Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal yang Bikin Sosok Fanatik Tidak Mampu Berpikir Objektif

ilustrasi fanatik berlebihan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Barangkali kita pernah berinteraksi dengan orang yang memiliki keyakinan, prinsip, atau sudut pandang sangat kuat akan suatu hal. Bahkan ini tercermin melalui tindakannya yang dapat diamati secara langsung. Sosok fanatik tidak segan membantah orang yang memiliki pendapat berbeda dari dirinya.

Tapi yang menarik untuk diketahui, mengapa sosok fanatik tidak mampu berpikir objektif? Bahkan ia tidak mampu membedakan antara fakta dan opini. Pastinya menarik rasa ingin tahu lebih jauh akan karakter tersebut. Kurang lebih, inilah lima hal yang membuat sosok fanatik tidak mampu berpikir objektif.

1. Identitas diri yang melekat pada keyakinan

ilustrasi sosok optimis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pola pikir objektif sangat dibutuhkan agar kita mampu mengambil kesimpulan yang tepat. Mereka yang memiliki pola pikir objektif selalu menilai segala sesuatu dari dua sisi. Termasuk memahami perbedaan dan mengambil keputusan yang dapat mewadahi seluruhnya.

Tapi berbeda dengan orang-orang yang memiliki perilaku fanatik. Mereka dikenal tidak mampu berpikir objektif. Ini disebabkan oleh identitas diri yang melekat pada keyakinan. Fanatisme sering kali tumbuh dari keterikatan emosional yang kuat terhadap suatu paham dan sudut pandang tertentu. Mereka cenderung menolak bukti sudut pandang lain meskipun lebih realistis.

2. Menghadapi rasa takut akan ketidakpastian

ilustrasi merasa takut (pexels.com/Mikhail Nilov)

Pernahkah kamu berhadapan dengan orang yang memiliki karakter fanatik? Mereka memiliki keyakinan kuat atas suatu hal secara berlebihan. Jika mengamati lebih jauh, tentu akan mendapati fakta bahwa sosok fanatik dikenal tidak mampu berpikir secara objektif.

Kondisi ini turut dipicu oleh rasa takut akan ketidakpastian. Pemikiran objektif menuntut keterbukaan terhadap ambiguitas dan kompleksitas. Sedangkan orang-orang yang memiliki pola pikir fanatik cenderung tertutup dan hanya meyakini satu prinsip atau sudut pandang. Mereka cenderung tidak nyaman ketika mendapati suatu hal yang berbeda dengan sudut pandangnya.

3. Faktor dari tekanan sosial dan lingkungan

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Yan Krukau)

Lingkungan sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Tentunya dengan beragam karakter unik yang terdapat di dalamnya. Lingkungan sosial juga membawa pengaruh tersendiri terhadap karakter dan kepribadian seseorang.

Jangan heran ketika kamu mendapati sosok fanatik tidak mampu berpikir objektif. Ini terjadi karena faktor dari tekanan sosial dan lingkungan. Terutama saat mereka berada di lingkungan dengan orang yang memiliki pola pikir dan tidak jauh berbeda. Kondisi ini mendorong loyalitas buta dan menghambat pemikiran kritis.

4. Emosi mengalahkan logika berpikir

ilustrasi teman kalap emosi (pexels.com/Engin Akyurt)

Logika berpikir memegang peranan penting saat kita ingin mengambil sebuah keputusan. Ketika seseorang mampu memberdayakan logikanya dengan baik, ia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Sebaliknya terjadi ketika emosi justru ditempatkan di atas logika.

Hal ini pula yang menyebabkan orang fanatik tidak mampu berpikir objektif. Dalam bertindak mereka didominasi oleh emosi yang berlebihan. Bahkan emosi seringkali lebih diprioritaskan daripada logika dan realita. Keputusan diambil seringkali bertentangan tidak sesuai dengan fakta.

5. Berhadapan dengan bias konfirmasi

ilustrasi fanatik berlebihan (pexels.com/Artem Podrez)

Di lingkungan sekitar kita bisa dengan mudah bertemu orang-orang yang memiliki sikap fanatik. Mereka memiliki sudut pandang yang kuat terhadap prinsip atau pemahaman. Bahkan ini menjadi situasi yang tidak bisa diganggu gugat. Tapi yang menarik untuk diketahui lebih jauh, mengapa sosok fanatik tidak mampu berpikir objektif?

Salah satu sebabnya mereka berhadapan dengan bias konfirmasi. Mereka memiliki kecenderungan untuk mencari informasi yang mendukung pandangannya. Meskipun sebenernya tidak sesuai dengan kondisi nyata. Ini membuat mereka sulit menerima fakta baru yang tidak sejalan dengan sudut pandang atau pedoman yang dianut.

Karakter sosok fanatik yang memiliki sudut pandang kuat akan suatu hal memang menarik perhatian. Dari pola pikirnya, mereka cenderung tidak objektif.

Dalam menilai permasalahan hanya menerima satu sudut pandang yang dirasa sejalan dengan perspektifnya. Merasa memiliki karakter yang dimiliki sosok fanatik, sudah saatnya kebiasaan berpikir ini diperbaiki.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us