Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Anak Kedua dan Rasa Tak Terlihat, Haruskah Selalu Kuat?

Ilustrasi kesedihan (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Anak kedua sering merasa tidak dilihat atau didengar
  • Jadi penengah, tapi gak pernah didengarkan
  • Kadang ingin diutamakan juga

Menjadi anak kedua sering kali terasa seperti berada di tengah-tengah yang tidak pasti. Tidak setua kakak yang sering jadi panutan, tidak seimut adik yang kerap jadi perhatian. Banyak anak kedua yang tumbuh dengan perasaan harus kuat sendiri, tanpa banyak didengar atau dilihat secara emosional.

Meski tak semua keluarga sama, nyatanya banyak anak kedua mengaku pernah merasa seperti bayangan dalam keluarganya sendiri. Pertanyaannya, apakah perasaan itu wajar? Dan apakah memang anak kedua harus selalu jadi pihak yang mengalah, memahami, dan kuat tanpa ruang untuk rapuh?

1. Sering merasa tidak dilihat atau didengar

Ilustrasi saudara (freepik.com/freepik)

Anak pertama biasanya mendapat perhatian penuh karena pengalaman pertama orangtua dalam membesarkan anak. Anak terakhir sering dianggap sebagai ‘si bungsu yang harus dilindungi’. Di tengah situasi ini, anak kedua bisa merasa tersisih, bahkan tanpa disadari oleh keluarganya sendiri.

Psikolog keluarga Dr. Kevin Leman, penulis buku The Birth Order Book, menyebut, "Anak kedua sering berusaha keras untuk menemukan identitas mereka karena posisi mereka di tengah membuat mereka merasa tidak terlalu spesial atau menonjol," katanya, dikutip Parents.

Kalau kamu sering merasa seperti tidak diperhatikan, bukan berarti kamu salah. Mungkin memang ada ruang yang perlu kamu isi sendiri dan itu bukan hal yang mudah. Tapi, justru dari situ kamu bisa belajar mengenali nilai dirimu sendiri.

2. Jadi penengah, tapi gak pernah didengarkan

Ilustrasi saudara (freepik.com/freepik)

Anak kedua sering tumbuh dalam peran sebagai penengah. Saat ada pertengkaran antar saudara atau dinamika yang rumit di rumah, mereka yang biasanya diminta untuk mengalah dan memahami lebih dulu. Mereka terbiasa menyesuaikan diri, mencari cara agar semua tetap rukun, bahkan menahan pendapat demi menjaga kedamaian. Tapi, dalam proses itu tidak banyak yang menanyakan apa mereka baik-baik saja atau apa mereka juga ingin didengarkan.

Menjadi penengah membuat anak kedua terlihat lebih dewasa, tapi juga bisa menumbuhkan perasaan terpinggirkan. Mereka terbiasa kuat di luar, tapi menyimpan banyak hal di dalam. Ketika terus-menerus menempatkan orang lain di depan, mereka bisa lupa kalau mereka juga berhak mendapat ruang untuk bicara, berkeluh kesah, dan merasa penting. Mengerti orang lain memang baik, tapi jangan sampai itu membuatmu lupa mengerti dirimu sendiri.

3. Kadang ingin diutamakan juga

ilustrasi sedih (unsplash.com/Ethan Sykes)
ilustrasi sedih (unsplash.com/Ethan Sykes)

Mungkin kamu pernah merasa ingin juga jadi yang paling diperhatikan. Ingin sekali-sekali jadi pusat perhatian tanpa harus diminta kuat terus. Perasaan seperti ini bukan bentuk lemah, tapi bentuk kebutuhan emosional yang sehat.

Menurut Dr. Lisa Firestone, psikolog klinis dan direktur riset di Glendon Association, dikutip PsychAlive, "Semua anak punya kebutuhan untuk dilihat dan divalidasi. Ketika kebutuhan itu diabaikan, anak bisa tumbuh dengan keraguan terhadap nilai dirinya sendiri".

Kalau kamu merasa seperti ini, jangan anggap dirimu egois. Wajar kok kalau kamu ingin didengarkan, diprioritaskan, dan dicintai tanpa syarat. Itu bukan kelemahan, tapi bentuk keinginan manusiawi yang sah dimiliki semua anak, termasuk kamu.

Menjadi anak kedua memang membawa tantangan yang unik. Sering kali kamu harus belajar memahami orang lain dulu sebelum orang lain memahami kamu. Tapi, kamu tidak harus selalu kuat hanya karena berada di tengah. Kamu juga berhak merasa lelah, berhak mengungkapkan isi hati, dan berhak mendapatkan cinta yang setara. Dirimu penting bukan karena kamu mampu menengahi, tapi karena kamu berharga sebagai dirimu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us