Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Orang dengan Emosi yang Kuat Lebih Rentan Bias

ilustrasi orang yang emosional (pexels.com/Polina Zimmerman)
ilustrasi orang yang emosional (pexels.com/Polina Zimmerman)

Emosi yang kuat sering dianggap sebagai tanda kepribadian yang tegas dan bersemangat. Orang dengan emosi yang intens biasanya lebih percaya diri dalam mengambil keputusan dan membela pendapat mereka. Namun, tanpa disadari, emosi yang kuat juga bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap bias dalam berpikir.

Seseorang akan cenderung melihat dunia dari sudut pandang yang subjektif saat emosi mendominasi. Reaksi yang cepat dan intens bisa membuatnya sulit melihat situasi secara objektif. Imbasnya, mereka lebih mudah terjebak dalam bias yang mempengaruhi cara kita menilai sesuatu lantaran lima alasan seperti berikut.

1. Cenderung bereaksi secara instan

ilustrasi terburu-buru mengambil keputusan (pexels.com/Edward Jenner)
ilustrasi terburu-buru mengambil keputusan (pexels.com/Edward Jenner)

Orang dengan emosi yang kuat sering bereaksi cepat terhadap situasi yang dihadapi. Saat dihadapkan pada suatu peristiwa, mereka lebih mengandalkan perasaan daripada berpikir secara mendalam. Imbasnya, mereka lebih rentan mengambil keputusan berdasarkan emosi, bukan pertimbangan rasional.

Reaksi yang cepat bisa menyebabkan bias dalam menilai sesuatu. Mereka mungkin langsung percaya pada informasi yang mendukung perasaan mereka tanpa mencari fakta lain. Padahal, keputusan yang baik seringnya membutuhkan waktu untuk dipikirkan dengan lebih matang.

2. Sulit membedakan antara fakta dan opini

ilustrasi mempertimbangkan sesuatu (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi mempertimbangkan sesuatu (pexels.com/cottonbro studio)

Ketika emosi sedang tinggi, seseorang cenderung lebih percaya pada hal-hal yang sesuai dengan perasaannya. Mereka bisa menganggap opini sebagai fakta hanya karena terasa benar bagi mereka. Hal itu membuat mereka lebih rentan terhadap bias konfirmasi, yakni kecenderungan untuk hanya menerima informasi yang mendukung pandangan mereka.

Imbasnya, mereka bisa mengabaikan fakta yang bertentangan dengan keyakinan. Padahal, dalam memahami suatu masalah, penting untuk melihatnya dari berbagai sudut pandang. Jika hanya mengandalkan perasaan, seseorang bisa kehilangan objektivitas dan membuat kesimpulan yang tidak akurat.

3. Lebih mudah perpengaruh oleh narasi emosional

ilustrasi saling mendukung secara emosional (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi saling mendukung secara emosional (pexels.com/Karolina Grabowska)

Pesan atau cerita yang mengandung emosi kuat seringnya lebih mudah mempengaruhi seseorang yang memiliki perasaan intens. Mereka lebih mungkin terpengaruh oleh kisah-kisah yang menyentuh hati, tanpa mempertimbangkan kebenaran di baliknya. Hal itu membuat mereka lebih rentan terhadap bias, di mana mereka menganggap sesuatu yang penting hanya karena terasa lebih emosional.

Misalnya, mereka bisa lebih percaya pada berita yang menyedihkan atau mengejutkan tanpa mencari kebenarannya. Padahal, tidak semua informasi yang menggugah perasaan selalu didasarkan pada fakta yang akurat. Sehingga penting untuk tetap kritis dan tidak langsung percaya hanya karena sesuatu terasa benar.

4. Lebih cenderung melihat dunia dalam kacamata hitam dan putih

ilustrasi berpikir sebelum bertindak (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi berpikir sebelum bertindak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ketika emosi sedang kuat, seseorang cenderung melihat sesuatu secara ekstrem, baik sebagai hal yang sangat baik atau sangat buruk. Mereka lebih sulit melihat area abu-abu atau memahami bahwa suatu situasi bisa memiliki berbagai perspektif. Akibatnya, mereka hanya melihat dua sisi yang berlawanan tanpa mempertimbangkan alternatif lain.

Hal itu bisa menyebabkan mereka menjadi lebih keras terhadap orang yang memiliki pendapat berbeda. Mereka bisa langsung menilai seseorang sebagai musuh hanya karena memiliki pandangan yang bertentangan. Jika tidak disadari, hal itu bisa menghambat komunikasi dan membuat mereka sulit menerima sudut pandang yang berbeda.

5. Sulit mengubah pandangan yang sudah terbentuk

ilustrasi menaklukkan hidup (pexels.com/Sam Lion)
ilustrasi menaklukkan hidup (pexels.com/Sam Lion)

Orang dengan emosi yang kuat cenderung memiliki keyakinan yang mendalam terhadap sesuatu. Begitu mereka percaya pada suatu hal, akan sulit baginya untuk mempertimbangkan informasi baru yang bertentangan dengan keyakinan tersebut. Mereka cenderung mempertahankan pandangannya meskipun ada bukti yang menunjukkan sebaliknya.

Karena perasaan mereka begitu melekat dengan keyakinan yang dipegang, mengubah pikiran bisa terasa seperti mengkhianati diri sendiri. Mereka akan merasa tidak nyaman jika ada yang mencoba menunjukkan perspektif berbeda. Sehingga penting untuk belajar lebih terbuka terhadap informasi baru dan tidak terpaku pada satu sudut pandang.

Mengenali bagaimana emosi yang kuat bisa memicu bias adalah langkah penting untuk berpikir lebih jernih. Dengan memahami bahwa perasaan bisa mempengaruhi cara kita melihat dunia, kita bisa lebih berhati-hati dalam menilai sesuatu. Bukan berarti kita harus menekan emosi, tetapi kita perlu belajar mengimbanginya dengan berpikir lebih rasional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izah Cahya
EditorIzah Cahya
Follow Us