Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Mengapa Tidak Memaafkan Kadang Lebih Sehat

ilustrasi wanita yang tersenyum (pexels.com/Daniel Xavier)
Intinya sih...
  • Memaafkan bukanlah kewajiban, melainkan bentuk penghormatan terhadap perasaan sendiri.
  • Menolak memaafkan adalah perlindungan dari hubungan yang melelahkan dan sikap tegas pada orang yang melampaui batas.
  • Tidak memaafkan memberi sinyal bahwa diri kita tidak bisa seenaknya disakiti dan merupakan langkah awal untuk melepaskan diri dari hubungan toksik.

Dari kecil kita sudah diajarkan memaafkan sebagai kunci kedamaian. Padahal saat mengalami konflik dan posisi jadi korban memaksakan memaafkan justru makin sakit. Apalagi jika tujuannya hanya biar terlihat baik di mata orang lain. Rasanya dunia hanya penuh sandiwara.

Tidak buru-buru memaafkan bukan lantas di cap sebagai pendendam. Justru sebagai wujud menghormati perasaan serta menjaga diri dari rasa sakit terlalu dalam. Tentunya alasan dibawah ini semakin menguatkan tidak buru-buru memaafkan merupakan keputusan tepat.

1. Menjaga batas sehat dalam hubungan

ilustrasi persahabatan (pexels.com/Roberto Nickson)

Didunia ini karakter manusia bermacam-macam. Ada tipe orang yang berkali-kali menyakiti, minta maaf, lalu mengulangi kesalahan lagi. Dari sini paham mereka hanya menjadikan permintaan maaf mainan. Berharap orang lain bisa iba lalu mempercayainya lagi.

Menolak memaafkan bukan berarti jahat. Melainkan bentuk perlindungan dari hubungan yang melelahkan. Bisa bersikap tegas pada orang yang melampaui batas. Sebab batasan tegas jauh lebih menyelamatkan dibanding kata maaf yang terus diucapkan tanpa niat berubah jadi lebih baik. Ujungnya hanya merugikan perasaan sendiri.

2. Wujud menghargai diri sendiri

ilustrasi perempuan bahagia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Terbiasa buru-buru memaafkan karena merasa tindakan itu harus dilakukan bukanlah hal benar. Sama saja mengabaikan rasa kecewa yang ujungnya hanya membohongi diri sendiri. Sebagai manusia berhak mengungkapkan rasa kecewa. Itu bukanlah tindakan kekanak-kanakan.

Memilih tidak memaafkan bisa jadi cara menunjukkan bahwa luka kita penting. Selain itu sebagai wujud menghargai diri sendiri dengan tidak memberikan kesempatan orang lain menyakiti diri kita lagi.

3. Menghindari lingkaran hubungan yang tidak sehat

ilustrasi persahabatan (pexels.com/Dương Nhân)

Beberapa orang hanya berubah saat tahu konsekuensi dari perbuatannya. Jika terus diberi maaf, maka tidak akan merasa perlu memperbaiki sikap yang merugikan. Percuma jika orang lain tidak ada perubahan setelah minta maaf.

Dengan tidak memaafkan memberi sinyal bahwa kamu bukan seseorang yang bisa seenaknya disakiti. Ini adalah langkah awal untuk melepaskan diri dari hubungan yang toxic. Jadi berhentilah bersikap jadi dewasa menurut standar orang lain. Sebenarnya kau sendirilah yang paling tahu tentang dirimu.

4. Proses pemulihan sakit hati butuh waktu

ilustrasi wanita percaya diri (pexels.com/Moose Photos)

Setiap orang proses menyembuhkan luka hatinya berbeda. Ada yang sebentar ada yang bertahun-tahun untuk mengikhlaskan rasa sakitnya. Terlalu cepat memaafkan justru membuat luka semakin dalam. Kenyataannya rasa sakit butuh ruang untuk diakui.

Memberi waktu untuk diri sendiri pulih dari kecewa adalah bentuk self-love yang sering dilupakan. Gak perlu buru-buru, toh memaafkan bukanlah perlombaan. Misal nanti bisa cukup ikhlas bisa mempertimbangkan memaafkannya lagi.

5. Permintaan maaf tidak selalu membawa keadilan

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Christina Morillo)

Ada orang yang menyakiti tanpa pernah merasa bersalah. Bahkan ketika memilih diam dan menjauh, mereka tetap hidup tanpa merasa bertanggung jawab atas luka yang ditinggalkan. Dalam kasus ini memaafkan hanya membuat mereka tidak merasa masalah.

Menolak memaafkan bukan berarti kejam. Hanya saja sedang menjaga rasa adil untuk diri sendiri. Memberikan pelajaran berharga untuk orang yang tega menyakitimu. Mereka telah kehilangan orang yang dulu tulus mempercayainya.

Tidak memaafkan bukan berarti pendendam. Bisa jadi ini proses menyembuhkan diri dengan cara paling jujur. Apa pun keputusannya jika belum siap memaafkan orang lain bukanlah masalah. Yang terpenting adalah merasa damai dengan keputusan sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us