara tidak sadar.
Saat orangtua selalu membandingkan anaknya, anak akan terus merasa kurang. Ia akan menganggap pencapaiannya bukan apa-apa, dan akan mendorong dirinya secara berlebihan untuk mencapai tujuannya.
5. Berikan anak apresiasi atau pujian saat berhasil mencapai targetnya

Memberikan anak pujian atau apresiasi pada tiap pencapaiannya bisa membantu anak memiliki target yang wajar. Anak akan merasa cukup tapi juga tetap termotivasi secara sehat. Memberikan pujian juga membuat anak merasa percaya diri.
Seremeh apapun pencapaian anak-anak, usahakan untuk tetap memberikan apresiasi meski sederhana. Apresiasi yang kita berikan bisa begitu berharga, apalagi setelah mereka bersusah payah mencapai tujuannya. Tunjukkan pada anak bahwa kita bangga dan selalu mendukungnya.
Itulah sederet cara menghindari achievement trap yang bisa orangtua coba. Mengingat budaya ini bisa berdampak kurang baik pada cara anak mencapai tujuannya, orangtua perlu untuk mempraktikkan beberapa cara di atas. Jangan meremehkan budaya ini, ya! Semoga artikel ini bermanfaat!