Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Mengapa Banyak Orang Belum Paham Consent 

ilustrasi memaksakan kehendak pada pasangan (pexels.com/Alex Green)

Ketika membahas dinamika hubungan antar individu di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari perbincangan mengenai consent. Sayangnya, masih banyak orang di tanah air yang belum sepenuhnya memahami esensi dari konsep ini. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita tidak menyadari bahwa consent bukan hanya soal hubungan intim, melainkan juga mengenai penghargaan terhadap batasan dan keinginan individu dalam segala konteks.

Meski sering dianggap tabu tapi setiap orang harus paham dengan consent itu sendiri. Oleh karena itu, lewat artikel ini akan diulas alasan mengapa orang Indonesia belum paham consent supaya hal ini tak lagi berulang ke depannya. Daripada berlama-lama langsung saja simak pembahasannya di bawah ini.

1.Budaya patriarki yang melekat

ilustrasi budaya patriarki (pexels.com/Annushka Ahuja)

Patriarki, sebagai struktur dominasi gender, telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Hal ini tercermin dalam peran tradisional yang ditetapkan untuk laki-laki dan perempuan, menciptakan ketidaksetaraan yang meluas. Dalam masyarakat yang didominasi oleh budaya patriarki, perempuan sering kali merasa sulit untuk mengungkapkan keinginan atau menetapkan batasan dalam hubungan.

Budaya ini dapat menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan, di mana laki-laki cenderung memiliki kontrol lebih besar dalam hubungan. Seiring waktu, hal ini dapat mempengaruhi pemahaman individu terkait pentingnya komunikasi terbuka mengenai consent. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan upaya yang lebih besar dalam menggagas perubahan mindset masyarakat dan menekankan perlunya membangun hubungan yang didasarkan pada keseimbangan dan saling pengertian.

2. Edukasi yang kurang

ilustrasi consent (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi consent (pexels.com/RDNE Stock project)

Edukasi yang kurang mengenai consent di Indonesia menjadi salah satu faktor utama mengapa banyak individu belum sepenuhnya memahami konsep ini. Kurikulum pendidikan yang belum memadai tentang pentingnya consent dalam hubungan interpersonal dapat memberikan dampak jangka panjang pada pemahaman masyarakat. Kamu mungkin tidak pernah mendapatkan penjelasan yang memadai tentang bagaimana menjalani hubungan interpersonal dengan penuh pengertian terhadap keinginan dan batasan pribadi.

Pentingnya mengintegrasikan pelajaran mengenai consent dalam kurikulum sekolah tidak dapat diabaikan. Perubahan pada tingkat pendidikan ini akan menciptakan landasan yang kuat bagi generasi muda untuk memahami pentingnya komunikasi yang jujur dan saling menghormati dalam setiap interaksi. Diperlukan upaya bersama dari pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas edukasi mengenai consent, sehingga setiap individu dapat tumbuh dengan pemahaman yang lebih baik akan hak dan tanggung jawab dalam hubungan interpersonal mereka.

3.Mitos budaya yang meresahkan

ilustrasi consent (pexels.com/Trinity Kubassek)
ilustrasi consent (pexels.com/Trinity Kubassek)

Salah satu faktor yang turut mempengaruhi pemahaman consent di Indonesia adalah adanya mitos budaya yang meresahkan. Mitos-mitos ini seringkali menciptakan hambatan dalam membangun pemahaman yang benar tentang pentingnya komunikasi terbuka. Hal ini bisa membuat seseorang ragu-ragu untuk menyampaikan keinginan atau menolak suatu tindakan, karena takut dianggap sebagai bentuk basi-basi. Maksudnya, saat seseorang menolak, orang lain beranggapan sebenarnya dia mau tapi malu atau dianggap sungkan untuk berterus terang. 

Penting untuk mengevaluasi mitos-mitos budaya ini secara kritis dan menyadari bahwa setiap individu memiliki hak untuk menentukan keinginan mereka tanpa harus merasa bersalah. Mitos-mitos semacam ini perlu dipecahkan melalui edukasi dan diskusi terbuka, sehingga masyarakat dapat membentuk pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep consent. Dengan menghilangkan mitos budaya yang meresahkan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung untuk komunikasi yang jujur dan terbuka mengenai keinginan dan batasan dalam hubungan interpersonal.

4.Kurangnya kesadaran akan hak individu

ilustrasi consent (pexels.com/RDNE Stock project)

Salah satu alasan yang menciptakan kesenjangan dalam pemahaman mengenai consent di Indonesia adalah kurangnya kesadaran akan hak individu. Masyarakat seringkali tidak diajarkan untuk menghormati dan memahami hak-hak pribadi serta hak orang lain dalam setiap interaksi. Kesadaran ini esensial untuk membangun budaya consent yang sehat, di mana setiap individu merasa nyaman untuk menyatakan keinginan dan batasan mereka.

Ketidakpahaman mengenai hak individu dapat menciptakan atmosfer yang kurang mendukung dalam memahami consent. Kamu mungkin tidak menyadari bahwa setiap orang memiliki hak untuk menentukan keinginan mereka, dan menolak bukanlah tindakan yang dapat dianggap sebagai penghinaan. Pendidikan mengenai hak individu harus menjadi bagian integral dari proses pembelajaran di sekolah-sekolah dan lingkungan masyarakat. Dengan meningkatkan kesadaran akan hak-hak ini, kita dapat menciptakan fondasi yang kuat untuk memahami dan menghargai pentingnya consent dalam setiap aspek kehidupan.

5.Tidak adanya diskusi publik yang terbuka

ilustrasi consent (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi consent (pexels.com/RDNE Stock project)

Seiring dengan kurangnya kesadaran akan consent di Indonesia, masalah ini semakin diperparah oleh minimnya diskusi publik yang terbuka mengenai hal ini. Ketika kamu tidak pernah melihat atau terlibat dalam percakapan terbuka mengenai consent, menjadi sulit untuk memahami pentingnya dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak platform media sosial dan acara publik masih enggan membahas isu ini secara tuntas, sehingga menciptakan lingkungan di mana pemahaman consent menjadi terpinggirkan.

Salah satu solusi untuk meningkatkan diskusi adalah dengan menciptakan ruang aman di mana orang dapat berbagi pengalaman dan pandangan mereka mengenai consent. Kamu, sebagai individu, dapat turut berperan dengan mendukung dan menginisiasi diskusi ini di lingkungan sekitarmu. Dengan begitu, kita dapat menciptakan budaya yang lebih terbuka terhadap pembicaraan mengenai consent, sehingga setiap individu dapat merasa nyaman untuk berbicara dan mendengarkan tanpa takut dihakimi. Diskusi yang lebih terbuka dan terus-menerus akan membawa dampak positif dalam mengubah mindset masyarakat terkait pentingnya consent dalam setiap interaksi.

Kesadaran mengenai consent di Indonesia perlu terus ditingkatkan agar setiap individu dapat berpartisipasi dalam hubungan yang sehat dan saling menghormati. Meskipun demikian, dengan usaha bersama untuk merombak norma-norma yang tidak mendukung, meningkatkan edukasi, dan membuka ruang diskusi terbuka, kita dapat melangkah menuju masyarakat yang lebih menghargai dan memahami arti consent dalam setiap interaksi. Semoga setelah ini makin banyak orang Indonesia yang paham apa itu consent, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Nur Fitriani
EditorAnnisa Nur Fitriani
Follow Us