Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jadi Support System bagi Ibu Tunggal, Menguatkan tanpa Menghakimi

ilustrasi anak dan orangtua tiri (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi anak dan orangtua tiri (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Pengalaman menjadi ibu tunggal, baik karena bercerai, kehilangan akibat kematian, maupun pilihan untuk membesarkan anak seorang diri, tentu menjadi keputusan yang besar. Langkah ini dapat mengubah kehidupan seseorang, secara signifikan.

Fitri, bukan nama sebenarnya (29 tahun) mengaku pengalaman menjadi ibu tunggal membuat kondisi emosionalnya cukup tertekan. Pada mulanya menjadi ibu tunggal membuatnya merasa stres, terlebih karena masalah finansial yang harus dihadapi. Namun seiring berjalannya waktu, perempuan tersebut berupaya untuk mencari tujuan hidup baru.

Fitri berbagi, "Ketika melihat kondisi sekarang yang semuanya harus bertumpu ke diri saya sendiri, muncul rasa khawatir akan kekurangan dalam menafkahi anak, khawatir tidak bisa memberikan yang terbaik dan lebih capek ternyata."

The Seleni Institute, lembaga non profit yang fokus pada isu kesehatan mental perempuan mencatat, Ibu tunggal menghadapi sejumlah tantangan seperti keraguan pada diri sendiri, kesulitan membuat keputusan, serta stres dan anxiety terhadap masalah keuangan. Tak hanya itu, dalam Psychology Today juga ditemukan bahwa orangtua tunggal cenderung merasa tidak memiliki siapa pun yang bisa dijadikan tempat curhat, meminta bantuan, atau mencari dukungan.

Pemaparan tersebut menunjukkan pentingnya dukungan dari lingkungan sekitar kepada ibu tunggal. Baik oleh keluarga, sahabat, maupun masyarakat di sekitar. Bagaimana memberikan dukungan bagi single mom agar dapat bertahan dan melalui momen sulit dalam hidupnya?

1. Berikan dukungan fisik dan emosional bagi ibu tunggal

Ilustrasi anak bilang ingin pipis (unsplash.com/Jonathan Borba)
Ilustrasi anak bilang ingin pipis (unsplash.com/Jonathan Borba)

Ibu tunggal mengalami banyak guncangan emosional, terlebih ketika menerapkan pola pengasuhan pada anaknya. Sebagaimana diceritakan oleh Fitri yang merasa khawatir dan ragu ketika harus membesarkan buah hatinya seorang diri. Hal ini menunjukkan pentingnya dukungan emosional yang diberikan oleh teman, keluarga hingga lingkungan.

Psikolog Klinis, Putri Aisya Pahlawani, M. Psi, Psikolog menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan untuk memberikan dukungan terhadap ibu tunggal, "Dukungan yang bisa kita berikan bisa dengan dukungan fisik atau emosional. Tapi pastikan kamu juga memiliki kesanggupanmu sendiri. Dukungan fisik seperti, misal datang ke rumahnya, bantu-bantu sedikit atau ajak main anak ketika ibu beres-beres. Dukungan emosional seperti mengajak ibu single fighter jalan-jalan, mendengarkan ketika dia berkeluh kesah," ujar

Sementara itu, Putri menegaskan beberapa perilaku yang kurang menghargai ibu tunggal sebaiknya dihindari. Jangan melakukan perbuatan yang dapat menciptakan ketidaknyamanan saat seorang perempuan tengah melakoni perannya sebagai ibu tunggal, terlebih hal yang sensitif seperti perkembangan anak.

Ditanya apa saja yang tidak boleh dilakukan kepada ibu tunggal, Putri menyebutkan, "Memaksa dia untuk segera mencari pendamping hidup atau sosok ayah untuk anak (terutama kalau ibu baru jadi single mom atau masih belum siap). Menghakimi kalau dia malas hanya karena dia ingin me time, mengaitkan perkembangan anak dengan kondisinya sebagai single mom (apalagi kalau negatif)."

2. Jangan menghakimi ibu tunggal

ilustrasi anak dan orangtua tiri (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi anak dan orangtua tiri (pexels.com/Kampus Production)

Berhenti memberikan stigma atau melabeli ibu tunggal dengan sebutan yang tidak pantas. Penelitian yang dipaparkan oleh Psikolog Bella DePaulo, Ph.D., menyebutkan bahwa ketika seseorang mendapatkan stereotipe, mereka akan merasa lebih cemas, insecure, dan merasa tidak nyaman. Selain itu, ibu tunggal yang menerima stereotipe tertentu akan merasa kurang bebas dan kurang berdaya.

Pandangan ini juga disampaikan oleh Maureen Hitipeuw founder Komunitas Single Moms Indonesia pada IDN Times (16/8/21). Maureen menyebutkan tantangan yang dihadapi oleh ibu tunggal adalah penghakiman dari orang lain.

"Single moms itu sama kok seperti perempuan lainnya yang butuh tidak dihakimi. Paling tidak bisa dimulai dengan sesederhana stop bercanda tentang janda. Jangan menjadikan kata janda ini sebagai marketing gimmick," ujarnya.

Sebagai inisiator komunitas ibu tunggal, Maureen menegaskan bahwa dukungan kepada ibu bisa diberikan melalui cara yang sederhana. Salah satunya adalah tidak menggunakan terms yang mengarahkan pada pandangan negatif terhadap perempuan yang menjalani peran sebagai ibu tunggal. Tidak memberikan label buruk atau pun menghakimi peran tersebut.

3. Sarankan ibu tunggal untuk mendapat bantuan secara profesional

ilustrasi anak berperan sebagai dokter (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi anak berperan sebagai dokter (pexels.com/Yan Krukau)

Ketika seorang ibu harus membesarkan anak seorang diri, ia kerap menghadapi beban fisik dan mental yang datang bersamaan. Tak jarang, peran sebagai ibu tunggal menuntutnya untuk mencari nafkah, memenuhi peran tugas pengasuhan, sekaligus menjadi emotional support bagi buah hati mereka. Tantangan yang dihadapi kian kompleks, oleh karenanya dukungan emosional menjadi aspek yang krusial.

Selain itu, berikan rekomendasi bagi ibu tunggal untuk bertemu dengan ahli, tanpa memaksa, "Bisa juga seorang teman menyarankan untuk ke tenaga kesehatan mental kalau ibu sudah terlihat burnout yg berdampak ke kehidupan sehari-harinya." ujar Putri.

Sebagai orang terdekat atau mungkin masyarakat yang hidup berdampingan dengan ibu tunggal sudah sepatutnya turut berkontribusi meringankan tantangan yang dihadapi. Tak perlu langkah yang rumit, pertama-tama pahami bahwa menjadi ibu adalah periode yang berat, maka berempatilah untuk memberi ruang yang aman dan nyaman. Bisa juga menjadi sandaran untuk mendengar ceritanya, meringankan bebannya.

Putri berpesan pada ibu tunggal, "Mencari support system (grup/komunitas), selain untuk berbagi perasaan, berbagi ilmu. Memberi afirmasi positif pada diri sendiri apapun usaha atau proses yang dilakukan, tidak menyalahkan diri sendiri atas hal yang terjadi."

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us