5 Tipe Calon Mertua yang Perlu Diwaspadai, Jangan Diabaikan!

Mencari pasangan hidup yang tepat bukanlah perkara mudah. Selain harus saling mencintai dan cocok satu sama lain, ada faktor lain yang tidak boleh diabaikan, yakni calon mertua.
Siapa yang tidak ingin memiliki calon mertua yang baik hati, penyayang, dan mudah diajak komunikasi? Namun, sayangnya tidak semua calon mertua seperti itu. Ada tipe-tipe calon mertua yang dapat membuatmu meragukan hubunganmu dan mempertimbangkan kembali untuk melangkah lebih jauh. Berikut lima di antaranya.
1. Tipe banyak syarat

Tipe calon mertua yang pertama adalah mereka yang banyak syarat. Mereka menentukan banyak persyaratan untuk pasangan menikahi anaknya, tapi kenyataannya, sang anak justru lebih buruk.
Misalnya, mereka menetapkan standar pasangan yang memiliki pekerjaan yang mapan dan status sosial tinggi. Namun, anaknya sendiri tidak memiliki pekerjaan yang stabil dan problematik.
Psikolog Inggris, Dr. Terri Apter menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Difficult Mothers: Understanding and Overcoming Their Power, bahwa perilaku seperti ini dapat terjadi. Sebab, orangtua merasa cemas dan takut kehilangan anak mereka saat menikah.
Hal itu juga dapat terjadi karena mereka ingin menunjukkan keunggulan di hadapan orang lain dengan menikahkan anaknya dengan pasangan yang dianggap cocok.
Orangtua yang memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi dan sulit dipenuhi terhadap pasangan anaknya, cenderung memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan anak dan pasangan mereka.
Oleh karena itu, jika kamu memiliki calon mertua yang banyak syarat, sebaiknya kamu berbicara secara terbuka dengan pasanganmu dan mencari jalan keluar yang tepat. Itu semata-mata demi menjaga hubunganmu tetap sehat dan harmonis.
2. Tipe posesif dengan anaknya

Calon mertua posesif dapat menjadi ancaman bagi hubungan yang bahagia. Mereka cenderung mengutamakan diri sendiri dan merasa bahwa anaknya harus mengikuti kehendaknya. Contohnya, calon mertua yang ingin anaknya selalu tinggal bersama mereka, bahkan ketika sudah menikah.
Menurut Psikolog Kanada, Dr. Cheryl Fraser dalam buku Loving your partner in a healthy way, mertua posesif memiliki kontrol yang berlebihan pada kehidupan anak mereka. Mereka juga cenderung menganggap pasangan anaknya sebagai ancaman bagi hubungan yang telah dibangun bersama anaknya.
Kondisi seperti ini tentunya dapat memicu ketidakseimbangan dalam hubungan dan memengaruhi kesehatan mental pasangan. Menjadi penting bagi anak dan pasangan untuk berbicara terbuka dengan mertua, serta membentuk batasan yang sehat demi melindungi hubungan mereka.
3. Tipe nyinyir

Calon mertua yang suka nyinyir sering kali menjadi rintangan bagi pasangan yang ingin menikah. Mereka memiliki kecenderungan untuk menyatakan pendapat negatif atau berkomentar buruk tentang pasangan dari anaknya, bahkan sebelum pernikahan terjadi. Ini dapat menyebabkan ketegangan dan merusak hubungan antara calon mertua dan calon menantu.
Dr. Sarah Edelman menjelaskan dalam bukunya, Change Your Thinking, bahwa perilaku ini dapat disebabkan oleh rasa takut kehilangan anak mereka atau keinginan untuk mempertahankan kendali atas kehidupan anaknya.
Penting bagi pasangan untuk menghadapi masalah ini dengan cara yang terbuka dan jujur, serta mengambil waktu untuk memahami perspektif masing-masing pihak. Namun, jika perilaku nyinyir terus berlanjut, pasangan harus mempertimbangkan batas-batas yang jelas dan mengomunikasikan harapan mereka dengan calon mertua.
4. Tipe matre dan suka menuntut

Calon mertua matre dapat menjadi batu penghalang saat ingin menikah. Mereka cenderung terus meminta anak dan pasangannya untuk memenuhi kebutuhan materinya.
Dr. Barbara Greenberg, seorang psikolog dari Amerika Serikat dalam How to Deal With Money-Obsessed Parents and In-Laws menjelaskan, bahwa keluarga yang terobsesi dengan uang dan materi biasanya memiliki kepercayaan, bahwa kebahagiaan dan keberhasilan hidup hanya dapat diperoleh melalui kekayaan. Mereka sering memandang rendah pada pasangan anaknya yang tidak memiliki status sosial atau kekayaan yang sama.
Saat berhadapan dengan calon mertua matre, penting untuk tetap berpegang pada nilai-nilai pribadi. Jangan biarkan tekanan dan pertanyaan mereka mengubah pandangan terhadap diri sendiri atau pasangan. Terlebih lagi, jangan biarkan mereka mempengaruhi keputusan finansial. Jika situasinya semakin buruk, sebaiknya bicarakan secara jujur dengan pasangan tentang perasaan kamu terhadap perilaku calon mertua.
5. Tipe pemuja anaknya

Tipe calon mertua seperti ini sering kali menjadi batu sandungan untuk pasangan yang ingin menikah. Dalam situasi ini, para calon mertua memiliki kecenderungan untuk melihat anak mereka sebagai orang yang sempurna dan tidak bisa salah. Salah satunya memarahi pasangan anaknya hanya karena tidak membantu pekerjaan rumah calon mertua.
Padahal anaknya sendiri pun tidak pernah membantunya. Hal itu juga nantinya dapat membuat calon mertua tidak mau menerima kekurangan pasangan mereka dan membuatnya merasa kurang dihargai.
Psikolog asal Jerman, Dr. Heinz Weber dalam The family as a self-fulfilling prophecy: The role of parents in children's educational and occupational attainment, bahwa perilaku ini disebabkan oleh kecenderungan orangtua untuk memperluas identitas diri mereka, melalui pencapaian anak-anaknya.
Dalam beberapa kasus, ini mungkin karena kegagalan mereka dalam mencapai impian dan harapan mereka sendiri. Ketika anak mereka berhasil, maka keberhasilan itu dianggap sebagai milik orangtuanya juga.
Dalam sebuah hubungan, calon mertua dapat menjadi faktor yang memengaruhi keharmonisan pasangan. Namun, meskipun terdapat tantangan dan perbedaan pandangan, penting bagi pasangan untuk belajar memahami dan menyelesaikan masalah tersebut dengan bijak.
Terlebih lagi, hubungan dengan calon mertua yang baik dapat membawa manfaat bagi pasangan, seperti dukungan dan bantuan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, bukan berarti semua calon mertua memiliki sifat negatif yang tidak dapat diubah.
Dengan komunikasi yang baik dan sikap saling menghargai, pasangan dapat menjalin hubungan yang sehat dengan calon mertua mereka. Ingatlah, memiliki hubungan yang harmonis dengan calon mertua dapat membawa kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupan pernikahan.