Perfectionist Parenting, Kenali Dampaknya bagi Anak!

Sudah bukan hal baru bagi orangtua millenial, selalu aktif memposting berbagai hal tentang anak di sosial media, seperti membagikan prestasi anak atau sekedar mengunggah menu sehat bekal anak setiap hari. Media sosial yang menuntut kesempurnaan dan pencapaian ini memang menjadi salah satu sumber inspirasi bagi orangtua maupun anak.
Namun, ternyata sosial media tak hanya menjadi inspirasi, ada sebagian orangtua yang hanyut dalam perlombaan yang tidak nyata. Banyak orangtua yang ingin menampilkan kesempurnaan, ingin menjadi orangtua yang sempurna serta memiliki anak yang berprestasi. Meskipun media sosial bukan satu-satunya faktor yang membuat orangtua ingin selalu perfect, namun tak dapat dipungkiri saat ini media sosial juga berperan menjadi pemicu munculnya perfectionist parenting di tengah keluarga muda millenial. Yuk, kenali apa itu perfectionist parenting atau pola asuh perfeksionis melalui artikel berikut.
1. Apa itu perfectionist parenting

Orangtua mana yang tidak ingin anaknya unggul, selalu menjadi juara kelas, tidak menolak makan sayur dan dapat menjaga kamarnya selalu rapi, tetapi apakah mungkin anak tidak pernah melakukan kesalahan?
Perfectionis parenting secara singkat adalah pola asuh yang memiliki standar kesempurnaan tinggi. Semua orangtua tentu ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya, hanya saja orangtua yang menerapkan perfectionist parenting memiliki standar yang sangat sempurna dan seringkali ketika tidak berjalan sesuai pola yang diinginkan, orangtua akan stres berlebihan.
Meskipun perfectionist parenting cenderung diterapkan oleh ayah atau ibu yang perfectionist, namun saat ini banyak orangtua yang tidak menyadari sedang menerapkan Perfectionis parenting. Era medsos di masa kini turut memancing orangtua untuk ikut dalam perlombaan yang sebenarnya tidak ada, yaitu menjadi "Perfect parent" atau orangtua yang sempurna.
Sebagai manusia dewasa tentu kamu setuju bahwa tidak ada manusia yang sempurna, berusaha menjadi orangtua yang baik dan menjadi orangtua yang sempurna adalah dua hal yang berbeda.
2. Tanda-tanda kamu berusaha menjadi perfect parent

Banyak orang salah memahami tentang perfeksionis, orang menganggapnya sebagai hal yang baik karena mengarah pada sikap disiplin dan kesuskesan seseorang, ada juga yang mengetahui bahwa perfeksionis adalah sesuatu yang tidak wajar, tapi tidak memahaminya sebagai masalah yang serius. Lalu, apa hubungannya dengan perfect parent?
Seseorang yang perfeksionis biasanya cenderung berusaha keras menjadi perfect parent. Namun, tak hanya orang yang perfeksionis saja yang berusaha menjadi perfect parent, semua orangtua dengan berbagai latar belakang punya alasan masing-masing sehingga ingin menjadi perfect parent, dan kebanyakan tidak menyadarinya.
Lalu apa yang salah dengan berusaha menjadi perfect parent? Ingin menjadi orangtua yang baik dan menjadi orangtua yang sempurna adalah dua hal yang berbeda. Berkorban demi anak tanpa memikirkan diri sendiri menjadi salah satu ciri seseorang ingin menjadi orangtua yang sempurna.
Melansir laman Verywellfamily, seseorang yang berusaha menjadi orangtua sempurna sebenarnya menginginkan kesempurnaan dari dirinya sendiri, ada juga yang mengharapkan kesempurnaan dari anaknya. Beberapa ciri berikut ini menunjukkan bahwa kamu adalah ayah atau ibu yang selalu ingin menjadi perfect parent:
- Kamu selalu menyalahkan dirimu sendiri saat anakmu gagal
- Membandingkan diri dengan orangtua lain
- Merasa selalu tidak lebih baik dibandingkan dengan orangtua lain
- Merasa selalu kurang berbuat lebih untuk anak, padahal kamu sudah berbuat banyak
- Meragukan caramu sendiri dalam mendidik dan mengasuh anak
- Sering merasa khawatir karena ekspektasimu terlalu tinggi
Masih dilansir dari Verywellfamily, orangtua yang selalu berusaha menjadi perfect parent memiliki standar kesempurnaan yang harus diraih anak agar anak unggul dalam kehidupannya di masa depan dan jika tidak tercapai mereka akan merasa sebagai orangtua yang gagal.
Kebutuhan orangtua akan kesempurnaan ini justru dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan mental orangtua. Overthinking, stres yang berkepanjangan hingga depresi dapat dialami orangtua jika terus-menerus berharap menjadi orangtua yang sempurna.
3. Tanda-tanda kamu ingin anak selalu perfect

Perfectionist parenting yang diterapkan oleh orangtua cenderung menginginkan anak selalu melakukan segala hal dengan cara yang sempurna dan mencapai target yang juga sempurna. Menjadi orangtua yang sempurna saja mustahil, apalagi menuntut anak untuk selalu sempurna.
Berikut ini tanda-tanda yang sering dialami oleh orangtua yang ingin anak selalu perfect:
- Selalu ingin anak mengerjakan suatu hal sesuai dengan caramu, bahkan gelisah ketika melihat anak sedang mengerjakan sesuatu dengan caranya sendiri
- Mengatur dan mengarahkan anak secara detail saat anak sedang melakukan tugas
- Selalu mengingatkan anak agar tampil dengan sempurna
- Lebih sering mengkritik daripada memuji anak
- Mendorong anak untuk memenuhi harapanmu
- Merasa bahwa harga dirimu bergantung pada prestasi anak
- Berpikir bahwa kegiatan yang dilakukan anak, seperti les matematika, les musik dan sebagainya, dapat menjamin anak memiliki masa depan yang unggul.
Jika kamu merasa memiliki tanda-tanda seperti yang disebutkan di atas, mundurlah sejenak untuk instropeksi diri. Menuntut anak untuk melakukan segala hal tanpa kesalahan akan berdampak pada mental anak di masa sekarang dan di masa mendatang.
4. Dampak buruk perfectionis parenting bagi anak

Sebagai orangtua dari generasi millenial, penting bagi kamu untuk dapat memahami perbedaan antara memiliki standar tinggi dan menjadi perfeksionis. Orangtua yang memiliki standar tinggi akan mendorong anaknya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup, sebaliknya orangtua yang perfeksionis akan menuntut hasil yang sempurna.
Amy Morin, LCSW, seorang psikoterapis dari Universitas Northeastern, Boston, Amerika Serikat, melalui laman Verrywell Family mengungkapkan bahwa pola asuh perfeksionis atau perfectionist parenting membuat anak meyakini jika standar tertinggi tidak tercapai berarti ia sudah gagal.
Pola asuh yang perfeksionis juga dapat membuat anak melakukan upaya yang merugikan orang lain atau melanggar norma demi mendapatkan hasil yang sempurna. Misalnya, anak bisa saja mencontek saat ulangan dengan harapan mendapatkan nilai yang sempurna, hal ini ia lakukan karena ia menganggap orangtua lebih menghargai nilai ulangan yang sempurna daripada kejujuran yang ia miliki.
Anak yang dibesarkan dengan perfectionist parenting beranggapan bahwa dirinya harus sempurna, hal ini membuat mereka lebih berisiko mengalami masalah kesehatan mental. Lewat laman Verrywell Family, Amy Morin juga menambahkan, anak-anak ini cenderung menyembunyikan gejala yang kesehatan mental di depan orangtuanya, karena mereka merasa harus menampilkan sosok sempurna di depan orangtuanya.
Permasalahan mental health yang dialami anak akibat perfectionist parenting ini kemungkinan besar karena perfeksionisme sudah menular kepada anak. Anak yang perfeksionis akan merasa berat menghadapi kenyataan-kenyataan di sekitarnya ketika tidak sesuai dengan standarnya, akibatnya mereka justru mudah menyerah pada keadaan.
Melansir laman Psych Central, ada perbedaan mendasar antara berusaha melakukan yang terbaik dan berusaha mencapai kesempurnaan. Seseorang yang perfeksionis akan mengorbankan apa pun demi mencapai targetnya. Maka tak heran jika anak perfeksionis juga bisa jadi tumbuh menjadi "People pleasure".
Dunia ini tidak akan pernah perfect, maka yang dibutuhkan anak bukan orangtua yang sempurna, tetapi orangtua yang sanggup menerima kesalahan dan dengan tulus membantu anak berdiri tegak di kakinya sendiri.