Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Unik Mengapa Produktivitas Menurun saat Kamu Lapar

ilustrasi lapar (unsplash.com/Sander Dalhuisen)
ilustrasi lapar (unsplash.com/Sander Dalhuisen)

Siapa yang tidak pernah merasakan momen lapar yang mengganggu produktivitas? Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi 5 alasan unik mengapa produktivitas dapat merosot saat perut terasa kosong. Sebuah perjalanan sederhana melalui fenomena ini dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana kita dapat meningkatkan efisiensi kerja sehari-hari, bahkan ketika rasa lapar menghampiri. Yuk simak!

1. Efek fokus terpecah

ilustrasi kesal (unsplash.com/Jeremy Perkins)

Rasa lapar bukan hanya masalah fisik, tetapi juga dapat merusak fokus kita. Penelitian dari Journal of Experimental Psychology menunjukkan bahwa perut yang lapar dapat membuat kita lebih rentan terhadap gangguan. 

Hal ini membuat kita sulit untuk mempertahankan konsentrasi dalam tugas-tugas yang memerlukan perhatian mendalam. Dalam situasi lapar, prioritaskan pekerjaan yang membutuhkan fokus tinggi dan hindari multitasking agar produktivitas tetap terjaga.

2. Energi menurun, produktivitas turun

ilustrasi sedih (unsplash.com/M.)

Ketika tubuh merasa lapar, pasokan energi menjadi terbatas. Studi dari The Journal of Applied Physiology menunjukkan bahwa penurunan asupan kalori dapat mengakibatkan penurunan tingkat energi.

Hal ini dapat berdampak langsung pada produktivitas, membuat tugas-tugas sehari-hari terasa lebih melelahkan. Perhatikan pola makan seimbang untuk menjaga energi dan produktivitas tetap stabil sepanjang hari.

3. Kreativitas terhambat oleh rasa lapar

ilustrasi kreativitas (unsplash.com/Kvalifik)

Kreativitas sering kali menjadi kunci untuk menyelesaikan masalah kompleks dan menemukan solusi baru. Namun, ketika lapar, otak dapat mengalami kesulitan untuk berpikir kreatif.

Sebuah studi dari Frontiers in Human Neuroscience menunjukkan bahwa rasa lapar dapat menghambat aktivitas otak yang terkait dengan kreativitas. Berikan dirimu waktu untuk makan dengan cukup sebelum terlibat dalam tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran kreatif.

4. Emosional meningkat, kolaborasi menurun

ilustrasi emosi (pixabay.com/NoName_13)

Lapar tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik, tetapi juga emosional. Ketika lapar, tingkat iritabilitas dapat meningkat. Ini dapat memengaruhi interaksi tim dan kolaborasi di tempat kerja.

Sebuah artikel dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa suasana hati yang buruk akibat lapar dapat mengurangi kerja sama dalam tim. Perluas jaringan dukungan di tempat kerja untuk mengelola stres dan menjaga kolaborasi yang sehat, terutama saat perut sedang kosong.

5. Peningkatan risiko kesalahan karena ketidakseimbangan gula darah

ilustrasi gula darah (unsplash.com/Kate)

Rasa lapar dapat menjadi tanda bahwa gula darah kita sedang rendah. Studi dari The Journal of Psychosomatic Research menunjukkan bahwa fluktuasi gula darah dapat memengaruhi kognisi dan meningkatkan risiko membuat kesalahan.

Hal ini dapat berdampak negatif pada hasil kerja dan produktivitas secara keseluruhan. Pertahankan asupan makanan yang seimbang untuk menjaga kadar gula darah stabil dan mengurangi risiko kesalahan.

Mengatasi rasa lapar bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga mempertahankan produktivitas sepanjang hari. Dengan memahami dampak lapar pada tubuh dan otak, kita dapat mengambil langkah-langkah sederhana untuk meningkatkan efisiensi kerja. Jangan biarkan perut kosong mengendalikan harimu. Bukalah pintu menuju produktivitas yang lebih tinggi dengan merawat diri secara teratur.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ignatius Drajat Krisna Jati
EditorIgnatius Drajat Krisna Jati
Follow Us