5 Dampak Negatif Tumbuh Bersama Strict Parents Perfeksionis

Apakah kamu adalah salah satu orang yang tumbuh dengan pola asuh strict parents yang suka mengontrol atau perfeksionis? Keadaan ini biasanya akan membuat percakapan dalam keluarga terasa tegang dan terbatas. Selain itu, anak sering merasa tidak diperbolehkan menjadi diri sendiri atau mengekspresikan emosi tertentu.
Tumbuh dalam rumah tangga dengan begitu banyak peraturan tentang apa yang benar dan apa yang salah tentunya sangat melelahkan. Jika kamu terus-menerus merasakan penderitaan ini, konsekuensinya bisa sangat merusak di kemudian hari.
Setiap anak mengalami ketidakstabilan saat tumbuh dewasa. Hal ini wajar dan tidak dapat dihindari. Namun beberapa orangtua bertindak terlalu jauh dengan bersikap terlalu ketat dan perfeksionis. Tentunya pola asuh seperti ini mempunyai dampak yang buruk bagi sang anak. Apa saja? Dilansir YourTango, simak lima dampak buruk berikut.
1. Penekanan emosi yang memicu penyakit jangka panjang

Gejala pertama dan paling umum dari dibesarkan oleh orangtua yang perfeksionis adalah kamu cenderung menekan emosi. Entah itu kesedihan, kemarahan, frustrasi, kecemburuan, atau emosi lain yang sering dicap sebagai "negatif" dalam masyarakat modern, kamu mungkin akan kesulitan membuka emosi tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Emosi yang ditekan secara kronis ini kemudian akan berubah menjadi penyakit, kecemasan, depresi, atau penyakit dalam jangka panjang seperti kanker dan penyakit mental yang lebih parah. Tentunya berbahaya bukan?
2. Mengalihkan emosi yang kurang menyenangkan kepada diri sendiri

Semakin sulitnya mengungkapkan emosi, semakin besar kemungkinan kamu mengalihkan emosi yang kurang menyenangkan kepada diri sendiri. Contohnya ad3. Rentan terhadap kecanduanalah misalkan orangtuamu bercerai ketika kamu berumur enam tahun. Karena anak-anak pada dasarnya egosentris, kamu akan membuat cerita bahwa penyebab orangtuamu berpisah adalah kesalahanmu. Kemudian cerita itu dibangun selama bertahun-tahun dan menjadikan kamu memiliki perasaan yang mendalam seperti perasaan tidak dapat dicintai.
Hal ini biasanya terjadi pada rumah tangga yang perfeksionis. Jika ada ratusan peraturan tentang bagaimana kamu seharusnya berperilaku, dan kamu terus-menerus mendapat masalah karena tidak menaatinya dengan sempurna, maka pasti ada sesuatu yang salah dengan dirimu.
3. Rentan terhadap kecanduan

Ada banyak macam-macam kecanduan. Kamu bisa kecanduan pekerjaan, alkohol, obat-obatan, dan cinta. Pada intinya, kecanduan adalah respons stres yang maladaptif. Dengan kata lain, kecanduan yang kamu alami adalah apa yang kamu lakukan untuk mengatasi stres yang kamu rasakan ketika kamu tidak yakin harus berbuat apa lagi untuk mengatasinya.
Orang-orang yang tumbuh dengan orangtua yang sangat perfeksionis lebih rentan terhadap kecanduan daripada kebanyakan orang. Karena perfeksionisme orangtua mereka sendirilah yang selalu menjadi model respons stres maladaptif.
Contohnya, mungkin orangtuamu merasakan perasaan tidak berharga saat tumbuh dewasa karena orangtua mereka tidak pernah mengakui atau menyayangi mereka dengan cara yang jelas. Sehingga mereka belajar untuk mencoba menjalani hidup dengan “benar” untuk mendapatkan cinta dari mereka.
4. Stres kronis dan ketegangan fisiologis

Perlu diketahui bahwa salah satu dampak buruk lainnya yaitu kamu akan tumbuh menjadi seorang perfeksionis dan melanjutkan warisan perfeksionisme dari generasi ke generasi sampai kamu memutuskan untuk berkomitmen pada jalur baru.
Jika kamu selalu berusaha menjalani hidup dengan benar, tentunya kamu akan selalu merasa gelisah dan mengantisipasi kesalahan berikutnya yang akan kamu lakukan. Di sinilah lingkaran perfeksionisme dimulai. Setiap kesalahan yang kamu buat akan memperkuat perasaan tidak mampu dan tidak sempurna dan mendorong keinginan melakukan sesuatu dengan lebih benar.
5. Kesulitan menerima kritik

Perfeksionis memiliki dialog batin yang terus-menerus mengkritik diri sendiri. Seperti ada perintah di kepalamu yang memberi tahu bagaimana melakukan segalanya agar tidak dikritik.
Ketika seseorang memberi kritik atau umpan balik sebagai orang dewasa, akan sangat sulit untuk menerima kritik tersebut jika kamu memiliki orangtua yang perfeksionis. Nada bicara mereka akan mengingatkanmu pada orangtuamu, dan kamu akan merasa lebih terpicu dan defensif dibandingkan jika kamu tumbuh dalam rumah tangga yang penuh kasih dan suportif.
Selain itu, dampak lainnya adalah orang yang mengalami keadaan seperti ini cenderung menjalani kehidupan yang tidak selaras dan selalu berusaha menyenangkan orang lain yang perlahan-lahan mengikir kepercayaan diri dan terjerumus dalam perasaan tidak enak.