Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kebiasaan Umum Ini Ternyata Toksik dan Membahayakan, lho!

ilustrasi wanita (pexels.com/Vlada Karpovich)

Menyambut tahun baru, kamu pasti ingin meningkatkan setiap aspek hidupmu dan menjadi pribadi yang lebih baik, bukan? Mulai dari membuat resolusi tahun baru, menulis tujuan yang ingin dicapai, serta membentuk kebiasaan baru, semua dilakukan demi menaikkan kualitas hidup.

Tentu itu adalah tekad dan semangat yang baik. Namun, hati-hati, guys! Beberapa kebiasaan nyatanya bisa tampak baik dari luar, walau sebetulnya toksik dan berdampak buruk untuk dirimu jika ditelaah lebih jauh.

Kira-kira apa saja kebiasaan itu? Yuk, langsung aja simak lewat artikel di bawah ini!

1.Memendam emosi dengan dalih bersikap tenang

Ilustrasi merasa kecewa. (pexels.com/Yan Krukov)

Memendam emosi negatif terus-menerus dapat memimpin pada lelah mental dan depresi, bahkan berpengaruh buruk pada self esteem. Mungkin kamu sering melakukan ini tanpa sadar. Kamu hanya tidak ingin mengkhawatirkan orang-orang di sekitarmu, jadi kamu selalu mencoba bersikap tenang.

Penting untuk mengakui emosi kita, bahkan, seburuk apapun itu; marah, kecewa, sedih, atau khawatir. Cari lingkungan yang positif dan suportif untuk menuangkan gelisahmu. Di tahun yang baru, jangan mengulangi kebiasaan buruk dengan terlalu banyak menumpuk emosi dalam diri.

2.Menyalahartikan produktif sebagai bekerja berlebihan

ilustrasi wanita (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Segala sesuatu yang berlebihan pasti akan mengarah pada kebiasaan toksik. Termasuk dalam bekerja. Waktumu untuk istirahat dan bersosialisasi akan terpotong untuk bekerja. Akan ada banyak penyakit fisik mengintai bila kamu bekerja terlalu ekstra.

Sebaliknya, terapkan cara bekerja yang sehat. Bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh pada waktu bekerja dan nikmati me time atau family time saat sedang libur. Bijaklah dalam mengatur waktu.

3.Melewatkan istirahat dan me time

Ilustrasi seorang pria sedang bekerja (Pexels.com/cottonbro)

Banyak anak muda sekarang menganggap tidur dan istirahat sebagai “kemalasan”. Pola pikir keliru ini ada karena kamu ingin bekerja dan menghasilkan lebih banyak. Ini berdampak buruk untuk kesehatan fisik dan mental, termasuk kesehatan otak.

Kamu akan kesulitan untuk berkonsentrasi, daya ingat berkurang, bahkan memicu kekhawatiran. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk istirahat. Jangan menukar waktu itu apalagi mengurangi yang satu untuk menambah yang lain. Keseimbangan antara keduanya sangat penting.

4.Menjadi terlalu mandiri

ilustrasi (pexels.com/Whicdhemein One)

Kita selalu berpikir bahwa kemandirian adalah sikap yang baik dan menguntungkan. Well, gak salah, sih. Akan menjadi salah kalau kamu mengubah kemandirian ini menjadi terlalu mandiri. Kamu berpikir semua bisa dilakukan sendiri tanpa melibatkan orang lain.

Ingat, segala sesuatu yang berlebihan tidak baik. Harus ada jembatan yang sehat antara kemandirian dan ketergantungan, dimana kamu mengenal batas kapan harus mengerjakan sendiri, kapan harus meminta tolong orang lain.

5.Selalu ingin memegang kontrol atas segalanya

ilustrasi frustasi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Biasanya orang yang selalu in-control berusaha untuk melindungi dirinya serta orang lain dari kesalahan. Tujuannya baik, tapi bila dilakukan secara berlebihan malah akan melukai dirimu sendiri.

Orang yang over-controlling akan mudah diserang kekhawatiran. Sulit baginya untuk menerima fakta bahwa ia tidak bisa mengontrol segalanya. Terkadang, hidup memang berjalan di luar rencana dan terjadi apa adanya. Jadi, gak perlu terlalu stres memikirkan itu. Fokus saja membenahi reaksi dan sikap kita saat sesuatu tidak berjalan baik. Bukankah itu lebih menguntungkan?

Selagi masih awal tahun, belum terlambat untuk membenahi kebiasaan buruk di atas. Yuk, isi tahun 2022-mu dengan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Semangat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us