Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Ciri Orang yang Terbebani oleh Ekspektasinya

ilustrasi orang yang takur gagal (pexels.com/Nathan Cowley)

Pada dasarnya, setiap orang memiliki harapan dan ekspektasi masing-masing yang ingin dicapai. Akan tetapi, jika eksektasi tersebut terlalu tinggi yang bahkan di luar batas kemampuan untuk dicapai, justru dapat berdampak negatif bagi orang tersebut.

Menjalani hidup dengan beban ekspektasi yang terlalu tinggi dapat menimbulkan stres dan kecemasan. Orang yang mengalami kondisi ini menunjukkan karakteristik khusus yang tercermin baik dari pemikiran maupun perilaku mereka. Beberapa ciri-ciri dibahas pada ulasan berikut ini.

1. Perfeksionis

ilustrasi orang yang tidak puas dengan hasil kerjanya (pixabay.com/stevedimatteo)

Orang yang terbebani oleh ekspektasi tinggi sering kali menunjukkan perfeksionisme. Mereka menetapkan standar yang sangat terlalu tinggi untuk diri mereka sendiri dan meyakini bahwa segala sesuatu yang kurang sempurna tidak dapat diterima.

Kelemahan orang yang memiliki sifat perfeksionis yaitu cenderung mengalami stres dan kecemasan yang mengkhawatirkan. Rasa takut membuat kesalahan atau gagal mencapai standar mereka sendiri dapat menghalangi mereka dalam mengambil risiko atau menikmati pencapaian mereka.

Jika dibiarkan terus menerus, kondisi ini dapat mengurangi kesejahteraan mereka dalam menjalani hidup. Akibatya mereka bakal merasa tidak nyaman dan bahkan sengsara serta sulit menemuka kebahagiaan.

2. Takut gagal

ilustrasi orang yang takur gagal (pexels.com/Nathan Cowley)

Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, rasa takut mengalami kegagalan juga menjadi ciri orang yang terbebani oleh ekspektasi tingginya. Ketakutan ini bisa terwujud dalam berbagai cara, seperti penundaan, keragu-raguan, atau keengganan untuk mencoba hal baru.

Ketakutan yang sangat besar ini dapat membatasi kesempatan mereka untuk tumbuh dan belajar. Dengan menghindari situasi di mana kegagalan mungkin terjadi, mereka kehilangan pengalaman berharga yang dapat berkontribusi pada pengembangan pribadi mereka. Ketakutan yang terus-menerus akan kegagalan dapat menciptakan siklus keraguan diri dan menghambat kemampuan mereka untuk mencapai potensi sebenarnya.

3. Overkomitmen

ilustrasi orang yang kelelahan karena banyaknya pekerjaan (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Overkomitmen dimaksudkan kepada tindakan yang mengambil lebih banyak tanggung jawab daripada yang dapat mereka mampu tangani. Komitmen berlebihan ini dapat berasal dari ekspektasi mereka yang terlalu tinggi untuk mencapai sesuatu.

Akibat dari komitmen yang berlebihan sering kali adalah kelelahan. Mengurus banyak kewajiban dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan peningkatan tingkat stres. Kecepatan yang tiada henti ini dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental mereka, yang pada akhirnya mempersulit mereka untuk memenuhi ekspektasi mereka secara efektif.

4. Self-Criticism

ilustrasi seseorang mengritik dirinya sendiri (unsplash.com/Christopher Ott)

Tindakan self-criticism atau mengritik diri sendiri menjadi kebiasaan bagi orang yang terbebani ekspektasi tingginya. Mereka menjadi pengritik paling keras bagi setiap tindakan dan pencapaian mereka sendiri.

Dialog batin ini bisa menjadi sangat negatif, berfokus pada kelemahan dan kekurangan yang dirasakan daripada merayakan keberhasilan. Kritik terhadap diri sendiri seperti itu dapat melemahkan rasa percaya diri dan harga diri mereka.

Alih-alih berintrospeksi diri sehingga bisa menjadi lebih baik lagi, namun mereka justru memilih memikirkan kegagalan yang mereka rasakan. Hal inilah yang bakal menyulitkan mereka untuk mengenali dan menghargai pencapaian mereka yang sebenarnya.

5. Ketidakmampuan untuk menikmati waktu saat ini

ilustrasi seseorang terlalu mengkhawatirkan masa depannya dan tidak fokus pada saat ini (pexels.com/Nathan Cowley)

Orang-orang yang terbebani oleh ekspektasi yang terlalu tinggi sering kali kesulitan untuk hidup pada saat ini. Fokus mereka tertuju pada tujuan masa depan dan rasa takut tidak dapat mencapainya. Keasyikkan dengan apa yang ada di depan dapat menghalangi mereka untuk menikmati pengalaman saat ini dan menghargai prosesnya.

Ketidakmampuan untuk menikmati masa kini dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan yang terus-menerus. Bahkan ketika mereka mencapai tujuan mereka, mereka mungkin dengan cepat mengalihkan fokus mereka ke tantangan berikutnya, tidak pernah meluangkan waktu untuk menikmati pencapaian mereka. Pengejaran terus-menerus ini dapat merampas kebahagiaan dan kepuasan mereka yang pada dasarnya sangat mereka butuhkan.

Hidup di bawah beban ekspektasi yang tinggi dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup seseorang. Dengan menetapkan tujuan realistis, melatih rasa welas asih, dan menghargai momen saat ini, individu bisa meringankan beban tersebut dan menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan memuaskan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hendra Nugroho
EditorHendra Nugroho
Follow Us