6 Tanda Anak Tidak Betah di Rumah, Cari Kesibukan di Luar?

Memasuki masa-masa remaja, anak kerap mencoba berbagai hal dan melakukan eksplorasi untuk tahu apa yang dirinya suka. Gak jarang, mereka akan mengikuti banyak kegiatan di luar rumah dan bertemu dengan banyak teman-teman sebaya.
Namun, selain karena banyaknya kegiatan yang diikuti, alasan anak jarang di rumah juga bisa dikarenakan dirinya mencari distraksi dari dalam rumah karena merasa kurang betah di dalamnya. Nah, meskipun tricky, orangtua pun perlu tahu alasan di baliknya agar anak dapat menemukan tempat pulang yang nyaman. Yuk, simak tanda-tanda anak tidak betah di rumah yang wajib diperhatikan oleh para parents!
1. Menghindari menghabiskan waktu bersama

Dilansir Parents, saat anak mulai menghindari waktu bersama keluarga, ini bisa jadi sinyal kuat bahwa ada perasaan kecewa atau gak nyaman dengan perilaku orangtua. Anak mungkin gak mengungkapkan perasaan mereka secara langsung, tetapi perubahan dalam kebiasaan, seperti lebih sering mengurung diri di kamar atau mencari alasan untuk gak ikut kegiatan keluarga.
"Perasaan tidak betah di rumah bisa dikarenakan kurangnya struktur dan aturan yang tidak konsisten yang membuat anak menarik diri dari rumah dan keluarga," ucap Dr Gene Beresin, seorang profesor psikiatri dari Harvard Medical School, dikutip Parents.
Menghindari interaksi bisa jadi bentuk perlindungan diri, terutama jika mereka merasa bahwa percakapan atau situasi bersama orangtua sering berujung pada kritik, tekanan, atau bahkan konflik. Anak yang kecewa biasanya merasa gak didengarkan atau diabaikan, sehingga mereka memilih untuk menarik diri daripada menghadapi situasi yang membuat mereka merasa lebih buruk.
2. Menarik diri dari kegiatan keluarga

Ketika seorang anak atau anggota keluarga mulai menarik diri dari kegiatan keluarga, ini bisa menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang mengganggu perasaan atau pikiran mereka. Menarik diri dari momen kebersamaan bukan hanya soal kurangnya minat, tetapi bisa jadi merupakan bentuk perlindungan diri atau pelarian dari tekanan emosional yang mereka rasakan.
Misalnya, anak yang biasanya bersemangat ikut makan malam bersama atau ikut dalam kegiatan akhir pekan mendadak sering mencari alasan untuk absen. Mereka mungkin merasa gak nyaman berada di lingkungan keluarga karena merasa gak dipahami, gak dihargai, atau bahkan tertekan oleh ekspektasi dan kritik.
3. Perubahan suasana hati yang sering terjadi

Rasa kesal bisa bikin suasana hati cepat berubah, terutama pada remaja. Mereka mungkin tiba-tiba sadar kalau harapan mereka gak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, anak yang biasanya ceria dan banyak ngobrol, mendadak jadi diam, murung, atau bahkan marah tanpa alasan yang jelas. Ini bisa jadi tanda bahwa mereka sedang merasa kecewa atau bahkan marah, tapi bingung bagaimana cara menyampaikannya.
Kadang, ekspresi wajah atau sikap mereka yang mendadak dingin, serta menarik diri dari obrolan, bisa menunjukkan kalau mereka sedang kesal atau marah. Namun, bukan berarti mereka benar-benar membenci, mungkin mereka cuma belum paham bagaimana cara mengelola emosi itu.
4. Menghindari percakapan pribadi

Dikutip Huff Post, tanda-tanda bahwa anak merasa kesal atau marah dengan orangtuanya sering kali muncul secara halus, seperti menolak berbicara tentang hal-hal pribadi. Beberapa anak mungkin menyikapi rasa kesal atau kebencian dengan menjaga hubungan mereka dengan orangtua tetap di permukaan.
"Selama orangtua tetap menjaga hubungan dengan anak mereka, maka kecil kemungkinan tidak nyaman akan tumbuh. Tetapi semua orang melakukan kesalahan, dan setiap anak berbeda. Untuk itu, orangtua perlu berbelas kasih kepada anak mereka dan memberi ruang untuk belajar dan bertumbuh," ujar Kristene Geering, seorang pendidik orangtua di sumber daya keluarga Parent Lab
Mereka bisa saja masih bercanda saat makan malam atau membahas hal-hal umum seperti sekolah, tapi begitu percakapan beralih ke topik yang lebih dalam, seperti perasaan, atau hal-hal yang lebih sensitif, mereka cenderung menarik diri dan menghindar. Ketika anak enggan membahas hal-hal pribadi, itu bisa menjadi tanda bahwa mereka merasa gak nyaman atau ada perasaan marah yang belum terselesaikan.
5. Mengeluh tentang merasa tidak didengar atau tidak diakui

Mendengarkan keluhan anak adalah hal yang sangat penting bagi orangtua. Ketika seorang anak mengeluh bahwa orangtuanya gak pernah mendengarkan atau mempertimbangkan perasaannya, itu bisa menjadi sinyal kuat bahwa mereka merasa diabaikan. Rasa gak nyaman seperti ini sering menjadi penyebab utama mengapa anak gak betah di rumah.
Selain itu, anak mungkin merasa bahwa orangtuanya selalu membuat keputusan tanpa mendengar atau memahami sisi cerita dari sudut pandangnya. Padahal, saat anak masih berani mengeluh, ini adalah tanda positif. Mengeluh menunjukkan bahwa mereka masih berharap orangtua peduli dan menghargai perasaannya.
6. Merasa pilih kasih terhadap saudara kandung

Ketika seorang anak merasa bahwa orangtua lebih memprioritaskan saudara kandungnya, perasaan gak nyaman pun bisa muncul. Ini sering terlihat ketika salah satu anak mendapat lebih banyak perhatian, pujian, atau hadiah dibandingkan yang lain. Anak yang merasa diabaikan mungkin akan mulai merasa tersisih, kurang dihargai, atau bahkan gak penting di mata orangtua.
Perasaan tersisih ini gak hanya menimbulkan rasa sakit hati, tetapi juga bisa memicu konflik antar saudara. Persaingan di antara anak-anak pun bisa menjadi lebih tajam karena adanya perlakuan yang gak adil dari orangtua. Anak yang merasa diabaikan juga mungkin mulai menarik diri dan menunjukkan sikap mudah marah sebagai bentuk protes terhadap situasi tersebut.
Itu dia tanda-tanda anak yang gak betah di rumah. Dari tanda di atas, orangtua pun bisa mencari solusi dengan lebih cepat, memperbaiki hubungan baik orangtua dan anak.