Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Halo Effect, Fenomena yang Bikin Kita Salah Menilai Orang

ilustrasi teman (pexels.com/Maksim Goncharenok)
ilustrasi teman (pexels.com/Maksim Goncharenok)
Intinya sih...
  • Psikolog Edward Thorndike mencetuskan istilah halo effect dalam makalah tahun 1920, meneliti bagaimana penilaian satu kualitas mempengaruhi penilaian kualitas lainnya.
  • Halo effect sering disebut sebagai "stereotip daya tarik fisik" yang mempengaruhi persepsi terhadap karakteristik positif seseorang berdasarkan penampilan fisik mereka.
  • Halo effect digunakan dalam pemasaran untuk menjelaskan bias konsumen terhadap produk tertentu karena pengalaman positif dengan produk lain dari perusahaan yang sama.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Apakah kamu pernah merasa terpesona oleh seseorang hanya karena satu hal yang kamu sukai darinya? Atau sebaliknya, apakah kamu pernah meremehkan seseorang hanya karena satu hal yang kamu benci darinya? Jika ya, maka kamu mungkin telah mengalami halo effect.

Halo effect adalah istilah psikologi yang menggambarkan bagaimana kita cenderung memberikan penilaian positif atau negatif secara menyeluruh kepada seseorang berdasarkan satu aspek saja.

Halo effect dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam hidup kita, mulai dari hubungan interpersonal, karier, hingga konsumsi. Ingin tahu lebih banyak tentang fenomena ini? Simak lima fakta menarik tentang halo effect di bawah ini.

1. Halo effect pertama kali dicetuskan oleh Edward Thorndike

ilustrasi teman (pexels.com/Edmond Dantès)
ilustrasi teman (pexels.com/Edmond Dantès)

Psikolog Edward Thorndike pertama kali mencetuskan istilah halo effect dalam sebuah makalah tahun 1920 yang berjudul “The Constant Error in Psychological Ratings”. Dalam eksperimen yang dijelaskan dalam makalah tersebut, Thorndike meminta perwira komando militer untuk mengevaluasi berbagai kualitas pada prajurit bawahannya. Karakteristik-karakteristik tersebut meliputi hal-hal seperti kepemimpinan, penampilan fisik, kecerdasan, loyalitas, dan keterandalan.

Thorndike ingin mengetahui bagaimana penilaian satu kualitas mempengaruhi penilaian kualitas lainnya. Dia menemukan bahwa penilaian tinggi terhadap kualitas tertentu berkorelasi dengan penilaian tinggi terhadap karakteristik lainnya, sedangkan penilaian rendah terhadap kualitas tertentu juga mengarah ke penilaian rendah terhadap karakteristik lainnya.

2. Halo effect sering terkait dengan penampilan fisik

ilustrasi berbincang (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi berbincang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Halo effect sering disebut juga sebagai “stereotip daya tarik fisik” atau “prinsip apa yang indah juga baik”. Penampilan fisik adalah salah satu faktor yang dapat memainkan peran dalam halo effect. Orang yang dianggap menarik cenderung dinilai lebih tinggi pada karakteristik positif lainnya, seperti kecerdasan, kebaikan, dan kepercayaan.

Namun, efek ini tidak hanya mempengaruhi persepsi kita terhadap orang berdasarkan daya tarik mereka. Hal ini juga dapat mencakup karakteristik lainnya. Orang yang bersosialisasi atau baik hati, misalnya, juga dapat dilihat sebagai lebih menyenangkan dan cerdas.

3. Halo effect dapat mempengaruhi keputusan konsumen

ilustrasi berbincang (pexels.com/Gary Barnes)
ilustrasi berbincang (pexels.com/Gary Barnes)

Istilah halo effect digunakan dalam pemasaran untuk menjelaskan bias konsumen terhadap produk tertentu karena pengalaman positif dengan produk lain yang dibuat oleh perusahaan yang sama. Hal ini digunakan dalam bagian pemasaran merek yang disebut “line extensions”.

Misalnya, jika konsumen menyukai pasta gigi dari merek A, mereka mungkin juga akan membeli sikat gigi, obat kumur, atau produk perawatan mulut lainnya dari merek A, karena mereka mengasumsikan bahwa produk-produk tersebut memiliki kualitas yang sama atau lebih baik dari pasta gigi. Halo effect dapat membantu perusahaan memperluas pasar mereka dan meningkatkan loyalitas pelanggan.

4. Halo effect dapat mempengaruhi penilaian kinerja

ilustrasi berbincang (pexels.com/Cliff Booth)
ilustrasi berbincang (pexels.com/Cliff Booth)

Halo effect dapat mempengaruhi cara kita menilai kinerja orang lain, baik di sekolah, di tempat kerja, maupun di bidang lain. Misalnya, seorang guru mungkin memberikan nilai lebih tinggi kepada siswa yang berpenampilan rapi, sopan, dan aktif di kelas, daripada siswa yang berpenampilan acak-acakan, pendiam, dan pasif, meskipun kualitas pekerjaan mereka sama.

Seorang atasan mungkin memberikan penilaian lebih positif kepada karyawan yang ramah, kooperatif, dan berinisiatif, daripada karyawan yang cuek, mandiri, dan kritis, meskipun hasil kerja mereka sama. Halo effect dapat menyebabkan bias dan ketidakadilan dalam penilaian kinerja, dan mengurangi motivasi dan produktivitas orang yang merasa tidak dihargai.

5. Halo effect dapat diatasi dengan cara-cara tertentu

ilustrasi teman (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi teman (pexels.com/cottonbro studio)

Meskipun halo effect adalah fenomena alami yang sulit dihindari, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi pengaruhnya dalam pengambilan keputusan kita. Beberapa cara tersebut adalah:

  • Menyadari adanya halo effect dan mengenali kapan kita cenderung mengalaminya.
  • Mengumpulkan informasi yang lebih banyak dan lebih objektif tentang orang atau objek yang kita nilai, dan tidak hanya mengandalkan kesan pertama atau satu karakteristik saja.
  • Membuat daftar kriteria yang spesifik, terukur, dan relevan untuk mengevaluasi kinerja atau kualitas orang atau objek, dan memberikan bobot yang sesuai untuk setiap kriteria.
  • Meminta masukan atau perspektif dari orang lain yang mungkin memiliki pandangan yang berbeda atau lebih netral tentang orang atau objek yang kita nilai.
  • Merevisi atau mengubah penilaian kita jika ada bukti atau fakta baru yang bertentangan dengan kesan awal kita.

Halo effect adalah fenomena psikologis yang sering mempengaruhi cara kita melihat dan menilai orang atau objek di sekitar kita. Meskipun halo effect sulit dihindari, kita dapat mengurangi biasnya dengan cara-cara tertentu. Dengan demikian, kita dapat membuat keputusan yang lebih objektif, adil, dan rasional. Semoga bermanfaat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhamad Aldifa
EditorMuhamad Aldifa
Follow Us