5 Hal Ini Bisa Pengaruhi Pola Pikir dan Kehidupan Sosial Anak

- Kalimat negatif dapat mempengaruhi cara berpikir anak, membuatnya kurang analitis dan sistematis.
- Bentakan tidak baik untuk anak, dapat menciptakan perasaan dihakimi dan mempengaruhi mental serta pandangan hidupnya.
- Minimnya apresiasi dari orang tua membuat anak merasa kurang disayangi, padahal apresiasi dapat membentuk growth mindset pada anak.
Apa yang sudah dilewati seseorang akan selalu berdampak untuk hidup. Baik itu hal baik ataupun hal buruk. Apalagi berkaitan dengan hal-hal yang dialami di waktu kecil. Masa kecil khususnya balita menjadi waktu emas untuk bertumbuh. Fase ini adalah fase berharga untuk anak.
Harusnya ada banyak hal baik yang diajarkan orang tua di fase tersebut. Sebab, apa yang diberikan orang tua kepada anak di masa kecilnya akan berpengaruh pada cara dia memandang hidup. Namun, masih ada sebagian orang tua yang kurang peka akan hal ini. Tanpa sadar perilaku atau sikap orang tua justru menimbulkan trauma pada anak. Berikut adalah lima hal negatif di masa kecil yang dapat pengaruhi pola pikir dan social life anak. Simak sampai habis ilmu parenting ini agar anakmu beruntung memilikimu.
1. Sering mendengar kalimat negasi atau larangan

Tanpa disadari kalimat atau kata negasi dapat mempengaruhi cara berpikir sang anak. Kalimat ini dapat berupa “jangan main ini udah malam!”, “ini enggak boleh dimakan ya!”, “adik, jangan nakal!” dan lain-lain. Kalimat negasi justru akan membuat anak melakukan apa yang dilarang karena rasa ingin tahu. Orang tua pun tidak memberikan alasan yang jelas mengapa dia dilarang. Khawatirnya di masa depan nanti dia cenderung kurang analisis lebih dalam mencoba hal baru untuknya.
Mungkin niat orang tua itu baik, yakni agar anak bisa bersikap baik, tapi sebenarnya hal ini kurang tepat. Daripada memberikan kalimat negasi mungkin bisa diganti dengan “adik, ini sudah malam baiknya di rumah ya karena malam itu waktunya istirahat, besok kita main lagi, oke?”. Kalimat argumentatif disertai alasan yang jelas dapat membuat anak lebih mengerti. Hal tersebut dapat mempengaruhi pola berpikir sistematis, kritis, dan analitisnya. Hingga akhirnya anak akan tahu keputusan baik yang seharusnya diambil setelah penjabaran tadi. Enggak banyak yang tahu kalau hal sederhana ini memiliki makna yang berguna menunjang social life anak, loh!
2. Mendapatkan bentakan ketika salah

Menjadi orang tua memang bukan tugas yang mudah. Seringkali para orang tua merasa lelah apalagi ketika menghadapi anak yang terlalu aktif atau mungkin susah untuk diberitahu. Tidak jarang hal tersebut mendorong orang tua untuk membentak anak.
Perlu disadari bentakan bukanlah hal yang baik. Bentakan dapat menciptakan perasaan dihakimi bagi anak. Perasaan tersebutlah yang dapat mempengaruhi mentalnya. Hal ini dapat mempengaruhi pandangan hidup ke depannya. Anak menjadi sering takut atau justru semakin ingin membangkang.
3. Minim apresiasi dari orang sekitar

Terkadang minimnya apresiasi akan membuat seseorang kurang semangat dalam melakukan sesuatu. Jika orang dewasa saja bisa merasakan hal itu, apalagi anak kecil? Apresiasi sangatlah penting diberikan kepada anak yang masih di tahap pertumbuhan. Hargailah setiap hal kecil yang berhasil anak lakukan agar dia merasa disayangi dan diperhatikan. Orang tua bisa belajar mengatakan “wah adik pinter banget belajarnya, besok kita belajar hal lain lagi mau?”
Selain membuat anak merasa dicintai, apresiasi juga dapat membentuk growth mindset untuk sang anak. Pola pikir tersebutlah yang dapat memudahkan jalan hidupnya ketika mendapatkan kesulitan. Anak akan jauh lebih semangat dan bisa tumbuh menjadi pribadi yang hangat serta penuh respect untuk orang sekitarnya. Untuk para orang tua dan calon orang tua, jangan lupa apresiasi hal kecil dari sang anak ya!
4. Sering dibandingkan dan diremehkan

Orang tua yang selalu merasa kurang puas dan tidak bersyukur pasti akan selalu membandingkan dan meremehkan anaknya. Mereka tidak sadar bahwa membandingkan anaknya dengan orang lain malah justru membuat anak merasa minder. Apalagi anak kecil yang masih wajar jika berbuat salah dan selalu butuh bimbingan.
Seharusnya orang tua lebih “mengarahkan” bukan “menghakimi” apalagi “merendahkan”. Sikap menghakimi dapat membentuk pola pikir yang “selalu salah” bagi sang anak. Bahkan bisa saja sang anak juga turut menyalahkan dirinya sendiri. Hal ini tentu tidak baik untuk social life-nya, anak akan tumbuh menjadi orang yang kurang percaya diri dan merasa tidak pantas untuk siapapun. Pasti orang tua tidak mau hal ini terjadi, bukan?
5. Tidak mendapatkan perhatian yang utuh

Sibuknya orang tua seharusnya tidak membuat mereka lupa terhadap memenuhi hak anak melalui perhatian. Minimnya perhatian yang diberikan orang tua tanpa sadar membuat anak merasa dinomorsekiankan. Terlebih lagi jika anak sering diabaikan pendapatnya.
Orang tua yang tidak hadir sepenuhnya dapat membuat anak cenderung melakukan hal-hal yang jauh dari perkiraan. Kebanyakan anak akan berpikir “ah aku melakukan ini juga pasti tidak ada yang peduli”. Hal inilah yang berbahaya, takutnya anak menjadi mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif di social life-nya.
Anak tidak pernah bisa memilih untuk lahir di lingkungan seperti apa. Maka dari itu, selaku orang tua sudah sepatutnya membentuk lingkungan terbaik untuk anak-anaknya. Dari lima hal tadi, apakah kamu pernah menerimanya di waktu kecil? Kalau pernah, cukup berhenti di kamu saja ya, anak-anakmu jangan sampai merasakannya ya!