5 Cara Ungkapkan Rencana Mengurangi Transferan buat Famili

- Permintaan maaf meski kamu gak salah
- Katakan masalah keuangan serta tujuan finansialmu
- Sampaikan penilaianmu atas kondisi orangtua dan saudara
Tidak mudah untukmu menjadi sandwich generation. Kamu terbebani oleh begitu banyak tanggungan. Gaji satu orang dibagi buat banyak orang. Dirimu harus memberikan uang pada orangtua dan saudara.
Jangankan jika kamu sudah berkeluarga. Dirimu masih lajang pun dapat merasa kepayahan memikul beban seberat itu. Mungkin kamu dituntut buat menyekolahkan adik sembari menghidupi orangtua. Tega atau gak, yang pasti dirimu tidak bisa terus begini.
Apalagi dengan penghasilan yang tak seberapa. Kamu sampai hidup kurang layak di rantau demi kasih subsidi ke keluarga. Jangan lagi menyebutnya kewajiban jika sudah menyulitkan hidupmu. Kamu harus berani menyatakan niatmu memangkas transferan untuk mereka per bulannya. Berikut cara ungkapkan rencana mengurangi transferan buat famili.
1. Awali dengan permintaan maaf meski kamu gak salah

Tentu kamu sebenarnya tidak bersalah andai pun gak kasih sebagian gajimu ke orangtua apalagi saudara. Dirimu tidak memiliki kewajiban menafkahi mereka yang masih sehat. Lain dengan tanggung jawab orangtua menafkahi anak atau suami pada istri.
Namun, permintaan maaf diharapkan akan melunakkan hati orangtua dan saudara. Bagaimanapun juga, pemberitahuan akan rencanamu memotong transferan bulanan bisa membuat mereka kaget. Bahkan mereka cemas dan sedih.
Permintaan maaf juga meniadakan kesan kamu terlalu kejam pada mereka. Ini bukan sikap yang mudah untukmu. Pemberianmu selama ini pasti didasari oleh kasih sayang. Sehingga memangkas nominalnya sebetulnya juga gak membuatmu nyaman. Namun, ini harus dilakukan demi hal yang lebih penting.
2. Katakan masalah keuangan serta tujuan finansialmu

Apa yang mendorongmu ingin mengurangi kiriman uang untuk orangtua dan saudara? Pencetus utama barangkali karena perekonomianmu sendiri lagi kurang baik. Bahkan boleh jadi sebenarnya masalah keuangan telah menjeratmu lumayan lama.
Hanya saja sampai bulan kemarin dirimu masih berkeras untuk menutupinya dari keluarga. Kamu memaksakan kemampuan buat tetap mengirimkan sejumlah uang secara rutin. Buat tambahan belanja orangtua, sekolah atau kuliah adik, dan sebagainya.
Akan tetapi, sekarang tidak mungkin lagi kamu terus berpura-pura tak terjadi apa-apa. Tabungan makin tipis. Jujurlah walaupun ada rasa malu, bersalah, bahkan mungkin gagal. Tanpa kejujuran, orangtua serta saudaramu sulit memahami.
Malah bisa terjadi kesalahpahaman yang merusak hubungan kekeluargaan. Jelaskan pula tujuan finansialmu baik kamu tengah menghadapi persoalan keuangan maupun tidak. Seperti dirimu ingin melunasi utang, bikin usaha karena ada kemungkinan bakal kena PHK, capek ngekos serta ingin punya rumah, dan sebagainya.
3. Sampaikan penilaianmu atas kondisi orangtua dan saudara

Sebagai pemberi suntikan dana untuk keluarga, kamu berhak menilai orang-orang yang selama ini dibantu. Pastinya penilaian tetap harus dikemukakan dengan cara yang santun. Namun, pesannya mesti tetap jelas.
Misalnya, kamu menilai orangtua belum terlalu tua buat tetap bekerja walaupun sudah pensiun. Mungkin ada pekerjaan yang dapat diambilnya atau menjalankan usaha kecil-kecilan di rumah. Agar bebanmu tidak terlalu berat.
Sesimpel mereka berjualan makanan ringan kiloan, misalnya. Apalagi saudara-saudaramu yang usianya tidak terpaut jauh darimu. Semestinya mereka bisa menghasilkan uang sendiri. Bukan kamu yang mesti menopang kehidupan mereka apa pun alasannya.
Tentu ada risiko ketersinggungan atau ketidaksukaan. Akan tetapi, orang lain bisa sangat sulit menyadari-hal di atas. Mereka telanjur merasa nyaman terbiasa mengandalkan kamu.
4. Tegaskan bahwa bukannya dirimu tak mau membantu

Seperti dijelaskan sebelumnya, orang lain bisa gak mudah menerima kenyataan uang yang akan mereka terima berkurang. Ini jelas bukan kabar menyenangkan. Kedekatan hubungan di antara kalian terkadang justru memperbesar prasangka.
Perlu untukmu menekankan bahwa pengurangan jatah buat mereka tidak bermakna kamu gak mau bantu. Kalau dirimu sama sekali tak peduli tentu bisa saja meniadakan sama sekali kebiasaan transfer tersebut. Atau, malah sejak dulu kamu gak pernah melakukannya.
Namun, katakan bahwa waktu terus berjalan. Wajar apabila kamu atau siapa pun menginginkan perubahan. Tentu perubahan ke arah positif untuk kalian semua. Meski rasanya mungkin kurang enak buat mereka. Kamu akan tetap membantu ketika diperlukan, tapi tidak bisa jorjoran seperti dulu.
5. Utarakan harapan agar kalian bisa hidup mandiri dan mapan

Cara ungkapkan rencana mengurangi transferan buat famili yang terakhir adalah sampaikan saja harapanmu, terutama jika mereka gak keburu-buru marah. Hidup kalian semua tetap baik-baik saja, kok, bahkan makin naik kelas setelah keputusan ini dibuat. Kamu akan senang sekali bila kalian bareng-bareng dapat hidup mandiri bahkan mapan secara finansial.
Pesan ini terutama harus disampaikan pada saudara-saudaramu yang di usia produktif. Bangkitkan kepercayaan dalam diri mereka bahwa mereka pasti mampu membangun kehidupan masing-masing. Dengan kerja keras sendiri dan bukan kamu yang menyediakan begitu banyak hal buat mereka.
Tumbuhkan optimisme bahwa bila mereka mau bergerak boleh jadi pencapaiannya malah lebih tinggi darimu. Setiap orang memiliki kemampuan untuk bertahan hidup bahkan lebih dari itu. Kalian akan bertemu di puncak.
Terlalu melelahkan untukmu kalau terus kasih subsidi yang tidak sedikit buat keluarga. Kecuali, orangtua atau saudara dalam kondisi sakit keras yang tak memungkinkannya buat bekerja. Jika mereka masih sehat telah semestinya mengusahakan pemenuhan kebutuhan sendiri. Demikian pula orangtua yang masih memiliki uang pensiun seharusnya tak mengandalkan pemberian anak.