“Orangtua mungkin tidak diajarkan cara menangani emosi dengan benar saat masih kecil, sehingga membawa pola itu ke kehidupan dewasa,” jelas Dr. Brooke Keels, PhD, LPC, kepala klinis di Lighthouse Recovery, dilansir Verywell Mind.
7 Tanda Kamu Dibesarkan dengan Pola Asuh yang Tidak Ideal

Setiap orangtua tentu ingin yang terbaik untuk anaknya, tapi tidak semua orangtua bisa menjalankan pola asuh secara ideal. Beberapa anak tumbuh dengan pengalaman yang membentuk cara pandang, emosi, dan kebiasaan mereka hingga dewasa.
Pola asuh yang tidak ideal bisa meninggalkan bekas emosional yang memengaruhi kepercayaan diri, kemampuan mengambil keputusan, hingga hubungan dengan orang lain. Mengetahui tanda-tandanya penting agar kamu bisa memahami diri sendiri dan mulai menyembuhkan luka masa kecil. Yuk, ketahui tanda kamu dibesarkan dengan pola asuh yang tidak ideal berikut ini.
1. Kamu tidak pernah merasa didengarkan

Anak yang perasaannya diabaikan cenderung merasa tidak penting dan kesepian. Kurangnya komunikasi dari orangtua membuat anak merasa terisolasi secara emosional. Seperti dijelaskan Adrienne Katz, seorang peneliti dan penulis, dilansir The Guardian, mendengarkan anak dan memberi mereka tingkat kontrol tertentu sangat penting bagi perkembangan mereka.
Anak mungkin belajar untuk menahan diri atau menyesuaikan diri dengan harapan orang lain demi diterima. Seiring waktu, hal ini bisa menimbulkan rasa frustrasi, rendah diri, dan kesulitan membangun komunikasi yang sehat dalam hubungan pribadi. Lingkungan seperti ini bisa memengaruhi cara anak berinteraksi dengan orang lain di masa depan.
2. Kamu tidak pernah diajarkan cara mengelola emosi

Pola asuh yang tidak ideal sering mengabaikan pengajaran tentang pengelolaan emosi. Anak yang tidak belajar mengekspresikan perasaan mereka cenderung kesulitan menghadapi stres dan konflik. Mereka menjadi rentan terhadap ledakan emosi dan kecemasan.
Anak yang tidak memperoleh contoh ini akan kesulitan mengatur perasaan dan bereaksi secara tepat di lingkungan sosial. Hal ini berdampak pada hubungan dan kesejahteraan mental mereka di masa dewasa.
3. Kamu merasa tidak pernah cukup baik

Anak yang dibesarkan dengan standar tinggi dan kritikan berlebihan sering merasa tidak pernah cukup baik. Mereka jarang mendapat pujian atau pengakuan atas usaha yang dilakukan. Pola ini menanamkan rasa kurang percaya diri sejak kecil.
“Perilaku seperti ini bisa membuat anak memiliki harga diri rendah dan kurang percaya diri, sehingga mereka enggan mengekspresikan keinginan dan kebutuhan,” kata Sharron Frederick, LCSW, psikoterapis di Clarity Health Solutions, dilansir Healthline.
Akibatnya, anak merasa tidak berharga dan takut gagal dalam berbagai hal. Mereka cenderung lebih mudah frustrasi dan cemas ketika menghadapi tantangan hidup. Pola ini juga membuat mereka kesulitan mengekspresikan keinginan dan kebutuhan secara bebas.
4. Kamu tidak pernah diberikan ruang untuk menjadi diri sendiri

Orangtua yang terlalu mengontrol sering tidak memberi anak kesempatan mengembangkan identitasnya. Anak yang tidak bebas mengeksplorasi minat dan keinginan cenderung merasa tertekan. Pola ini membatasi kreativitas dan pertumbuhan pribadi mereka.
Kurangnya kebebasan ini bisa membuat anak bingung tentang siapa mereka sebenarnya. Mereka sulit menentukan arah hidup dan membuat keputusan secara mandiri karena selalu menyesuaikan diri dengan ekspektasi orangtua. Akibatnya, kreativitas, kemandirian, dan kepercayaan diri anak sering terhambat sejak dini.
5. Kamu sering merasa cemas dan takut mengambil keputusan

Anak yang dibesarkan di lingkungan tidak stabil sering takut membuat keputusan sendiri. Ketidakpastian dan rasa takut gagal membuat mereka ragu dalam menentukan pilihan. Pola ini membentuk kecemasan jangka panjang.
Rasa takut gagal dan membuat kesalahan membuat anak sering menunda keputusan atau menghindari tanggung jawab. Lingkungan yang tidak konsisten atau penuh tekanan dari orangtua emosional dapat memperkuat kecemasan ini. Akibatnya, anak tumbuh menjadi pribadi yang kesulitan mengambil keputusan penting di masa dewasa dan cenderung bergantung pada orang lain.
6. Kamu selalu merasa harus menyenangkan orang lain

Jika sejak kecil kamu terbiasa mengutamakan perasaan orang lain daripada dirimu sendiri, ini bisa jadi tanda pola asuh yang tidak sehat. Anak yang terus-menerus diminta patuh tanpa ruang untuk berpendapat sering tumbuh dengan kebiasaan people pleasing. Hal ini membuatmu sulit menolak meski merasa terbebani.
“Jika dibesarkan oleh orangtua yang emosionalnya tidak matang, kamu mungkin merasakan emosi dengan sangat dalam dan memperhatikan emosi orang lain serta kebutuhan emosionalmu sendiri yang tidak terpenuhi,” kata Heather Stevenson, PsyD, psikolog klinis, dilansir Verywell MInd.
Pola ini membuat anak kehilangan jati diri karena selalu berusaha memenuhi harapan orang lain. Akibatnya, kamu lebih sering mengabaikan kebutuhan pribadi demi dianggap baik oleh orang sekitar. Kebiasaan ini bisa terbawa hingga dewasa dan memengaruhi hubunganmu.
7. Kamu tidak terbiasa mendapat dukungan emosional

Orangtua yang dingin atau terlalu sibuk sering membuat anak merasa sendirian dalam menghadapi masalah. Anak-anak ini jarang mendapat pelukan, dukungan, atau kata-kata penguatan. Dampaknya, kamu tumbuh dengan perasaan bahwa harus selalu kuat sendiri.
Seiring waktu, kebiasaan ini bisa membuatmu sulit meminta bantuan meski sedang kesulitan. Kamu terbiasa menyelesaikan segalanya seorang diri agar tidak dianggap lemah. Padahal, dukungan emosional sangat penting untuk kesehatan mental dan kebahagiaan jangka panjang.
Menyadari tanda-tanda pola asuh yang tidak ideal bukan untuk menyalahkan orangtua, melainkan memberi kesempatan untuk penyembuhan diri. Dengan memahami pola-pola ini, kamu bisa belajar menetapkan batasan sehat, menghargai kebutuhan pribadi, dan membangun hubungan yang lebih sehat.