5 Buku Fiksi yang Bisa Mengusik Kompas Moralmu

- Novel Beneath the Trees Where Nobody Sees menghadirkan dilema moral melalui karakter pembunuh berantai yang tak terduga.
- Novel klasik Of Mice and Men mengisahkan pertemanan dua tokoh dengan pilihan sulit yang membekas.
- Woman at Point Zero dan Small Things Like These menampilkan dilema moral dalam situasi kehidupan nyata yang kompleks.
Merasa kalau beberapa waktu terakhir bacaanmu terlalu nyaman? Biasanya ini terjadi saat kamu terlalu sering bergelut di genre yang sama dan mulai bisa membaca pola ceritanya. Jangan menyerah, coba cari bacaan di luar zona nyamanmu, deh, seperti lima buku yang bicara dilema moral berikut! Memang mengusik, tetapi dijamin bakal menawarkan pengalaman baru. Ada novel grafik, klasik, sampai kontemporer. Silakan lahap yang kamu mau!
1. Beneath the Trees Where Nobody Sees

Ilustrasinya boleh imut bak buku anak-anak, tetapi Beneath the Trees Where Nobody Sees ternyata bergenre thriller dengan lakon pembunuh berantai. Patrick Horvath akan memperkenalkanmu pada Samantha, beruang betina yang terkenal baik hati dan taat aturan. Siapa sangka di balik fasad ala malaikatnya, Samantha ternyata seorang pembunuh berantai.
Selama bertahun-tahun, ia aman dari kejaran aparat karena strategi jitunya, yakni tak menarget warlok. Sampai seorang tetangganya ditemukan tewas dan ia merasa terancam. Bukan karena takut dicurigai, tetapi karena tahu ia punya rival baru. Unik dan menegangkan, tetapi bikin pembaca mengalami dilema moral luar biasa.
2. Of Mice and Men

Buku lain yang gak kalah mengusik adalah novel klasik John Steinbeck yang berjudul Of Mice and Men. Novel mengikuti dua sekawan bernama Lennie dan George. George adalah pria kurus pekerja keras. Sementara, Lennie adalah sahabatnya yang bertubuh bongsor, tetapi sifatnya mirip anak-anak usia 10 tahun.
Pertemanan mereka menguntungkan, sampai sebuah insiden terjadi saat keduanya dapat pekerjaan di sebuah peternakan. George dihadapkan pada pilihan sulit saat Lennie tanpa sengaja menceburkan diri dalam masalah pelik karena kepolosannya. Singkat, tetapi membekas, ini novel klasik yang cocok buat pemula.
3. Woman at Point Zero

Woman at Point Zero ditulis dari perspektif seorang wartawan yang mewawancarai seorang napi perempuan. Namanya Firdaus, napi yang tak lama lagi akan dieksekusi mati karena kasus pembunuhan. Namun, Firdaus ternyata bukan sosok biasa.
Dikenal sebagai pekerja seks, Firdaus punya masa lalu kelam dan pelik yang menjelaskan nasibnya saat ini. Ditulis layaknya memoar, pembaca seolah diantar mengarungi dunia dengan sepatu Firdaus. Diksi Nawal El Saadawi begitu kuat hingga kamu seolah mengalami sendiri kepedihan dan kemarahan sang protagonis.
4. Small Things Like These

Pernahkah kamu memergoki sebuah penyimpangan, tetapi tak berani menghentikannya? Ini isu yang diangkat Claire Keegan dalam novel fenomenalnya, Small Things Like These. Memilih pria dari kelas bawah sekaligus seorang ayah, novel akan membawamu menyaksikan sendiri sebuah peristiwa yang pernah terjadi di Irlandia 1980-an.
Bill Furlong, si lakon jadi saksi kunci sebuah skandal yang melibatkan gereja di negeri itu. Namun, statusnya yang bukan siapa-siapa serta instingnya untuk melindungi keluarga membuat Bill memilih bungkam. Tentu tak hanya Bill, ia melihat ketakutan serupa di mata orang-orang lain di kampungnya.
5. Human Acts

Hampir sama dengan novel sebelumnya, Human Acts karya Han Kang juga berupa pengamatan terhadap keputusan-keputusan manusia ketika dihadapkan pada ketidaknyamanan. Konteks yang dipakai Kang adalah kerusuhan yang pernah meliputi Gwangju, Korea Selatan, beberapa dekade lalu. Human Acts bahkan dibuka dengan adegan yang cukup barbar dan mengerikan.
Menariknya, Kang berhasil mengeksekusi ide cerita yang menarik tentang tragedi itu. Tanpa romantisasi, apalagi penghakiman, melainkan murni sebuah pengamatan objektif. Dilema moralnya menampar, dan yang paling penting, Kang tak perlu membuat cerita yang bertele-tele.
Buku fiksi memang bukan sumber pengetahuan yang kredibel. Perannya lebih kepada mempertajam kepekaan dan kemampuan berpikir kritismu. Tidak heran kalau banyak novel yang menyertakan dilema moral sebagai bagian penting dalam plotnya. Selain memikat dari segi cerita, dilema moral berperan sebagai fungsi dari eksistensi fiksi itu sendiri.