#MahakaryaAyahIbu: Perjuangan Ayah Ibuku Sebagai Keluarga Etnis Tionghoa yang Hidup di Indonesia

Tetaplah semangat dan berusaha terus dan terus, percaya bahwa semua akan indah pada waktunya.

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


Saya adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara di salah satu kota besar di Indonesia. Kedua orangtua kami beretnis tionghoa. Kami tinggal di rumah warisan kakek dari ayah saya, rumah berpondasi kayu serta berdinding bilik dan triplek. Beberapa kali rumah kami dipenuhi dengan rayap, yang kami sendiri tidak tahu sampai kapan rumah ini kuat berdiri. Lalu kami pun sadar pada suatu hari nanti rumah ini akan di jual dan warisannya dibagikan kepada 12 orang saudara ayah.

dm-player

Keluarga kami bukanlah keluarga tionghoa yang sukses. Kami hidup seadanya. Ayah saya seorang pekerja yang tak menentu. Jual beli barang bekas, dengan pendapatan yang tidak menentu. Ayah selalu bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Ayah mendidik kami dengan keras pada saat kami berusia remaja. Dari situ kami belajar bahwa hidup ini sulit. Butuh kerja keras dan perjuangan agar kami tidak terus menerus seperti ini.

Di samping selalu ada orang-orang di sekitar kami yang memandang kami sebelah mata karena etnis kami. Ibu kami adalah seorang ibu rumah tangga yang selalu mendorong kami agar kami tetap maju. Saya teringat saat saya masih kecil, pada malam hari saya terbangun dari tidur dan melihat ibu saya berdoa untuk kami semua. Sebuah kenangan masa kecil yang tidak akan pernah saya lupakan. Suatu iman yang kokoh tak tertandingi yang dipunyai oleh ibu saya, membuat kami selalu kuat dalam menjalani hidup sehari hari dengan penuh rasa semangat dan pantang menyerah.

Saya percaya bahwa kekuatan doa sangatlah besar di hidup saya. Lantunan doa membuat kami semua mempunyai iman yang kokoh tak tertandingi. Dari remaja hingga hari ini saya selalu berdoa yang terbaik untuk keluarga kami. Kami semua percaya bahwa tidak ada usaha kami yang cuma-cuma, dan kami percaya bahwa semua akan indah pada waktunya.

Ayah dan Ibu, jika Tuhan berkenan suatu saat nanti. Izinkan kami untuk memberikan sebuah mahakarya untuk kalian. Sebagai tanda terimakasih kami kepada kalian yang telah mendidik kami dengan keras sehingga kami mengerti arti kehidupan. Sebuah rumah kecil untuk kita semua. Agar kita bisa hidup dengan tenang dan nyaman.

Tommy Tanu Wijaya Photo Writer Tommy Tanu Wijaya

Anak ke 3 dari 4 bersaudara mahasiswa STKIP SILIWANGI Bandung Karyawan swasta PT.Gracia Pharmindo

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya