Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kapan Waktu Terbaik Memulai Program Hamil setelah Menikah?

ilustrasi foto USG (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Intinya sih...
  • Menentukan waktu program hamil perlu diskusi terbuka antara suami istri.
  • Usia istri yang sudah masuk 30-an sebaiknya mulai berkonsultasi ke dokter kandungan.
  • Persiapan mental, kesehatan reproduksi, dan keuangan harus matang sebelum memulai program hamil.

Menikah adalah momen penuh kebahagiaan yang sering kali membawa banyak perubahan dalam hidup. Setelah resepsi usai dan kehidupan berumah tangga dimulai, muncul pertanyaan penting yang kerap membuat pasangan suami istri berpikir panjang: "Kapan sebaiknya mulai program hamil?" Pertanyaan ini mungkin terdengar sederhana, tapi jawabannya gak sesederhana itu. Setiap pasangan punya latar belakang, kondisi, dan tujuan hidup yang berbeda-beda. 

Keputusan untuk memulai program hamil idealnya bukan didasari tekanan dari keluarga atau omongan tetangga, melainkan hasil diskusi terbuka antara suami dan istri. Pasalnya, punya anak adalah komitmen jangka panjang yang butuh kesiapan menyeluruh. Di sini, kita akan membahas waktu terbaik untuk memulai program hamil setelah menikah agar kamu dan pasangan bisa mengambil keputusan yang bijak dan sesuai dengan kondisi kalian.

1. Gak ada waktu paling sempurna, tapi ada waktu yang paling tepat untukmu

ilustrasi suami dan istri sedang berbicara (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Setiap pasangan punya cerita yang berbeda. Ada yang ingin langsung punya anak setelah menikah, tapi ada juga yang ingin menunda dulu. Yang penting, keputusan ini diambil bersama berdasarkan kondisi dan keinginan kalian.

Kalau kamu dan pasangan masih ingin menikmati masa-masa berdua dulu, itu sah-sah saja. Namun, jika usia istri sudah masuk 30-an, sebaiknya segera mulai berkonsultasi ke dokter kandungan. Usia bisa berpengaruh pada kualitas sel telur dan risiko komplikasi selama kehamilan. Jadi, meski "sempurna" itu relatif, waktu yang “tepat” bisa ditemukan dengan informasi yang cukup dan komunikasi yang baik.

2. Kamu dan pasangan sudah siap secara mental

ilustrasi suami dan istri memegang sepatu bayi (pexels.com/Douglas Mendes)

Banyak pasangan hanya fokus pada aspek fisik saat memutuskan untuk memulai program hamil. Padahal, mental yang siap juga sangat penting. Punya anak itu bukan hanya perihal hamil dan melahirkan, tapi juga soal membesarkan dan mendidik.

Coba tanyakan pada diri sendiri apakah kamu siap bergadang semalaman? Siap dengan tangis bayi yang bisa muncul kapan saja? Siap membagi waktu dan tenaga sepenuhnya untuk si kecil? Kalau jawabanmu belum mantap, gak ada salahnya mengambil waktu dulu untuk memperkuat persiapan mental. Jangan merasa bersalah jika belum siap. Justru menyadari ketidaksiapan merupakan langkah matang yang bisa mencegah stres dan tekanan dalam hubungan rumah tangga.

3. Sudah gak ada masalah kesehatan reproduksi

ilustrasi laki-laki sedang memeriksakan diri ke dokter (pexels.com/Los Muertos Crew)

Waktu terbaik untuk program hamil gak lepas dari kesehatan reproduksi. Idealnya, sebelum memulai, kamu dan pasangan sudah melakukan pemeriksaan prakehamilan atau preconception check-up. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui apakah ada faktor medis yang perlu ditangani terlebih dulu, seperti PCOS, endometriosis, kualitas sperma yang rendah, atau infeksi menular seksual.

Penting juga untuk memulai gaya hidup sehat sebelum program hamil. Minimal 3 bulan sebelumnya, pastikan kamu sudah mengonsumsi asam folat, mengurangi stres, tidur cukup, dan hindari rokok serta alkohol. Dengan tubuh yang sehat, kemungkinan hamil pun jadi lebih besar dan kehamilan bisa berjalan lebih lancar.

4. Kamu sudah gak lagi ngos-ngosan perihal finansial

ilustrasi suami memberikan uang pada istri (pexels.com/Lukas)

Setiap anak memang punya rezekinya masing-masing, tapi bukan berarti orangtua gak perlu mempersiapkan finansial. Mulai dari pemeriksaan ke dokter kandungan, biaya melahirkan, hingga kebutuhan bayi, seperti popok, susu, dan perawatan kesehatan, semua itu butuh dana yang gak sedikit. Kalau kamu dan pasangan masih menata keuangan pascamenikah, ada baiknya menunda dulu program hamil sampai dana darurat dan tabungan persalinan tersedia. Dengan keuangan yang lebih siap, proses kehamilan dan pengasuhan bisa dijalani dengan lebih tenang.

5. Pertimbangkan rencana karier dan aktivitas pribadi

ilustrasi karyawan sedang bekerja (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Kadang-kadang, pertimbangan untuk menunda program hamil datang dari sisi profesional atau personal. Bisa jadi, kamu sedang merintis bisnis, studi lanjut, atau baru saja dapat promosi pekerjaan yang menuntut mobilitas tinggi. Semua itu valid.

Gak ada yang salah dengan menunggu sampai kamu merasa gak lagi harus memilih antara mengejar mimpi pribadi dan menjadi orangtua. Justru dengan menyelesaikan hal-hal yang tertunda, kamu bisa menjalani kehamilan dan pengasuhan dengan hati lebih lapang. Akan tetapi, jangan terlalu lama menunda tanpa konsultasi medis. Tetaplah diskusikan secara terbuka dengan pasangan dan dokter kandungan tentang batas usia ideal untuk hamil agar tidak menyesal nantinya.

Waktu terbaik untuk memulai program hamil adalah saat kamu dan pasangan merasa siap secara fisik, mental, emosional, dan finansial. Gak perlu mengikuti tekanan lingkungan, orangtua, atau teman sebaya. Ini adalah perjalanan hidup kalian berdua. Namun, ingatlah bahwa persiapan yang matang bukan berarti menunggu semuanya sempurna.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us