Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Perilaku Anak yang Perlu Didisiplinkan saat Ada Tamu, Wajib Sopan!

ilustrasi anak berbaring (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi anak berbaring (pexels.com/Yan Krukau)

Siapa pun tamu yang datang ke rumah mesti disambut dengan baik. Tuan rumah tidak hanya terdiri dari kamu dan pasangan, melainkan juga semua orang yang tinggal di situ. Termasuk anak sehingga ia harus sejak dini belajar bersikap sopan terhadap tamu.

Baik tamu masih saudara, tetangga, atau kawan kerjamu pastikan anak tahu apa yang harus dilakukannya. Ini hanya dapat terjadi apabila dirimu dan pasangan mengajari cara berperilaku yang baik ketika ada orang yang berkunjung. Jangan membiarkan sikapnya yang kurang pantas.

Atau, meminta tamu supaya selalu memaklumi perilaku anak yang tidak baik. Permintaan maaf kalian pada tamu mesti diikuti dengan usaha sungguh-sungguh untuk mengajarinya tata krama. Enam perilaku anak yang perlu didisiplinkan saat ada tamu berikut ini jangan terus-menerus dianggap wajar. Cegah ia tumbuh dewasa dengan sikap kurang menghargai orang lain.

1. Berlarian di ruang tamu

ilustrasi dua anak perempuan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi dua anak perempuan (pexels.com/cottonbro studio)

Anak-anak memang suka berlarian. Ia bermain sendiri saja kerap tiba-tiba berlari ke sana kemari, apalagi jika sedang ada kawan sepantar. Namun, anak gak boleh tetap melakukannya ketika ada tamu. Apalagi ia berlari bolak-balik melewati ruang tamu. Ada beberapa alasan kamu perlu menasihatinya.

Pertama, jelas berlarian di dalam rumah memperbesar risiko kecelakaan. Seperti anak tersandung karpet lalu kepala membentur meja atau kursi. Nanti anak sendiri yang menangis kesakitan. Kedua, ada tamu yang harus dihormati. Pun tamu datang pasti punya tujuan.

Kamu serta tamu sedang bercakap-cakap serius. Apabila anak terus berlarian, tamu dapat merasa terganggu. Ia menjadi kesulitan mengemukakan maksudnya dengan jelas. Belum lagi perhatianmu juga terpecah. Dirimu menjadi kurang memperhatikan kata-kata tamu.

2. Berteriak-teriak saat main

ilustrasi anak bertopi (pexels.com/Mochi Mochi)
ilustrasi anak bertopi (pexels.com/Mochi Mochi)

Memang baik sekali kalau anak bisa bermain sendiri selagi kamu menemui tamu. Namun, perilaku yang diharapkan tentu ia bermain dengan tenang. Anak tetap boleh bercakap-cakap dengan kawan main atau bonekanya bahkan bercanda. Akan tetapi, dia harus paham betul bedanya dengan berteriak.

Hal terakhir itu yang gak boleh menjadi kebiasaan anak. Bukan hanya saat ada tamu, melainkan dalam keseharian. Sebab berteriak membuat suasana rumah menjadi gaduh. Selain tidak sopan karena sedang ada tamu, anggota keluarga lainnya bahkan tetangga pun akan terganggu. 

Suara anak melengking dan terus-menerus. Gak berlebihan jika orang yang mendengarnya sampai merasa telinganya sakit. Agar anak tidak suka berteriak-teriak, selain ia harus kerap diberi tahu juga perlu ada contoh nyata. Orangtua atau siapa pun orang dewasa di rumah tak boleh terbiasa saling memanggil dengan teriakan.

3. Menyela percakapan padahal gak mendesak

ilustrasi anak duduk (pexels.com/Vika Glitter)
ilustrasi anak duduk (pexels.com/Vika Glitter)

Anak juga mesti dilatih untuk menjadi pendengar yang baik. Ada saatnya ia boleh berbicara dan ada waktunya diam mendengarkan. Dengan sifat anak yang masih egosentris, ini memang kadang gak mudah. Anak selalu ingin menjadi pusat perhatian apalagi di rumah serta di antara orang-orang yang lebih dewasa.

Rasa hausnya akan perhatian menjadi lebih tinggi. Jauh sebelum ada tamu, orangtua mesti rutin memberi tahu anak bahwa menyela percakapan siapa pun tidak sopan. Terlebih apa yang dibicarakan anak bukan sesuatu yang mendesak. Tentu dia boleh menyela buat memberi tahu orangtua ketika ia ingin buang air besar atau kecil dan belum dapat membersihkan diri sendiri.

Namun, di luar keperluan penting seperti di atas disampaikan selepas tamu pulang pun gak masalah. Beri tahu anak bahwa waktumu menemui tamu gak sepanjang kebersamaan mereka. Anak tidak perlu cemas dirinya tak sempat banyak bercerita. Bilang saja nanti kalian membicarakannya berdua agar lebih seru.

4. Mengambil makanan dan minuman yang disajikan buat tamu

ilustrasi menginginkan makanan (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi menginginkan makanan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Tamu tentu perlu disuguhi makanan dan minuman. Anak juga wajar kalau menginginkan makanan serta minuman yang sama. Apalagi jika sajiannya terlihat menarik. Akan tetapi, ia harus mampu menahan diri agar tidak mengambil hidangan yang diperuntukkan buat tamu.

Akan tetapi, larangan untuk anak ini baru akan mudah dipatuhi apabila dirimu sudah menyediakan jatah khusus buatnya. Maka kamu juga mesti pengertian pada anak. Begitu ada kabar akan datang tamu, belikan suguhan agak banyak. Sebagiannya taruh di dalam.

Katakan pada anak bahwa ia boleh mengambilnya jika ingin. Minuman seperti sirop juga bikin dua gelas buat tamu serta anak. Bila ternyata anak tak tertarik dengan kudapan tersebut, nanti orangtua atau anggota keluarga lainnya dapat menghabiskannya. Daripada anak berbuat gak sopan dengan meminta makanan serta minuman tamu. 

5. Tak mau keluar kamar untuk bersalaman

ilustrasi anak di dalam rumah (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi anak di dalam rumah (pexels.com/Yan Krukau)

Tidak semua tamu perlu diperkenalkan pada anak. Tamu yang penting buat dikenalkan ke anak misalnya saudara, sahabatmu dan pasangan, serta tetangga sekitar. Selama anak bukan bayi lagi, ia mesti belajar mengenal orang lain di luar keluarga inti. Apalagi jika anak sudah berumur 5 tahun atau telah bersekolah.

Wajib untuknya mau keluar kamar saat kamu memanggilnya buat berkenalan dengan tamu. Latih anak supaya dapat menyebutkan nama, usia, dan kelas ketika ditanya oleh tamu. Jika pun ia masih malu-malu untuk berbicara, paling gak bersalaman dengan benar. Ajari anak buat balas memegang telapak tangan orang lain.

Bukan sekadar ia menempelkan telapak tangannya lalu cepat-cepat menariknya kembali dan berlari masuk. Bahkan bila suasana hati anak sedang kurang baik karena masalah di sekolah atau ada keinginannya yang tidak dipenuhi olehmu, dia tetap harus sopan pada tamu. Ajarkan pada anak bahwa apa pun persoalan di antara kalian dapat kembali dibicarakan nanti. Sekarang waktunya kalian bersama-sama menjadi tuan rumah yang baik.

6. Mengintip kamar yang digunakan buat tamu menginap

ilustrasi anak-anak mengintip (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi anak-anak mengintip (pexels.com/Alena Darmel)

Tantangan buat anak menjaga perilakunya makin berat bila tamu hendak bermalam di rumah. Kamu sudah menyiapkan kamar untuk tamu. Meski sehari-hari anak juga kerap bermain di situ, tegaskan bahwa selama ada tamu yang bermalam ia gak boleh memasukinya.

Jangankan anak masuk dan seenaknya bermain-main di sana, mengintip pun terlarang. Termasuk seandainya pintu kamar tamu sedikit terbuka. Demikian pula jika ada jendela kamar yang langsung menghadap ke halaman samping atau depan. Walau tirainya tersingkap dan anak beraktivitas di halaman, dia dilarang menunjukkan rasa penasaran akan kondisi di dalam kamar.

Beri penjelasan bahwa perilaku anak yang gemar mengintip terasa sebagai gangguan bagi orang lain. Tamu bakal kurang nyaman hendak melakukan aktivitas apa pun. Tamu yang sudah lelah dan ingin segera beristirahat juga menjadi seakan-akan dipaksa untuk mengajak anak bermain. 

Bila sejak kecil anak dibiarkan berbuat apa saja, hingga besar perilaku yang buruk bisa gak berubah. Bahkan sangat mungkin bertambah parah apabila ia bertemu dengan kawan-kawan yang memberikan pengaruh negatif. Oleh sebab itu, orangtua harus tahu perilaku anak yang perlu didisiplinkan saat ada tamu. Tentunya hal ini berfungsi agar anak tahu sopan santun serta untuk membentuk karakter positifnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us