Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Tips Ajarkan Pekerjaan Rumah pada Anak

ilustrasi anak mencuci piring (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi anak mencuci piring (pexels.com/Gustavo Fring)
Intinya sih...
  • Pembagian tugas rumah tidak lagi dibatasi oleh stereotip gender
  • Bahasa yang tidak membedakan gender penting dalam mengajarkan pekerjaan rumah
  • Memberikan apresiasi yang adil pada anak setelah menyelesaikan tugas rumah

Dalam kehidupan modern yang sudah semakin setara tentunya pembagian tugas rumah tangga semestinya tidak lagi dibatasi oleh stereotip gender yang ada. Baik anak laki-laki atau perempuan tentu memiliki kemampuan yang sama dalam melakukan pekerjaan rumah, mulai dari menyapu lantai, membersihkan kamar, hingga mencuci piring.

Sayangnya ternyata masih banyak orangtua yang secara tidak sadar justru semakin memperkuat pembagian peran tradisional di rumah, sehingga hal ini membuat anak tumbuh dengan pandangan bahwa pekerjaan rumah tangga hanya milik satu gender saja. Oleh sebab itu, dibutuhkan beberapa tips penting berikut ini dalam mengajarkan pekerjaan rumah pada anak tanpa harus memandang gender.

1. Gunakan bahasa yang netral dan setara

ilustrasi anak mencuci baju (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi anak mencuci baju (pexels.com/cottonbro studio)

Pada saat mengajarkan pekerjaan rumah tentu penting untuk selalu menggunakan bahasa yang tidak membedakan antara anak laki-laki dan juga perempuan. Tentunya menghindari pengucapan yang hanya menjurus pada satu gender saja dapat memberikan pandangan bias sejak dini, sehingga hal inilah yang perlu dihindari oleh orangtua.

Gunakan kalimat yang menunjuk bahwa semua anggota keluarga sama-sama memiliki tanggung jawab untuk membersihkan dan juga merawat rumah dengan baik. Bahasa merupakan alat utama dalam pembentukan pola pikir anak, sehingga pastikan bahwa orangtua selalu menggunakan kata-kata yang mengandung nilai kesetaraan.

2. Libatkan anak berdasarkan usia, bukan gender

ilustrasi anak bermain (pexels.com/Polesie Toys)
ilustrasi anak bermain (pexels.com/Polesie Toys)

Memberikan tugas rumah berdasarkan tingkat kematangan dan juga kemampuan anak tentu merupakan hal penting, sehingga tidak berdasarkan pada jenis kelaminnya. Anak usia 4 sampai dengan 6 tahun misalnya mungkin bisa diminta membereskan mainan atau mengelap meja, sehingga tidak perlu melihat apakah memang anak tersebut laki-laki atau perempuan.

Setidaknya dengan membiasakan hal ini sejak dini, maka anak akan menganggap bahwa pekerjaan rumah tentu merupakan bagian penting dari kehidupan bersama, sehingga tidak menjadi kewajiban dari salah satu gender saja. Pembagian tugas yang sesuai dengan usia juga dapat membantu anak untuk membangun kemandirian dan rasa tanggung jawab secara bertahap.

3. Jadikan orangtua sebagai contoh nyata

ilustrasi anak memasak (pexels.com/Annushka Ahuja)
ilustrasi anak memasak (pexels.com/Annushka Ahuja)

Anak-anak biasanya akan selalu belajar melalui pengamatan terhadap perilaku orangtua yang mereka lihat sehari-hari. Jika ayah ikut mencuci piring dan ibu ikut mengganti lampu, maka anak akan tumbuh dengan pemahaman bahwa tidak ada pekerjaan yang secara eksklusif hanya untuk satu gender saja, sebab semuanya bisa mengerjakan hal tersebut.

Coba tunjukkan secara langsung bahwa setiap anggota keluarga sama-sama memiliki kontribusi untuk menjaga rumah. Peran aktif dari orangtua dalam membagi pekerjaan rumah secara merata tentu merupakan langkah terbaik agar bisa selalu menanamkan nilai kesetaraan pada anak sejak dini tanpa harus membeda-bedakannya secara gender.

4. Beri penghargaan berdasarkan usaha, bukan peran

ilustrasi anak menggosok pakaian (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi anak menggosok pakaian (pexels.com/cottonbro studio)

Pada saat anak berhasil menyelesaikan tugas rumah, maka orangtua bisa memberikan apresiasi berdasarkan kerja keras dan juga ketekunan yang telah ditunjukkan oleh anak, sehingga bukan karena ia telah melakukan sesuatu yang tidak biasa untuk gendernya. Hindari memuji anak laki-laki secara berlebihan hanya karena ia mencuci piring contohnya, sehingga hal inilah yang perlu orangtua perhatikan.

Dengan memberikan pujian yang adil pada siapa pun setelah menyelesaikan tugas, maka anak akan tetap merasa dihargai atas usahanya, sehingga tidak menyalahi norma yang ada. Sikap ini juga dapat membangun rasa percaya diri dan motivasi anak dalam berkontribusi di rumah, sehingga tidak terpaku pada peran gender tertentu.

Mengajarkan pekerjaan rumah pada anak tanpa mengenal gender ternyata merupakan langkah penting untuk membangun generasi yang adil, setara, dan mandiri. Setidaknya dengan membiasakan hal ini sejak kecil, maka anak akan tumbuh menjadi individu yang dapat menghargai kerjasama dan tidak terjebak pada stereotip gender. Orangtua tentu perlu memberikan contoh nyata agar anak bisa menirunya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us