Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Mitos Soal Emosi dan Kesedihan yang Tidak Sepenuhnya Benar

ilustrasi menangis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Emosi manusia sangatlah beragam dan dapat diekspresikan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menangis. Sayangnya banyak orang masih beranggapan bahwa menangis adalah tanda kelemahan dan memilih memendam perasaannya sendiri. 

Banyak mitos mengenai kesedihan dan emosi yang sebaiknya tak lagi kamu percaya. Inilah fakta soal emosi dan kesedihan berdasarkan riset dan pandangan ahli yang bisa mematahkan anggapan kelirumu.

1. Perasaan sedih adalah tanda seseorang lemah

ilustrasi sedih (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menunjukkan emosi negatif seperti sedih seringkali diasumsikan sebagai tanda kelemahan. Sehingga banyak orang yang menutupi perasaan tersebut sebab khawatir dengan pandangan negatif dari orang lain. 

Menurut riset yang disebutkan dalam Very Well Mind, emosi positif memang membuat mental menjadi lebih bahagia dan berkontribusi untuk menurunkan tekanan darah. Namun, melepas emosi negatif dapat membantu turunkan tingkat stres hingga mengatasi rasa takut. 

Justru menahan atau memendam sebuah emosi dapat mempengaruhi tubuh dan pikiran. Riset membuktikan ketika seseorang mengabaikan perasaannya akan mengganggu kesehatan mental yang nantinya memicu depresi, anxiety, hingga gangguan kesehatan fisik.

2. Perempuan lebih emosional dibanding laki-laki

ilustrasi sedih (pexels.com/Cottonbro)

Dalam lingkungan sosial, kita kerap dikenalkan dengan gagasan bahwa perempuan lebih emosional atau memiliki emosi yang lebih naik-turun dibanding laki-laki. Namun hal tersebut dibantah oleh Liz Wilson, seorang behavioral scientist di laman Very Well Mind

"Gagasan bahwa perempuan secara 'biologis' lebih emosional telah dibantah oleh para peneliti. Emosi tidak berdasarkan gender. Tapi berdasarkan kondisi," kata Liz.

Emosi merupakan ekspresi yang layak ditunjukkan untuk mengidentifikasi siapa diri kita sebagai individu. Meski perempuan terkesan lebih ekspresif, namun menunjukkan atau menekan perasaan bukan dipengaruhi oleh jenis kelamin.

3. Orang yang depresi sering menangis

ilustrasi sedih (pexels.com/Liza Summer)

Kamu mungkin berpikir bahwa depresi atau stres akan menyebabkan emosi dalam diri lebih bergejolak sehingga seseorang dalam situasi ini semakin sering menangis. Namun hal tersebut tak sepenuhnya benar.

Toketemu Ohwovoriole, penulis dalam Very Well Mind menyebutkan terkadang orang yang tengah mengalami depresi justru merasa hampa dan apatis sehingga tak menangis sama sekali. Orang dengan trauma mendalam dan gangguan depresi terkadang terbiasa meredam emosinya sehingga mencegah diri untuk menangis. 

Selain itu, kondisi pasca trauma yang dialami oleh seseorang bisa membuat dirinya kesulitan mengekspresikan emosi, termasuk kesedihan. Namun tentu saja, kondisi ini bisa berbeda pada setiap orang. 

4. Menangis bisa mengganggu tidur

ilustrasi sedih (pexels.com/@ivan-samkov)

Menangis ternyata bisa membantu tidur. Ketika sedang merasa stres, kamu ingin menangis untuk meluapkan emosi. Proses peralihan dari kondisi stres ke kondisi homeostasis akan membuat perasaan lebih lega dan tenang sehingga kamu akan merasa nyaman untuk beristirahat. 

Selain itu, menangis menjadi kegiatan yang menguras energi, sehingga muncul dorongan untuk segera terlelap begitu tubuh merasa lelah. Jadi, kalau kamu mulai menangis dan mengantuk, biarkan tubuhmu mengikut naluri biologis untuk tidur, ya!

5. Menangis bikin mood makin buruk

ilustrasi sedih (pexels.com/Liza Summer)

Menangis ternyata bisa menurunkan hormon stres dan memicu produksi hormon oksitosin dan endorfin yang membantu meningkatkan suasana hati. Dalam Very Well Mind, penulis Rachael Green menyebutkan hormon oksitosin akan menghasilkan rasa nyaman dan tenang. 

Sementara endorfin bisa bantu mengurangi stres dan kecemasan, akibatnya muncul rasa nyaman dan rasa percaya diri kembali tumbuh. Jadi, jangan berpikir bahwa menangis adalah respons emosional yang tak ada gunanya, ya! 

Demikian beberapa mitos mengenai kesedihan yang sebaiknya tak lagi kamu percaya. Jangan sembunyikan rasa sedih atau emosimu hanya karena malu dan khawatir orang melihat dengan pandangan negatif.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima
Dina Fadillah Salma
Pinka Wima
EditorPinka Wima
Follow Us