Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ketahui Sifat Anak Sulung yang Bisa Memengaruhi Gaya Parenting

ilustrasi orangtua menasihati anak (pexels.com/gabbyk)
ilustrasi orangtua menasihati anak (pexels.com/gabbyk)

Menjadi anak sulung bukan hanya soal urutan lahir, tapi juga membentuk cara seseorang menghadapi tanggung jawab. Banyak anak sulung terbiasa mengambil peran sebagai panutan dan pelindung adik-adiknya sejak dini. Pengalaman ini bisa memengaruhi cara mereka menjalani peran sebagai orangtua kelak.

Berbagai studi menunjukkan bahwa anak sulung cenderung memiliki karakter seperti terorganisir, perfeksionis, hingga penuh tanggung jawab. Hal-hal tersebut seringkali terbawa saat mereka membesarkan anak. Yuk, kenali lebih dalam bagaimana sifat anak sulung bisa berdampak pada gaya parenting mereka!

1. Cenderung perfeksionis dan ingin segalanya sempurna

ilustrasi ibu dan anak menggunakan laptop (pexels.com/nicolabarts)
ilustrasi ibu dan anak menggunakan laptop (pexels.com/nicolabarts)

Sebagai anak pertama, mereka terbiasa menjadi contoh dan merasa harus selalu tampil baik. Sifat ini bisa membuat mereka menjadi orangtua yang sangat fokus dan menginginkan segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Hal ini bisa menciptakan tekanan tersendiri dalam pola asuh, baik bagi diri mereka sendiri maupun anak-anaknya.

“Anak sulung sering kali sangat perhatian terhadap emosi dan kebutuhan orang lain, serta terlalu waspada terhadap kegagalan,” jelas Jennifer Katzenstein, PhD, Direktur Psikologi di Johns Hopkins All Children's Hospital, dilansir Parents.

Gaya ini bisa membuat mereka lebih mudah stres saat merasa tidak bisa memenuhi ekspektasi dalam membesarkan anak. Meski punya niat baik, perfeksionisme yang berlebihan justru bisa menjadi tantangan dalam parenting.

2. Suka keteraturan dan jadwal yang konsisten

ilustrasi bapak menyisir rambut anak (pexels.com/augustderichelieu)
ilustrasi bapak menyisir rambut anak (pexels.com/augustderichelieu)

Anak sulung biasanya menyukai rutinitas yang terstruktur dan jelas. Mereka cenderung menerapkan hal yang sama dalam pola pengasuhan, seperti jadwal tidur yang ketat atau rencana aktivitas harian anak. Ini membuat mereka jarang melenceng dari jadwal dan kurang fleksibel saat ada perubahan tak terduga.

Sisi positifnya, anak akan tumbuh dalam lingkungan yang disiplin dan teratur. Namun, terlalu terpaku pada jadwal bisa membuat mereka sulit menyesuaikan diri dengan kondisi anak yang dinamis. Kadang, fleksibilitas juga dibutuhkan agar anak merasa lebih nyaman dan tidak tertekan.

3. Bisa jadi orangtua yang cenderung kaku dan tegas

ilustrasi mama dan anak melakukan percakapan (pexels.com/rdne)
ilustrasi mama dan anak melakukan percakapan (pexels.com/rdne)

Karena terbiasa menjadi pemimpin di rumah, anak sulung sering membawa gaya tegas dalam pola asuh. Mereka bisa menerapkan aturan yang cukup kaku, seperti tanggung jawab rumah tangga yang jelas atau batasan dalam menggunakan gadget. Sikap ini membuat mereka terlihat tegas dan konsisten sebagai orangtua.

“Secara umum, anak pertama cenderung agak dominan, kata Dr. Katzenstein. “Mereka mungkin sedikit lebih otoriter terhadap anak-anak mereka, ingin menjalankan pola asuh yang tetap, dan bisa sangat ketat,” tambahnya.

Namun, gaya ini kadang terkesan otoriter jika tidak diimbangi dengan komunikasi yang hangat. Anak-anak bisa merasa kurang bebas berekspresi jika semua aturan terlalu ketat. Penting untuk menyeimbangkan antara ketegasan dan empati agar hubungan tetap harmonis.

4. Bertanggung jawab dan terlibat aktif dalam kehidupan anak

ilustrasi ibu dan anak membaca buku (pexels.com/olly)
ilustrasi ibu dan anak membaca buku (pexels.com/olly)

Sejak kecil, anak sulung sering diminta membantu mengurus adik atau menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Kebiasaan ini membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang penuh tanggung jawab. Saat menjadi orangtua, mereka cenderung sangat terlibat dan terorganisir dalam mengatur kehidupan anak.

“Anak sulung bisa diandalkan, cenderung bertanggung jawab, dan kadang-kadang perfeksionis. Namun, mereka juga biasanya menjadi orang pertama yang mencari solusi dan siap mengambil peran ketika dibutuhkan,” ujar Leslie Sanders, PsyD, psikolog klinis berlisensi dan direktur program di AToN Center, dilansir Parents.

Mereka biasanya aktif dalam memantau perkembangan sekolah anak, membuat rencana kegiatan, hingga memastikan kebutuhan anak terpenuhi. Hal ini menjadi nilai plus karena anak merasa diperhatikan. Namun, pastikan peran tersebut tidak berubah menjadi kontrol yang terlalu ketat terhadap kehidupan anak.

5. Memiliki ekspektasi tinggi terhadap anak

ilustrasi seorang ayah dan anak (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi seorang ayah dan anak (pexels.com/cottonbro)

Karena dibesarkan dengan standar tinggi, anak sulung sering kali menularkan hal yang sama ke anak-anaknya. Mereka berharap anak bisa mencapai tujuan, disiplin, dan bertanggung jawab sejak dini. Harapan ini bisa menjadi motivasi, tapi juga bisa memberi tekanan jika tidak disesuaikan dengan kemampuan anak.

“Standar mereka yang tinggi bisa menjadi tekanan bagi anak-anak mereka,” kata Sanam Hafeez, PsyD, neuropsikolog dari Comprehend the Mind, dilansir Parents.

Tak jarang mereka mendorong anak untuk cepat mandiri dan menyelesaikan masalah sendiri. Sikap ini memang bisa melatih anak menjadi tangguh, tapi tetap perlu diimbangi dengan empati dan pemahaman. Anak juga butuh dukungan emosional, bukan sekadar dorongan untuk selalu berprestasi.

Jadi anak sulung punya banyak modal dalam mengasuh, dari tanggung jawab sampai disiplin. Tapi jangan lupa, anak juga butuh ruang dan empati. Jadi orangtua yang tegas itu penting, tapi jadi yang hangat dan suportif jauh lebih bermakna.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us