5 Sebab Ekspresi Kasih Sayang Orangtua Bikin Anak Tambah Tantrum

Tantrum pada anak ditandai dengan kemarahan secara verbal maupun tindakan mengamuk. Ini bisa terjadi di mana saja, gak cuma di rumah melainkan juga di berbagai tempat umum. Menghadapi anak tantrum memang membutuhkan banyak kesabaran. Namun, sabar saja tidak cukup untuk ke depannya mengurangi apalagi menghentikan kebiasaan anak mengamuk.
Saran yang cukup sering diberikan saat anak tantrum adalah orangtua mendekat dan mengekspresikan kasih sayang, seperti dengan memeluk atau menggendongnya. Namun, justru kerap kali strategi ini gak bekerja dengan baik atau hanya berhasil satu atau dua kali, tapi besok-besok anak malah tambah sering mengamuk.
Memukul dan membentak-bentak anak jelas bukan solusi untuk mengatasi tantrum tanpa menimbulkan trauma dalam dirinya. Namun, kecenderungan sikap orangtua yang menjadi lebih peduli bahkan memanjakan anak ketika ia mengamuk juga buruk. Berikut penjelasan kenapa ekspresi kasih sayang orangtua malah memperbesar energi anak yang lagi tantrum.
1. Anak mendapatkan penguatan positif atas perilaku negatifnya

Apa pun penyebabnya, marah-marah sampai mengamuk adalah tindakan yang negatif. Walaupun anak belum memahami ini, orangtua harus dengan tegas menggolongkan perilaku ini dalam kategori tidak boleh menjadi kebiasaan. Perilaku negatif ini mesti dihentikan.
Namun dengan orangtua menimang-nimangnya saat tantrum justru tak ubahnya penguatan atau imbalan untuk perilaku yang buruk tersebut. Semua anak senang digendong dan dipeluk oleh orangtua walau ia sempat meronta. Di mana ada imbalan, di situ anak akan terus menunjukkan perilaku yang serupa.
Alhasil, anak cuma tenang buat sementara dan besok-besok kembali tantrum. Jika kamu ingin anak mengerti bahwa ia tidak boleh mengulangi tindakannya, berikan hukuman. Punishment ini mesti terukur dan tidak berbahaya untuk anak. Cukup dengan kamu tidak segera memberinya pelukan.
Alih-alih cepat-cepat mendekati anak, dari jarak yang cukup kamu bisa bertanya apakah ia ingin dipeluk? Jika iya, sampaikan bahwa dirimu baru akan memeluknya setelah dia berhenti menangis. Ini memang memerlukan kekuatan hati orangtua. Namun, efektif untuk membalik pola keliru yang selama ini diterapkan. Reward berupa pelukan diberikan jika anak dapat menenangkan dirinya, bukan malah saat perilakunya buruk.
2. Berhasil menarik perhatian orangtua membuatnya senang

Gak cuma anak-anak, orang dewasa pun lebih suka diperhatikan daripada dicueki oleh orang-orang terdekatnya. Namun pada anak, kebutuhan ini jauh lebih tinggi. Dia ingin seluruh dunia memperhatikannya, terutama orangtua. Anak akan mencoba dan mengamati cara yang paling berhasil buat menarik atensimu.
Kalau kamu lebih cepat memberikan perhatian ketika ia mengamuk daripada saat dia tenang, maka anak akan sesering mungkin menangis dan marah-marah. Tidak perlu ada peristiwa mengesalkan yang menjadi pemicunya. Situasi ini membuatmu tambah panik dan satu-satunya reaksimu hanyalah dengan memberinya perhatian yang lebih besar lagi.
Dirimu tidak sekadar mendekat, memeluk, dan menggendongnya. Namun barangkali juga mengajaknya keliling kompleks naik sepeda motor atau membelikannya kue lezat dan es krim. Kamu memenuhi keinginan anak akan banjir perhatian.
Coba sejak sekarang reaksimu tetap tenang bahkan agak cuek ketika anak tantrum. Meski tangisannya sempat bertambah kencang, dia bakal segera tahu bahwa ini bukan cara yang tepat untuk menarik perhatianmu.
3. Tantrum memastikan orangtua selalu ada untuknya

Anak merasa tidak aman jika berjauhan dengan orangtua. Akan tetapi, seharusnya ia tidak perlu mengamuk. Anak dapat mengikutimu ke mana pun dengan tenang. Namun, di satu titik nanti dia tetap harus belajar untuk berpisah dengan orangtua. Gak mungkin anak terus bersama orangtua termasuk ketika ia harus bersekolah.
Maka meski latihan berpisah dari orangtua membuat anak gak nyaman, ia mesti tetap berlatih tabah. Bila orangtua bergegas mendekat anak setiap ia mengamuk, tantrum hanya menjadi caranya untuk menahanmu pergi ke mana pun. Bahkan bila dirimu cuma perlu menerima tamu di depan, dia pasti mengamuk.
Anak harus belajar tetap percaya diri walaupun sendirian dan yakin kamu menjaganya dari jauh. Tidak harus dengan kalian selalu duduk bersisian. Ketika anak mulai tantrum di ruang tengah dan kamu sedang di teras misalnya, gak usah langsung masuk. Katakan saja dari teras bahwa dirimu hanya di depan untuk menyiram tanaman.
Anak boleh menyusul kalau mau atau tunggu saja di dalam sampai kamu selesai. Sejauh dirimu sudah yakin gak ada barang berbahaya di sekitarnya, biarkan saja anak mengamuk. Seiring dengan keteguhanmu untuk tetap menjaga jarak dari anak, ia akhirnya mengerti bahwa berpisah darimu gak seburuk bayangannya. Rumah dan mainannya masih sama dan dia sebenarnya baik-baik saja.
4. Orangtua hanya menenangkan, bukan kasih pemahaman

Pemahaman adalah kontrol terbaik untuk perilaku. Jika anak bahkan tidak memahami seburuk apa akibat dari kemarahannya, dia gak belajar untuk mengendalikan diri. Maka ketimbang kamu hanya sibuk menenangkan anak setiap ia tantrum, sering-seringlah berbicara dengannya.
Manfaatkan kebersamaan kalian dan momen anak tenang untukmu memberikan pemahaman. Katakan bahwa teriakan anak saat tantrun sampai mengganggu tetangga atau orang-orang di sekitar mereka. Jika anak hingga tidak sengaja memukul atau mencakarmu ketika tantrum, tunjukkan bekasnya dan katakan bahwa itu sakit.
Naluri anak yang menyayangi orangtua akan membuatnya menyesali tindakannya dan berpikir ulang jika hendak tantrum lagi. Sering kali kesalahan orangtua adalah berpikir anak gak akan paham diajak berbicara seperti di atas. Memang pemahaman anak terbatas, tapi justru di sinilah peranmu dibutuhkan untuk membuatnya mengerti perlahan-lahan. Tanpa menanamkan pemahaman, amukan anak akan terus berulang.
5. Anak tak kunjung belajar menyampaikan keinginannya

Di poin keempat, orangtua sudah berbicara dengan anak untuk memberinya pemahaman. Sekarang gantian anak belajar berbicara secara baik-baik pada orangtua. Kendalanya memang keterbatasan kosakata. Namun, kemampuan memilih kata yang tepat untuk menyampaikan keinginan ini bisa terus dirangsang.
Salah satunya, dengan orangtua berusaha menebak keinginan anak ketika ia kesulitan berbicara. Misalnya, kamu bertanya apakah anak mengamuk karena mengantuk dan ingin tidur atau ia takut oleh sesuatu? Selalu dorong anak agar terbuka padamu. Sampaikan bahwa bila anak bingung cara mengatakannya, ia bisa menunjuk sesuatu yang diinginkan.
Dapat pula dengan anak menggandengmu agar melihat sesuatu itu. Jangan membiarkan anak terbiasa berkomunikasi dengan bahasa kemarahan dan amukan. Beri pengertian padanya bahwa ada cara yang lebih baik serta mudah untuk menyampaikannya, yaitu berbicara. Syaratnya, ketika anak mencoba mengatakan atau menunjukkan keinginannya pelan-pelan, dirimu juga mesti bersabar.
Tantrum pada anak tidak akan bisa diatasi secara permanen hanya dengan ekspresi kasih sayang yang gak tepat situasi. Baik dengan kamu menggendong, memeluk, apalagi langsung membelikannya es krim dan makanan enak lainnya. Salah-salah semua itu hanya menguatkan perilakunya yang negatif dan emosinya yang meledak-ledak. Segera coba lima cara dalam penjelasan di atas serta amati perubahannya.