Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Sikapi Anak yang Sangat Hemat Memakai Uang Saku, Ada Masalah?

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Tiger Lily)

Apa yang pertama terlintas di benakmu saat mendapati anak yang sudah bersekolah mampu menghemat uang sakunya sedemikian rupa? Barangkali sebagai orangtua, dirimu seketika senang serta bangga pada anak. Dengan kemampuannya berhemat, kamu tak perlu pusing sering dimintai tambahan uang saku.

Dirimu juga tahu bahwa untuk anak-anak, jajan menjadi godaan yang amat besar. Tak sedikit anak yang diberi uang saku sebanyak apa pun pasti habis juga. Sebaliknya jika anak hanya diberi sedikit uang, dia bakal marah sampai kurang bersemangat dalam belajar. Namun, sikap anakmu yang sangat irit dalam menggunakan uang sakunya juga tetap perlu diwaspadai.

Tidak selalu itu berarti baik. Kalaupun tak ada masalah apa-apa dengannya di sekolah, orangtua juga harus tetap membimbing anak dalam mengelola uang jajannya. Sikapi penghematannya dengan lima tips berikut. Bila segala sesuatunya aman, kamu bisa lega. Sebaliknya kalau ternyata ada persoalan di sekolahnya, segera bantu anak untuk mengatasinya.

1. Tanyakan apakah dia gak ingin jajan seperti teman-temannya?

ilustrasi ibu dan putranya (pexels.com/Vitaly Gariev)

Kamu tahu bahwa mayoritas kawannya senang jajan. Orangtua mereka sendiri yang menceritakannya. Saat dirimu menjemput anak di sekolah, teman-temannya juga tampak mengerumuni pedagang jajanan dulu sebelum pulang. Maka perbedaan anakmu yang begitu hemat dalam memakai uang sakunya tak ubahnya anomali.

Semua keanehan perlu terlebih dahulu diselidiki agar kamu dapat memutuskan sikap anak masih aman atau gak. Bila dirimu langsung bertanya pada anak tentang ada atau tidaknya masalah di sekolah yang membuatnya malas jajan, nanti anak mengelak. Pertanyaan yang terlalu to the point bukannya terasa sebagai bentuk perhatian, malah bikin dia kurang nyaman.

Mulai penyelidikanmu dengan bertanya apakah anak tak ingin jajan seperti kawan-kawannya? Jika anak cuma menggeleng atau bilang tidak, tanyakan alasannya. Sampai di sini, ia dapat mengemukakan apa yang sesungguhnya membuatnya malas jajan. Seperti kantinnya terlalu penuh di jam istirahat, guru kerap menasihati murid agar tak banyak jajan, atau ada teman yang menyebalkan dan selalu mengganggunya di kantin.

2. Tanyakan juga jika celengannya sudah banyak mau buat apa?

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Tim Mossholder)

Uang jajan anak yang tersisa banyak biasanya dimasukkan ke celengan. Memang anak yang gemar menabung akan senang sekali mendapati celengannya lekas penuh. Namun, celengan yang cepat penuh berarti harus segera dibuka. Lalu, uang di dalamnya hendak diapakan?

Ajak anak untuk mulai membicarakannya. Boleh jadi dia hanya dalam tahap suka mengumpulkan uang, tetapi gak tahu uangnya akan digunakan buat apa. Atau, ia sudah punya tujuan tertentu yang belum diketahui olehmu. Apabila anak memiliki rencana tertentu terkait isi celengannya, pastikan itu hal yang baik.

Bila rencananya ternyata kurang bijak, kamu masih punya waktu buat mengarahkannya. Misalnya, uangnya bakal dipamerkan pada teman-temannya biar mereka terkagum-kagum. Atau, semuanya mau dihabiskan buat beli mainan. Sedang jika anak belum tahu uangnya bakal apa, berikan beberapa opsi.

Seperti sebagian digunakan untuk beli sesuatu yang diinginkannya dan bermanfaat. Contohnya, buku bacaan untuk mengisi libur sekolah. Sebagian lagi dapat ditukar ke uang pecahan yang lebih besar dan kembali ditabung. Gak cuma orang dewasa, anak pun perlu latihan mempunyai tujuan finansial supaya konsisten dalam mengelola uangnya sebaik mungkin.

3. Pastikan anak di sekolah gak minta bekal atau uang ke temannya

ilustrasi murid di sekolah (pexels.com/Ron Lach)

Ini masalah yang gawat kalau sampai terjadi. Meski tampaknya anak sukses berhasil menghemat uang jajannya, bisa saja dia malah gak disukai teman-teman di sekolahnya. Pasalnya, anak tak mau jajan pakai uangnya sendiri. Anak justru meminta jajanan atau bekal kawan-kawannya.

Bahkan ia memalak mereka dengan minta diberi uang atau dibelikan jajanan di kantin. Jika anak sampai berbuat seperti itu di sekolah, ini merupakan persoalan serius. Jangan malah kamu menyebutnya cerdas lantaran apa yang diinginkannya diperoleh tanpa ia perlu mengeluarkan uang sakunya sepeser pun.

Tindakan anak yang memalak temannya merupakan bagian dari perundungan. Sekaligus menggambarkan sifat curang mulai tertanam dalam dirinya. Segera tangani sebelum karakter anak telanjur negatif dan sukar diubah. Anak sudah diberi uang saku yang cukup. Dia harus membayar apa-apa yang ingin dibelinya di kantin dengan uangnya sendiri.

4. Tawarkan untuk menambah bekal

ilustrasi anak sarapan (pexels.com/NAM PHONG BÙI)

Sekalipun selama ini anak sudah bawa bekal makanan dan minuman ke sekolah, boleh jadi masih kurang. Kamu sengaja memberinya uang saku supaya ia dapat menambah bekal dengan beberapa jajanan yang diinginkannya. Bekal dari rumah sengaja gak disiapkan banyak-banyak agar dia tak mudah bosan.

Akan tetapi, ternyata anak tidak menggunakan uang sakunya buat jajan. Tawarkan pada anak buat menambah bekal makanan serta minumannya jika memang ia malas jajan di sekolah.

Tak semua anak mau langsung mengatakan kebutuhannya akan tambahan bekal. Anak yang cenderung menerima saja apa-apa yang diberikan orangtuanya berusaha mencukupkan bekalnya sedemikian rupa.

Dengan dirimu terlebih dahulu menawarkannya, anak tinggal menerima atau menolaknya. Namun apabila anak tidak mau membawa lebih banyak bekal lantaran waktu istirahatnya mepet, jangan pula memaksanya. Supaya asupannya tetap cukup sepanjang hari, nanti anak sepulang sekolah dapat makan lagi di rumah.

5. Jangan lantas memotong uang sakunya

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Mehmet Turgut Kirkgoz)

Biar anak saja yang menghemat uang sakunya. Orangtua tidak perlu ikut-ikutan irit, tetapi dengan cara memangkas uang jajan anak. Meski sebagian besarnya gak dibelanjakan oleh anak, bukan berarti kamu boleh menariknya kembali. Biarkan anak menikmati hasil berhematnya.

Bukan malah anak yang susah payah menahan keinginan untuk jajan dan orangtua yang menikmati hasilnya. Apabila dirimu juga sedang perlu berhemat, lakukan di pos-pos lain yang tak secara langsung berimbas pada anak. Bagaimanapun juga, tugas orangtua adalah menafkahi anak. Apalagi sejak awal kamu juga gak berlebihan dalam memberinya uang jajan.

Memang sifat anak yang berhati-hati dalam memakai uangnya. Seharusnya sifat positif ini diapresiasi dengan pujian atau hadiah di akhir bulan. Jangan malah kamu memotong uang sakunya yang bakal dirasakannya sebagai hukuman. Jika ini dilakukan, anak bisa kehilangan motivasi. Ia justru berpikir mending uang sakunya dihabiskan buat jajan ketimbang dipotong olehmu.

Meski gak banyak, memang ada anak yang cenderung hemat. Biasanya anak yang pemalu atau sangat fokus pada pelajaran kurang tertarik untuk pergi ke kantin. Uang sakunya menjadi hampir utuh. Pastikan anak berhemat dengan keinginannya sendiri. Bukan karena ada masalah lain yang serius dan membuatnya malas jajan seperti teman-teman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us