Kisah Ibu Nabi Musa dan Hikmah yang Bisa Diambil

Belajar sabar dan tawakal dari kisah ibu Nabi Musa

Gak hanya Nabi Musa yang memiliki cerita hidup berliku, kisah dari ibu Nabi Musa juga penuh dengan rintangan. Bahkan, ibu Nabi Musa rela berpisah dengan Musa yang masih bayi saat itu, demi menyelamatkan nyawa putranya.

Kisah ibu dan saudari Nabi Musa memang jarang diketahui. Padahal, banyak sekali teladan dan hikmah kehidupan yang bisa dicontoh darinya. Ibu Nabi Musa terkenal dengan sikap sabar dan tawakal dalam menghadapi kehidupan. Yuk, simak kisah ibu Nabi Musa di bawah ini!

1. Siapa ibu dan saudari perempuan dari Nabi Musa?

Kisah Ibu Nabi Musa dan Hikmah yang Bisa Diambililustrasi ibu dan anak perempuan (dok. Free Bible Images)

Ibu Nabi Musa adalah seorang perempuan dari Bani Israil yang lahir di Mesir. Nama asli dari ibu Nabi Musa juga masih menimbulkan tanda tanya karena ada beberapa pendapat mengenai hal ini. Ada yang menyebut kalau nama ibu Nabi Musa adalah Yukabid, Mihyanah binti Yashar bin Lawi, Yarikha, dan ada juga yang menyebutnya Yarikhat. Sementara itu, saudari Nabi Musa bernama Maryam binti Imran dan ada juga yang berpendapat Kultsum.

Pada dasarnya, Al-Qur'an tidak pernah menyebut secara jelas nama dari ibu Nabi Musa. Sebutan Yukabid (Yokhebed) adalah nama yang tercantum dalam Bible, sedangkan Al-Qur'an tidak pernah menyebutkan nama ibu Nabi Musa.

Kisah ibu Nabi Musa juga sedikit dijelaskan dalam al-Qur'an. Hanya terdapat dua surah yang menerangkan ibu Nabi Musa, yakni surah al-Qashas ayat 8-13 dan Thaha ayat 36-40.

2. Ibu Nabi Musa rela berpisah dengan anaknya

Kisah Ibu Nabi Musa dan Hikmah yang Bisa DiambilIlustrasi peti berisi bayi yang hanyut di sungai (dok. Free Bible Images)

Baca Juga: 6 Fakta Sungai Nil, Sungai Bersejarah di Peradaban Mesir Kuno

Kelahiran anak tentu membawa kebahagiaan bagi ibunya. Hal ini juga yang dirasakan oleh ibu Nabi Musa. Bahkan, ibu Nabi Musa rela berpisah dengan anak yang dicintainya, Musa bayi, demi menyelamatkan nyawa anaknya itu.

Saat itu, Mesir dikuasai oleh Firaun yang terkenal kejam. Saking kejamnya, Firaun memerintahkan seluruh bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh. Pasalnya, Firaun memercayai bahwa anak laki-laki adalah ancaman bagi kepemimpinannya. Firaun tidak mengizinkan bayi laki-laki dari kaum Bani Israil untuk hidup.

Hal ini yang membuat ibu Nabi Musa merasa cemas. Ia merasa khawatir petugas kerajaan akan menemukan Musa, bayi yang selama ini disembunyikannya. Tentu ia tidak mau sang buah hati dibunuh begitu saja oleh Firaun. Kemudian Allah SWT memberi ilham kepada ibu Nabi Musa untuk menenggelamkan Musa bayi di sungai Nil.

Hal ini seperti yang dijelaskan pada QS. Al-Qashash ayat 7, yakni

وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ

Artinya: "Kami mengilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia (Musa). Jika engkau khawatir atas (keselamatan)-nya, hanyutkanlah dia ke sungai (Nil dalam sebuah peti yang mengapung). Janganlah engkau takut dan janganlah (pula) bersedih. Sesungguhnya Kami pasti mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang rasul.”

Peti yang berisi Musa bayi hanyut di sungai Nil dan lolos dari pencarian petugas. Meski sedih, ibu Nabi Musa tetap melakukannya untuk menyelamatkan nyawa Musa. Dengan rasa cemas, ibu Nabi Musa meminta putrinya, Maryam, untuk mengikuti keranjang bayi Musa yang hanyut bersama aliran sungai.

3. Ibu Nabi Musa kembali bertemu Nabi Musa

Kisah Ibu Nabi Musa dan Hikmah yang Bisa DiambilIlustrasi ibu mengasuh anaknya (freepik.com/freepik)

Peti Musa bayi pun lewat istana Firaun dan Asiyah, istri Firaun, yang menemukan peti tersebut. Dengan izin Allah SWT, Asiyah pun langsung jatuh hati kepada Musa bayi dan hendak mengasuhnya. Namun, keputusan Asiyah ini hampir mengancam nyawa Musa bayi. Pasalnya, Firaun hendak membunuh Musa.

Setelah mengetahui niat keji sang suami, Asiyah pun memohon dan merayu sang suami untuk tidak membunuh Musa bayi. Asiyah adalah perempuan yang tidak bisa memiliki keturunan. Melihat hal ini, Firaun pun memaklumi keinginan istrinya dan mengizinkan Musa bayi untuk diasuh Asiyah di kerajaan. Musa pun hidup di istana Firaun.

Namun, Musa bayi terus menangis dan tidak mau disusukan oleh perempuan lain. Hingga datang saudari Musa, Maryam, kemudian ia mengusulkan untuk menyewa keluarga untuk menyusui dan merawat Musa bayi.

Asiyah pun menyetujui tawaran saudari Musa. Ternyata, perempuan yang diusulkannya adalah ibu kandung Nabi Musa sendiri dan akhirnya keduanya bertemu kembali.

Perintah untuk menghanyutkan Musa bayi memang amat berat bagi ibu Nabi Musa. Namun, berkat kesabaran dan percaya akan janji Allah SWT, tidak perlu waktu lama bagi ibu dan anak itu bertemu. Semoga kita bisa meneladani kesabaran seperti yang ibu Nabi Musa lakukan.

Penulis: Fanny Haristianti

Baca Juga: Kisah Nabi Muhammad Mendapat Gelar Al Amin, Jadi Manusia Tepercaya

Topik:

  • Sierra Citra
  • Febriyanti Revitasari
  • Retno Rahayu
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya