Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan saat Menghadapi KDRT, Jangan Takut!

ilustrasi KDRT (pexels.com/@alex-green)
ilustrasi KDRT (pexels.com/@alex-green)

KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga menjadi satu masalah yang kerap dihadapi oleh banyak pasangan. Sebetulnya bukan hanya perempuan saja yang berpotensi menjadi korban dari tindak KDRT, melainkan juga pria.

Sayangnya terkadang cara dalam menghadapi KDRT tersebut tidaklah selalu tepat. Bahkan ada pula pasangan yang tetap melakukan beberapa kesalahan berikut ini saat memperoleh tindak kekerasan dalam rumah tangga.

1. Diam dan pasrah

ilustrasi merasa sedih (pexels.com/@valeria-ushakova)
ilustrasi merasa sedih (pexels.com/@valeria-ushakova)

Tak dapat dimungkiri bahwa kekerasan dalam rumah biasanya akan menyebabkan efek traumatis tersendiri. Hal ini mungkin yang membuat korban jadi cenderung pasrah dalam menerima kekerasan tersebut.

Sayangnya berdiam diri dalam masalah tersebut tidak akan menyelesaikan apa pun. Bukan dengan cara melawan balik secara fisik, namun harus berani bersuara dalam menyampaikan kesulitannya selama ini.

2. Menutupinya seperti aib

ilustrasi bertengkar (unsplash.com/@javaistan)
ilustrasi bertengkar (unsplash.com/@javaistan)

Kekerasan dalam rumah tangga bukanlah sebuah aib yang harus ditutupi. Apalagi jika membawa dampak yang buruk bagi diri sendiri dan anak-anak. Justru dengan menganggapnya aib, maka pelaku KDRT tidak akan pernah mendapatkan sanksinya.

Jelas saja korban dari KDRT wajib bersuara untuk menyatakan posisinya. Setidaknya dengan berani bersuara, maka tindakan seperti ini dapat dicegah di kemudian hari.

3. Menganggap pasangan akan berubah

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/@timur-weber)
ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/@timur-weber)

Satu mindset keliru yang kerap terdapat dalam rumah tangga adalah menganggap pasangannya mau berubah. Apalagi jika sebelumnya justru pasangan memiliki karakter yang kasar dan buruk.

Padahal watak seseorang tetaplah seperti itu dan kamu tak dapat mengubahnya terkecuali ia ingin berubah sendiri. Sama halnya apabila pasanganmu merupakan pelaku KDRT, sehingga kamu tidak bisa terus menerus memaklumi tindakan pasangan.

4. Bertahan demi anak

ilustrasi keluarga bahagia (unsplash.com/@jimmydean)
ilustrasi keluarga bahagia (unsplash.com/@jimmydean)

Berada dalam hubungan yang sudah dikaruniai anak memang tidaklah mudah. Terkadang ada banyak pertimbangan mengenai anak sebelum mengambil keputusan. Namun, kamu tidak bisa terus menerus seperti ini apabila memang memikirkan soal anak.

Mempertahankan rumah tangga justru akan membuat anak turut tersiksa. Justru hal ini akan mengancam kondisi mental anak, sebab akan memperoleh pengaruh buruk dari tindakan orangtuanya sendiri.

5. Bergantung pada pasangan

ilustrasi pasangan (unsplash.com/@itsmiki5)
ilustrasi pasangan (unsplash.com/@itsmiki5)

Memang bukan keputusan mudah untuk berpisah dengan pasangan. Namun, tindak KDRT juga menjadi satu hal yang tidak bisa ditoleransi dalam hubungan. Hal ini harus membuat pasangan ekstra berpikir mengenai hal tersebut.

Tak sedikit orang yang memutuskan bertahan karena terlalu bergantung dengan pasangannya. Ini merupakan satu kesalahan yang sebaiknya tak diulangi lagi. Bagaimana pun juga tentu semua orang berhak bahagia dengan pilihannya.

Kesalahan di atas memang membuat banyak orang sulit keluar dari hubungan yang toxic. Namun, apa pun alasannya tetap saja tidak bisa membenarkan tindak KDRT yang dilakukan. Waspadalah dengan tindak KDRT, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Abdi K Tresna
EditorAbdi K Tresna
Follow Us