Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Malas Memberi jika Diminta, Bukan Artinya Tak Dermawan

ilustrasi dua orang (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi dua orang (pexels.com/August de Richelieu)

Memberi atau berbagi tentu tindakan yang terpuji. Akan tetapi, jangan menilai kebaikan dan kedermawanan orang lain hanya dari seberapa sering dia mau memberikan sesuatu ketika diminta. Kalau itu dilakukan, kamu dapat salah mengira orang dermawan sebagai pelit.

Padahal, kedermawanan memang tak berarti selalu menuruti permintaan orang lain. Seakan-akan ia tidak perlu bersikap kritis dan selektif terhadap berbagai permintaan yang ditujukan padanya. Sekaya apa pun dirinya, dia punya hak buat menolak permintaan yang gak urgen atau tak sesuai dengan tujuannya dalam memberi. Justru bahaya buatnya, apabila meluluskan saja semua permintaan itu.

Mau berbagi bagus, tetapi juga jangan sampai merugikan diri atau memberi pada orang yang tidak tepat. Itu membuat pemberiannya kurang bermanfaat. Berikut lima penyebab, mengapa orang justru menolak memberi ketika ditodong dengan permintaan.

1. Ada jenis dan jumlah bantuan tertentu dalam permintaan itu

ilustrasi dua orang (pexels.com/Buro Millennial)
ilustrasi dua orang (pexels.com/Buro Millennial)

Orang yang meminta pasti sudah menentukan jenis barang yang diminta dan jumlahnya. Gak mungkin seseorang cuma bilang minta diberi apa saja. Misalnya, minta pinjam uang dengan jumlah tertentu.

Adanya jenis dan jumlah permintaan begini bisa bikin orang lain kurang nyaman. Sebab, ketika ia berbagi dengan kehendaknya sendiri, dia bebas menentukan jenis dan jumlah barangnya. Pun boleh jadi ia tak punya uang sebanyak yang diminta.

Permintaan dengan detail jenis dan jumlah barang sebaiknya hanya ditujukan pada pihak-pihak yang mengelola bantuan atau dana untuk banyak orang. Misalnya, yayasan sosial atau mengajukan utang ke bank.

Permintaan seperti itu kurang tepat diajukan pada orang pribadi, apalagi dia gak pernah mengatakan dirinya siap memberikan apa saja bila dibutuhkan. Jenis serta jumlah bantuan yang sudah ditentukan oleh peminta akan terasa sebagai beban bagi orang yang dimintai. Kecuali, seseorang terlebih dahulu menanyakan apa yang mungkin dapat dilakukannya untuk membantu atau kebutuhan saat ini.

2. Sudah berkali-kali meminta dan dipenuhi

ilustrasi dua orang (pexels.com/PNW Production)
ilustrasi dua orang (pexels.com/PNW Production)

Orang yang suka meminta biasanya itu-itu saja. Orang yang dimintai juga sudah beberapa kali memenuhinya dengan berbagai pertimbangan. Pertama kali, sepertinya peminta memang sangat memerlukan bantuan. Kedua kali, keadaannya mungkin belum membaik.

Ketiga kali, lebih karena pemberi merasa tidak enak untuk menolak. Pada permintaan keempat, kesabarannya dapat habis dan menolak permintaan dari orang yang sama. Apalagi kalau permintaannya kian lama kian macam-macam seolah-olah cuma berusaha memanfaatkan orang lain.

Pikir orang yang dimintai, mau sampai kapan dirinya terus dijadikan sasaran dari permintaannya? Orang dewasa harus berusaha keras memenuhi sendiri berbagai kebutuhan dan keinginannya. Jangan justru mengalihkan tugas itu pada orang lain. Perasaan cuma dimanfaatkan ini dapat sesuai atau berbeda dari maksud hati peminta. Namun, orang yang meminta juga wajib sadar diri.

3. Mintanya sambil memaksa

ilustrasi dua orang (pexels.com/Marcus Aurelius)
ilustrasi dua orang (pexels.com/Marcus Aurelius)

Bagi peminta yang tidak sabaran, ia memaksa orang lain tanpa merasa sungkan. Pikirnya, bila dia gak mendesak sampai sedemikian rupa nanti orang mudah mengabaikan permintaannya. Padahal yang terjadi justru sebaliknya. Paksaan bikin siapa pun kesal.

Hanya sedikit orang yang mau takluk oleh paksaan. Sebagian besarnya malah melawan dengan keras, misalnya dengan kata-kata yang menusuk hati. Kalau sudah begini, siapa yang salah? Tentu orang yang meminta dengan paksaan harus berintrospeksi dan memperbaiki dirinya.

Terkadang dalam hidup manusia memang membutuhkan sesuatu dari manusia lainnya. Namun, pastikan kebutuhan dan maksud untuk meminta sesuatu disampaikan dengan cara yang santun. Jika permintaan diutarakan baik-baik serta tidak mengada-ada, besar kemungkinan orang lain bersedia memenuhinya.

4. Orang yang lebih butuh malah tak meminta

ilustrasi dua orang (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi dua orang (pexels.com/Kampus Production)

Orang yang terbiasa berbagi sudah menandai dari pengalamannya, bahwa banyak orang yang benar-benar membutuhkan bantuan malah tidak suka meminta-minta. Mereka tetap bekerja apa saja sekalipun upahnya sedikit dan tak mencukupi kebutuhan hidup layak. 

Sementara itu, tidak sedikit orang yang kehidupannya terbilang menengah malah suka meminta sesuatu dari orang lain. Seperti minta pinjaman uang ratusan ribu rupiah, padahal dia juga memiliki lebih dari satu kendaraan pribadi. Logikanya, total harga motor dan mobilnya berlipat-lipat dari jumlah uang yang dibutuhkannya sekarang.

Namun,  alih-alih ia menjual, menggadaikan, atau menyewakan kendaraannya supaya memperoleh uang tambahan justru suka meminta pada orang lain. Bila orang yang dimintai memenuhinya, bantuannya menjadi salah sasaran. Nilai uang yang sama dapat berarti besar untuk keluarga yang sungguh-sungguh kesulitan makan serta tidak memiliki satu pun barang berharga untuk diuangkan.

5. Saat dimintai sesuatu pas gak punya

ilustrasi dua orang (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi dua orang (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Inilah bedanya ketika orang memberi berdasarkan inisiatifnya sendiri dengan saat ditodong permintaan oleh orang lain. Bila seseorang berinisiatif memberi tentu ia sudah menyiapkan dana atau barangnya. Sementara itu, ketika orang lain meminta sesuatu darinya boleh jadi dia lagi gak punya.

Sayangnya, peminta kerap kurang peduli dengan hal tersebut. Ia cenderung berpikir bahwa orang yang gemar berbagi berarti selalu memiliki banyak uang sehingga bisa dimintai kapan saja. Penting untuk orang yang hendak meminta memahami bahwa perihal punya atau tidaknya seseorang cuma dia yang tahu.

Orang lain jangan sibuk menduga-duga karena kesimpulannya dapat amat keliru. Orang yang dermawan bisa terlihat kaya terus karena hanya momen berbaginya yang terlihat. Tak sekali pun dia menunjukkan sikap sebaliknya, yaitu meminta dari orang lain atau sibuk mengeluhkan uang. Meski kehidupannya sederhana, ia tetap terlihat lebih kaya daripada orang yang suka meminta dan gemar berkeluh kesah.

Meminta pada orang lain tidak dapat dihakimi sebagai tindakan yang pasti buruk. Akan tetapi, makin sedikit permintaan pada siapa pun akan makin baik. Itu tandanya seseorang sudah benar-benar mandiri dalam mencukupi keperluan-keperluan hidupnya sehingga tidak merepotkan orang lain. Orang yang dimintai gak boleh disalahkan bila tak mampu atau gak mau memenuhinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us

Latest in Life

See More

7 Ide Desain Dapur Area Sempit, Menyatukan Ruang Makan Tetap Efisien!

12 Sep 2025, 23:32 WIBLife