Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Cara Mendidik Anak Jadi Pemberani, Bentuk Karakter yang Kuat!

Ilustrasi keluarga (pexels.com/ Pavel Danilyuk)
Ilustrasi keluarga (pexels.com/ Pavel Danilyuk)

Keberanian menjadi salah satu karakter penting yang perlu dimiliki setiap anak. Karakter ini berguna untuk anak dapat menghadapi dunia dengan percaya diri dan mandiri. Namun, seperti halnya karakter yang lain, keberanian tidak bisa muncul begitu saja. Sifat ini perlu dibangun melalui pola asuh, pengalaman, serta pembelajaran yang diberikan oleh orang tua.

Proses membangun karakter seorang anak juga membutuhkan waktu dan langkah-langkah yang stragetis. Dalam artikel ini, kita akan membahas tujuh langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk membentuk karakter anak menjadi pemberani.

1. Berikan teladan keberanian

Ilustrasi keluarga (pexels.com/ Kevin Malik)
Ilustrasi keluarga (pexels.com/ Kevin Malik)

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Itulah sebabnya, banyak psikolog yang mengatakan bahwa anak adalah seorang peniru yang ulung. Menyikapi hal ini, penting bagi orang tua untuk menunjukkan keberanian dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya, menghadapi tantangan pekerjaan, berbicara di depan umum, atau menyelesaikan masalah dengan tenang. Ketika anak melihat orangtua menghadapi ketakutan atau rintangan dengan percaya diri, mereka akan mulai mencontoh sikap tersebut.

Selain memberikan contoh secara langsung, orang ua juga bisa menceritakan pengalaman pribadi saat menghadapi ketakutan atau tantangan. Misalnya, ceritakan bagaimana pengalaman yang dialami ketika mengatasi rasa takut saat harus berbicara di depan kelas sewaktu kecil, ketika belajar mengendarai sepeda, atau yang lainnya. Kisah-kisah ini memberikan anak gambaran nyata bahwa keberanian adalah proses yang bisa dilatih, bukan sifat bawaan.

2. Bangun kepercayaan diri anak

Ilustrasi keluarga (pexels.com/ Julia M Cameron)
Ilustrasi keluarga (pexels.com/ Julia M Cameron)

Kepercayaan diri menjadi fondasi dari keberanian, dan hal ini biasanya juga berkaitan dengan keterampilan anak dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu, cobalah untuk memberikan anak kesempatan untuk mencoba hal-hal baru, seperti berkenalan dengan teman baru, mengikuti lomba, atau menyelesaikan tugas kecil di rumah. Ketika mereka berhasil menyelesaikan sesuatu, sekecil apa pun, berikan pujian atas usaha mereka. Hal ini akan sangat bermanfaat pada kepercayaan dirinya.

Jangan terlalu fokus pada hasil akhir, karena yang lebih penting adalah usaha yang anak lakukan. Ketika mereka merasa dihargai atas prosesnya, anak akan lebih termotivasi untuk mencoba lagi, meskipun awalnya mereka merasa ragu. Cara ini akan membantu membangun rasa percaya diri yang kokoh, yang akan membentuk keberaniannya.

3. Ajarkan pengelolaan emosi

Ilustrasi anak dan ayah (pexels.com/ RDNE Stock Project)
Ilustrasi anak dan ayah (pexels.com/ RDNE Stock Project)

Rasa takut adalah emosi yang wajar, tetapi penting bagi anak untuk belajar mengelolanya. Ajarkan anak cara mengenali emosi mereka, seperti saat merasa gugup, takut, atau cemas. Jika dirasa perlu, orang tua bisa membantu menamai emosi-emosi tersebut agar anak lebih mudah memahami kondisi dirinya.

Selain membantu mengenalkan anak pada emosinya, orang tua juga bisa memberikan pernyataan pendukung seperti, "Wajar kalau kamu merasa gugup sebelum tampil. Semua orang pernah merasakannya."

Jika sudah, berikan anak strategi untuk mengelola emosi mereka, seperti menarik napas dalam-dalam, berpikir positif, atau berbicara pada diri sendiri dengan kata-kata yang menenangkan. Teknik sederhana ini tidak hanya membantu anak mengatasi rasa takutnya, tetapi juga memberikan mereka kendali atas perasaan mereka.

4. Ciptakan lingkungan yang mendukung

Ilustrasi keluarga (pexels.com/ Elina Fairytale)
Ilustrasi keluarga (pexels.com/ Elina Fairytale)

Anak akan lebih mudah mencoba hal baru jika mereka merasa aman secara emosional. Pastikan orang tua menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana anak merasa diterima apa adanya.

Ketika anak gagal, tunjukkan empati dan beri mereka dorongan untuk mencoba lagi. Berikan pernyataan yang menguatkan, seperti, "Tidak apa-apa, kamu sudah berusaha keras. Kita bisa coba lagi lain waktu."

Biarkan anak berbicara tentang ketakutannya tanpa takut dihakimi. Dengarkan dengan penuh perhatian dan beri dukungan yang sesuai. Ketika anak merasa didengar dan dihargai, mereka akan lebih percaya diri untuk mengambil langkah berikutnya.

5. Latih kemampuan menghadapi risiko

Ilustrasi keluarga (pexels.com/ Gustavo Fring)
Ilustrasi keluarga (pexels.com/ Gustavo Fring)

Keberanian tidak berarti menghilangkan rasa takut, melainkan kemampuan untuk bertindak meski ada rasa takut. Berikan anak kesempatan untuk menghadapi risiko yang aman, seperti mencoba naik sepeda tanpa roda bantu atau berbicara di depan kelas. Tantangan-tantangan kecil ini membantu anak memahami bahwa mereka mampu mengatasi situasi sulit.

Jika anak sudah cukup besar, orang tua dapat mengajarkan cara mengevaluasi risiko secara realistis. Jelaskan perbedaan antara keberanian yang bijaksana dan tindakan yang ceroboh atau nekat. Hal ini sangat bermanfaat, sebab anak belajar menjadi pemberani yang cerdas, bukan pemberani yang memutuskan tanpa perhitungan.

6. Gunakan cerita atau role model

Ilustrasi keluarga (pexels.com/ Vlada Korpovich)
Ilustrasi keluarga (pexels.com/ Vlada Korpovich)

Anak-anak terinspirasi oleh cerita-cerita tentang keberanian. Bacakan kisah tokoh-tokoh inspiratif, seperti pahlawan yang mengatasi rintangan besar atau tokoh sejarah yang menunjukkan keberanian dalam situasi sulit. Setelah membaca, ajak anak berdiskusi tentang apa yang mereka pelajari dari cerita tersebut.

Selain menjadi teladan, orang tua juga bisa menjadi role model keberanian dalam kehidupan nyata. Atau, orang tua dapat membantu anak menunjukkan orang atau tokoh lain yang bisa dijadikan role model.

Misalnya, jika orang tua melihat orang lain menunjukkan keberanian, seperti membantu orang yang membutuhkan pertolongan, beritahu anak dan ajak mereka untuk meniru tindakan positif tersebut. Dengan cara tersebutu, mereka akan memahami bahwa keberanian dapat diwujudkan dalam banyak bentuk.

7. Ajarkan problem-solving

Ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/ Kindle Media)
Ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/ Kindle Media)

Anak-anak yang mampu memecahkan masalah cenderung lebih berani menghadapi tantangan. Berikan mereka kesempatan untuk menemukan solusi sendiri dalam situasi sehari-hari.

Misalnya, jika mainan mereka hilang, tanyakan, "Menurutmu, apa yang bisa kita lakukan atau dengan cara apa kita bisa menemukannya?" Dorong mereka untuk berpikir kreatif dan jangan takut membuat kesalahan.

Jangan selalu memberikan jalan keluar pada anak, sebab mereka perlu mampu menemukan solusi, meskipun cara yang mereka lakukan sederhana. Dengan cara ini, percaya diri anak akan meningkat dan membuat mereka lebih siap untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan.

Menjadi pemberani bukanlah sesuatu yang instan, tetapi dapat dipupuk melalui pengalaman sehari-hari, dukungan, dan kasih sayang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us