Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Sikap Buruk saat Terlalu Mengagungkan Superioritas

ilustrasi perempuan angkuh (pexels.com/Dimitry Held)

Siapa yang tidak kenal dengan sikap superior? Seseorang merasa paling tinggi dan terhormat dengan adanya kedudukan tertentu. Orang-orang sekitar diharuskan tunduk pada ambisi dan aturannya. Bahkan tidak boleh membela diri saat sedang terpojok. Pastinya, tidak ada orang yang merasa bahagia dengan kehadiran sosok superior.

Bagi kamu yang masih mempertahankan perilaku superior, ternyata ini bukan persoalan sederhana. Seiring berjalannya waktu, beberapa sikap buruk akan muncul dan mendominasi diri. Bahkan bisa merusak tujuan hidup yang sudah tertata. Sebelum situasi menjadi tidak baik, gak ada salahnya mewaspadai empat sikap buruk saat terlalu mengagungkan superioritas.

1. Terlalu mengagungkan ambisi pribadi

ilustrasi sosok ambisius (pexels.com/Dana Tentis)

Banyak sebab mengapa seseorang terjebak sikap superior. Contohnya saja saat ia baru ditunjuk menempati posisi dan jabatan tertentu. Perubahan hidup yang dialaminya membuat beberapa orang kesusahan menyesuaikan diri. Bahkan menganggap sikap superior adalah langkah yang paling tepat untuk ditunjukkan kepada orang-orang sekitar.

Tapi bersikap superior ternyata juga memiliki dampak buruk. Akibatnya, seseorang terlalu mengagungkan ambisi pribadi. Tujuannya bukan lagi merealisasikan kepentingan bersama. Namun mewujudkan tujuan dan kepentingan pihak tertentu hanya untuk memperoleh validasi sesaat.

2. Menempatkan diri sebagai sosok otoriter

ilustrasi sombong (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi sombong (pexels.com/MART PRODUCTION)

Tentu kamu sudah paham sosok otoriter cenderung kurang harmonis dengan orang-orang sekitar. Bahkan banyak masyarakat yang tidak menyukai karakter dan kepribadiannya. Tapi yang mengherankan, masih banyak orang tanpa sadar mendorong dirinya menjadi sosok otoriter. Entah orang-orang di lingkungan masyarakat maupun mereka yang berstatus sebagai rekan kerja.

Fakta tersebut sekaligus menjelaskan dampak buruk dari sikap superior. Seseorang merasa paling berkuasa dan berhak atas lingkungan sekitar. Ia mengharuskan semua pihak tunduk di bawah kendalinya. Jika ada yang kurang sesuai dengan ambisi pribadi, langsung menunjukkan reaksi kemarahan secara berlebihan.

3. Sering menyalahkan orang lain namun tidak mau dikoreksi balik

ilustrasi sosok otoriter (pexels.com/Vlada Karpovich)

Menduduki posisi tertentu kerap menimbulkan culture shock. Seseorang masih belum mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang baru. Bahkan sikap dan perilaku yang ditunjukkan cenderung berlebihan. Termasuk diantaranya menyalakan orang lain namun tidak mau dikoreksi balik. Di beberapa lingkungan kerja, sikap demikian ini justru dianggap wajar.

Tapi bagi kamu yang mengagungkan sikap superior, apakah tidak memikirkan dampaknya dalam jangka panjang? Kamu menjadi orang yang hanya mampu menyalahkan orang lain namun tidak mau dikoreksi balik. Bisa dikatakan, tumbuh menjadi sosok manusia antikritik dan bersikap semena-mena. Sikap seperti ini yang bisa menghancurkan wibawa dan integritas.

4. Hanya mengagungkan satu sudut pandang dalam mengambil keputusan

ilustrasi sosok otoriter (pexels.com/Vlada Karpovich)

Terkadang kita heran dengan sikap seseorang yang merasa superior. Dengan privilege yang belum seberapa, sudah menuntut dirinya untuk menjadi sosok paling diagungkan. Padahal mereka yang memiliki sikap superior justru sedang menanamkan perilaku kurang baik pada diri sendiri. Bahkan hal buruk akan mengintai dan menurunkan kualitas hidup.

Mereka yang mengagungkan sikap superior kurang mampu mengambil keputusan secara efektif dan efisien. Orang-orang tersebut bertindak hanya menggunakan satu sudut pandang. Mirisnya, mereka menganggap perspektif tersebut sebagai satu-satunya kebenaran. Bahkan cenderung tutup mata dengan fakta dan klarifikasi yang sebenarnya.

Di lingkungan sekitar, seringkali kita dihadapkan dengan orang-orang yang memiliki sikap superior. Sebenarnya privilege yang dimiliki belum seberapa. Tapi terlanjur angkuh dan mengharuskan orang-orang sekitar tunduk di bawahnya. Dalam menilai permasalahan juga cenderung mengandalkan satu sudut pandang buruk. Rangkaian sikap buruk saat terlalu mengagungkan superioritas tersebut harus diwaspadai, karena jika sudah mendominasi diri maka kualitas hidup akan terganggu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mutiatuz Zahro
EditorMutiatuz Zahro
Follow Us