Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips agar Sifat Ceplas-ceplos Anak Gak Bikin Orang Lain Sakit Hati

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Intinya sih...
  • Anak perlu diajari sopan santun sejak dini untuk menghindari perilaku ceplas-ceplos yang tidak sopan di kemudian hari.
  • Orangtua harus memberikan contoh dan pembinaan kepada anak dalam berbicara agar tidak menyakiti perasaan orang lain.
  • Kebiasaan berbicara anak dipengaruhi oleh lingkungan dan orang dewasa di sekitarnya, sehingga penting bagi orangtua untuk menjadi contoh yang baik.

Ada perbedaan antara sifat ceplas-ceplos pada anak dengan orang dewasa. Pada anak, kesukaannya mengatakan apa pun yang terpikirkan didorong oleh rasa ingin tahu yang besar sekaligus masih terlalu polos. Pengalamannya dalam segala hal termasuk berinteraksi dengan orang lain sangat terbatas.

Anak menjadi belum tahu cara membawa diri yang baik dalam berbagai situasi sosial. Sementara itu, sifat ceplas-ceplos pada orang dewasa lebih pada keengganannya untuk mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip etika. Mereka mungkin sudah tahu norma kesopanan, tetapi memilih buat mengabaikannya dengan bersikap semaunya sendiri. 

Satu hal yang mesti diperhatikan oleh orangtua ialah sifat ceplas-ceplos anak jangan hanya diartikan sebagai tanda akan kecerdasannya. Atau, semua anak memang seperti itu. Kontrol diri serta cara berbicara harus menjadi bagian penting dalam pendidikan anak sejak di dalam rumah. Cegah anak sering menyakiti perasaan orang lain melalui perkataannya dengan cara berikut.

1. Tekankan sopan santun, bukan hanya benar atau salah

ilustrasi latihan membaca (pexels.com/PNW Production)

Kalau kamu tidak mengendalikan sifat anak yang ceplas-ceplos, dia bakal makin tidak sopan di kemudian hari. Kendali atas perkataan bakal dimiliki apabila anak belajar sopan santun sejak dini. Hindari hanya berfokus pada benar atau salahnya isi ucapan anak. Sebagai contoh, anak menasihati orang yang lebih tua tentang sesuatu.

Isi nasihatnya benar dan barangkali dia meniru apa yang pernah dikatakan olehmu dan pasangan pada anak. Namun, orang yang dinasihatinya jauh lebih tua serta datang ke rumahmu sebagai tamu. Di situ juga ada orang lain yang mendengarkan ucapan anakmu. Nasihat yang diberikan tanpa memperhatikan siapa lawan bicara dan situasinya bakal terkesan gak sopan.

Sekalipun perkataan anak pada prinsipnya benar, dirimu jangan asal membela apalagi membanggakannya. Nanti anakmu terbentuk menjadi pribadi yang berlidah tajam. Dia gak bisa mencari cara, waktu, serta tempat yang tepat supaya inti pesannya bisa diterima dengan baik oleh orang lain. Hubungannya dengan orang-orang bakal dipenuhi kesalahpahaman dan ketersinggungan.

2. Beri tahu apa yang boleh atau terlarang dikatakan dan ditanyakan

ilustrasi ibu dan putranya (pexels.com/Kampus Production)

Lebih mudah untuk anak apabila ada rambu-rambu yang jelas berupa contoh ucapan yang terlarang. Misalnya, baik kamu maupun anak sama-sama tahu bahwa ART kalian mengalami masalah bau badan. Larang anak bilang ke asisten rumah tangga bahwa keringatnya bau sekali.

Kasih penjelasan bahwa semua orang yang bau badan tetap akan malu kalau dikritik seperti itu. Mungkin saja ART juga sudah berusaha mengurangi bau badannya, tetapi belum berhasil. Jika pun kamu sekeluarga hendak membantu ART dari persoalannya, kasih petunjuk ke anak.

Seperti dirimu membeli dua buah deodoran lalu yang satu diberikan ke anak. Minta anak memberikannya pada ART sambil berkata itu darimu dan silakan dicoba. Jangan lupa anak pun mesti mengatakan bahwa produk tersebut juga dipakai olehmu. Asisten rumah tangga bukannya tersinggung malah senang memperoleh produk yang sama darimu.

Tentu banyak sekali perkataan atau pertanyaan yang perlu dihindari anak dalam berbagai situasi. Ada hal-hal yang spesifik seperti di atas, tapi ada juga beberapa topik yang relatif umum menyangkut privasi orang lain. Misalnya, pertanyaan seputar agama seseorang yang sebaiknya dihindari karena termasuk urusan pribadi.

3. Jangan berharap apalagi minta orang lain memaklumi perilakunya

ilustrasi ibu dan putranya (pexels.com/G_Masters)

Tanpa kamu memintanya, sebetulnya orang dewasa juga akan selalu berusaha memaklumi perilaku anak-anak. Namun, tentunya hanya jika sikapnya tidak keterlaluan. Oleh sebab itu, bukan salah orang lain kalau terkadang mereka kehabisan kesabaran menghadapi ucapan anakmu yang terlampau berterus terang.

Orang dewasa yang cukup sabar tetap tidak menunjukkan kemarahannya di hadapan anak. Akan tetapi, mereka tak habis pikir dengan caramu dalam mendidiknya. Sekaligus kasihan pada anak yang menjadi tak tahu bahwa ucapan-ucapannya gak memperhatikan perasaan orang lain.

Tanpa orang lain memprotes perkataan anakmu, kamu dan pasangan yang harus jeli mendengarkan kalimatnya. Begitu ada kata-katanya yang tidak sopan, tegur anak. Bilang bahwa itu tak sopan dan bimbing anak buat meminta maaf pada lawan bicaranya. Seseorang mungkin berkata tidak apa-apa. Namun, biasakan anak buat tetap menunaikan kewajiannya meminta maaf atas ucapannya yang kurang menyenangkan.

4. Memperkenalkan anak pada perbedaan dan sikap menghargai

ilustrasi ibu dan putranya (pexels.com/Tamilles Esposito)

Anak bakal makin kritis terhadap hal-hal yang berbeda darinya ketimbang sama dengannya. Contohnya, tentang perbedaan agama. Anak yang ceplas-ceplos dan kurang terbiasa dengan perbedaan bakal bertanya pada temannya, kenapa ia gak seagama saja dengannya? 

Anak bahkan bisa berkata bahwa agama selain yang dianutnya salah. Ucapan anak di atas tentu bakal memunculkan masalah dengan lawan bicaranya. Ini dapat dicegah apabila sejak anak usia dini, dirimu bersama pasangan sudah konsisten mengenalkan anak pada berbagai perbedaan.

Tidak terbatas pada perbedaan agama, tetapi juga bentuk rambut dan sebagainya. Selalu ingatkan anak bahwa perbedaan dalam hal apa pun bukan untuk diperdebatkan. Jangan pula ada perasaan anak lebih baik ketimbang orang-orang yang lain darinya. Anak kudu bisa menghargai seluruh perbedaan itu dan melihatnya sebagai sesuatu yang indah serta saling melengkapi.

5. Introspeksi kebiasaan bicaramu dan pasangan

ilustrasi ayah dan putranya (pexels.com/Kampus Production)

Kebiasaan anak berbicara ceplas-ceplos seperti tanpa berpikir sama sekali tak dibawa sejak lahir. Faktor lingkungan berperan besar dalam membentuk gaya bicaranya. Bila anak berbicara apa saja seakan-akan tanpa kendali diri, jangan-jangan kamu dan pasangan lebih parah lagi.

Kalian juga gak berempati pada orang lain serta hanya mengutamakan kebutuhan pribadi dalam berkomunikasi. Anak yang tadinya tak tahu apa-apa menjadi meniru karena sering mendengarmu dan pasangan berbicara semaunya. Sifat ceplas-ceplos anak sekarang cuma cerminan diri kalian.

Bahkan sebelum kalian mendapatkan momongan idealnya sudah menyadari bahwa apa pun yang dikatakan dan dilakukan olehmu bakal ditiru oleh anak. Dengan begitu, kalian menjadi pribadi yang lebih matang serta memikirkan segala hal yang akan diucapkan. Kalaupun sampai kemarin kalian belum menyadari akibat dari kebiasaan bicara ceplas-ceplos di depan anak, kini mulailah memperbaikinya. Anak segera mengikuti gaya bicara kalian yang baru.

Jika anak dihujat banyak orang lantaran ucapan-ucapannya, sesungguhnya itu masukan penting bagi orangtua. Jangan berdalih ini itu yang hanya akan menghambat kalian dalam memperbaiki cara pengasuhan. Kasihan anak yang menjadi tak kunjung belajar tentang cara berbicara yang santun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us