Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Tugas Besar yang Kerap Dibebankan pada Anak Pertama, Kamu Relate?

ilustrasi seseorang yang sedang merenung (pexels.com/Mikhail Nilov)

Di mata seorang adik, sosok kakak kerap kali dipandang sebagai orang yang sangat keren dan berwibawa. Seorang kakak bisa menjalankan beragam peran, mulai dari pelindung, penasihat, teladan, hingga pribadi yang selalu usil kepada adik-adiknya. Kendati demikian, dibalik ketegaran dan senyuman lepas dari anak pertama, tersimpan tanggung jawab yang tidak dapat dianggap remeh.

Sebagai anak yang lahir paling awal, anak pertama secara tidak langsung menjadi kepanjangan tangan kedua orangtuanya. Banyak hal yang dipercayakan kepada mereka, tetapi konsekuensinya harus menjalankan peran yang sulit dan terkadang sampai membuat pikiran menjadi tertekan. Jika kamu merupakan anak pertama, tentu akan memahami tugas besar yang dibebankan kepadamu berikut ini.

1.Dituntut untuk bisa menjadi teladan yang baik bagi adik-adiknya

ilustrasi keluarga (pexels.com/Askar Abayev)

Tidak dapat dimungkiri bahwa terlahir sebagai anak pertama memang sepatutnya siap untuk menjadi teladan bagi adik-adiknya. Namun, proses ini akan lebih mudah bila orangtua punya kemampuan untuk mendidik hingga menghasilkan pribadi sesuai harapan dengan cara yang benar. Masalahnya, anak pertama terkadang malah menjadi “korban” dari ketidakdewasaan orangtuanya, tetapi dituntut untuk baik-baik saja.

Situasi semacam ini menyebabkan anak pertama kerap merasa tertekan. Namun, daya juang yang secara alami mereka miliki dapat menyelamatkan dari segala kesulitan. Hasilnya, anak pertama tetap dapat tampil tegar, meski dalam hati mereka merasakan kerapuhan.

2.Bertanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga

ilustrasi seorang perempuan yang sedang fokus bekerja (pexels.com/Ivan Samkov)

Anak pertama biasanya merupakan anak yang tingkat kedewasaannya paling tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Mereka bisa mengerti kesulitan yang dialami oleh orangtuanya, terutama perihal perekonomian. Oleh sebab itu, terkadang keluarga tertentu meminta anak pertamanya untuk menjadi tulang punggung yang menanggung seluruh kebutuhan sehari-hari karena pada merekalah asa itu berada.

Keadaan semacam ini sungguh berat untuk dijalani mengingat anak pertama juga tentu punya keinginan pribadi yang menunggu diwujudkan begitu sudah memiliki penghasilan sendiri. Namun, mereka rela mengalah demi kepentingan keluarga tercinta dan berusaha selalu ikhlas untuk menjalankan perannya. Mereka hanya berharap semoga situasi lekas membaik, sehingga juga punya kesempatan untuk membahagiakan diri sendiri.

3.Diminta untuk segera menikah

ilustrasi pengantin (pexels.com/Jonathan Borba)

Ketika memasuki usia dewasa, umumnya seseorang mulai memiliki keinginan untuk menikah, terutama bagi yang sudah punya pasangan. Namun, setelah menjalani realita kehidupan yang ternyata penuh dengan tantangan berat, pernikahan menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangan dengan lebih matang. Pasalnya, menikah bukan hanya perkara melegalkan hubungan asmara, tetapi juga tentang membangun kehidupan bersama dengan layak dan penuh dengan kedamaian. Semua itu perlu usaha besar yang kerap kali diperjuangkan dengan mati-matian.

Sayangnya, terkadang orangtua tidak bisa memahami kondisi anaknya dengan baik. Mereka mudah menuntut anak pertama untuk segera menikah hanya karena usianya dianggap sudah pantas atau malah sedikit terlalu tua untuk membangun rumah tangga. Parahnya lagi, orangtua turut terpengaruh tekanan sosial yang sebenarnya tidak sepenuhnya perlu diikuti. Padahal, mungkin anak tersebut masih mengusahakan yang terbaik agar kelak tidak mengecewakan calon pendamping hidupnya, sehingga memilih untuk tidak terburu-buru menikah.

Menjadi anak pertama adalah tantangan yang tidak mudah untuk dilalui. Kendati demikian, penting untuk selalu meyakini bahwa setiap permasalahan juga datang bersamaan dengan jalan keluarnya. Oleh sebab itu, jangan pernah khawatir. Kamu akan melalui semuanya dengan baik dan berhasil menjadi anak pertama yang membanggakan bagi keluarga. Semangat, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ratna Kurnia Ramadhani
EditorRatna Kurnia Ramadhani
Follow Us