Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Gak Perlu Beli Baju Baru untuk Merayakan Lebaran

ilustrasi memilih baju (pexels.com/Anna Shvets)

Salah satu "tradisi" yang selalu dilestarikan dalam rangka merayakan Lebaran adalah beli baju baru. Sebagian orang bahkan sudah begitu sibuk berbelanja pakaian jauh sebelum datangnya hari raya tersebut.

Tidak dimungkiri, mengenakan pakaian baru di hari yang istimewa dapat menambah keceriaan. Namun, jangan jadikan ini sebagai sebuah keharusan dan standar kebahagiaan. Sebenarnya bila memang tidak mendesak, kamu tidak perlu beli baju baru atas dasar alasan yang telah dirangkum di bawah ini.

1.Menghemat pengeluaran

ilustrasi tabungan uang koin (pexels.com/Towfiqu Barbhuiya)

Bisa membeli baju baru untuk keperluan merayakan Lebaran memang terasa menyenangkan. Tidak heran, banyak orang memenuhi tempat perbelanjaan untuk berburu pakaian yang disukainya.

Meski sah-sah saja, tetapi sebenarnya kamu tidak harus melakukan hal tersebut karena bisa berpotensi menyebabkan boros. Alangkah baiknya jika uang yang dimiliki ditabung saja agar lebih hemat dan bisa digunakan untuk keperluan yang lebih penting di masa depan.

2. Tidak ada yang ingat baju kamu itu sebenarnya baru atau sudah lama

ilustrasi berpakaian rapi (pexels.com/Min An)

Salah satu tujuan membeli baju baru adalah agar bisa tampil lebih menawan saat bersilaturahmi dengan keluarga di hari istimewa. Penampilan jadi terlihat segar dan akan bagus bila diabadikan dalam foto.

Namun, kamu bahkan tetap bisa tampil menarik dengan baju yang telah dipunyai. Sebagai informasi, rasanya tidak akan ada yang mengingat apakah pakaian yang kamu kenakan itu lama atau baru. Jadi, kalau tidak membeli baju, tentu tidak akan menjadi sebuah masalah.

3.Masih ada baju lain yang layak pakai dan cocok untuk Lebaran

ilustrasi melipat baju (unsplash.com/Sarah Brown)
ilustrasi melipat baju (unsplash.com/Sarah Brown)

Apakah kamu memiliki banyak baju yang kondisinya masih bagus? Jika demikian, rasanya kamu tidak perlu memaksakan diri untuk membeli satu atau beberapa potong pakaian baru lagi.

Selama masih punya baju yang layak pakai dan cocok untuk dikenakan saat Lebaran, itu sudah sangat cukup. Lebih baik, fokus pada tujuan menyambung tali silaturahmi dari pada sekadar memikirkan penampilan, bukan begitu?

4.Mencegah baju bertumpuk di lemari

ilustrasi lemari yang berantakan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Coba cek lemari kamu. Ada berapa banyak pakaian yang ada di dalamnya? Apakah semuanya benar-benar digunakan dengan baik, atau ada sebagian yang hanya dikenakan beberapa kali lalu dilupakan begitu saja?

Jika kamu masih punya banyak pakaian di dalam lemari, sebaiknya sortir dan pilih beberapa yang bagus untuk dikenakan saat Lebaran nanti. Membeli baju yang baru hanya akan menambah tumpukan menjadi semakin tinggi dan membuat isi lemari penuh sesak.

5.Berkontribusi mengurangi dampak fast fashion

ilustrasi menyortir pakaian (pexels.com/RODNAE Productions)
ilustrasi menyortir pakaian (pexels.com/RODNAE Productions)

Sebagaimana yang telah kamu ketahui, selalu ada tren baju Lebaran setiap tahunnya. Banyak produsen pakaian menawarkan koleksi-koleksi istimewanya dengan harga terjangkau guna menarik minat konsumen dan memunculkan fenomena fast fashion.

Sayangnya, pakaian yang murah sering kali tidak memiliki mutu yang baik, sehingga bisa cepat rusak dan kamu akan kembali berbelanja yang baru. Ternyata, hal ini dapat berdampak pada munculnya permasalahan sosial dan juga kerusakan lingkungan, seperti dilansir situs Earth.Org.

Oleh sebab itu, bila kamu dan banyak orang lainnya memutuskan untuk tidak membeli baju baru hanya karena sedang tren, termasuk pada saat Lebaran, maka kalian telah berkontribusi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Sungguh mulia, bukan?

Bila memang tidak benar-benar mendesak, kamu tidak perlu membeli pakaian baru. Baju lama yang masih terlihat indah dan layak pakai sudah sangat cukup dan bisa kamu gunakan lagi untuk menyambut Lebaran. Ingat, hal yang terpenting adalah membuat hati kembali suci, bukan hanya memoles tampilan luar saja, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ratna Kurnia Ramadhani
EditorRatna Kurnia Ramadhani
Follow Us