5 Perbedaan Antara Personal Branding dan Narsis, Jangan Dianggap Sama!

Jika melihat di media sosial, seringkali kita menjumpai seseorang yang berusaha menonjolkan diri secara berlebihan. Mereka berlindung di balik kata personal branding untuk membuat sensasi. Padahal sejatinya ini perilaku narsis yang patut diwaspadai. Dalam hal ini, penting untuk mengenali perbedaan antara personal branding dengan narsis.
Perbedaan ini dapat dilihat dari segi tujuan, konten yang dibagikan, sampai dengan fokus dan pendekatan. Mengenali ini penting untuk menentukan pengembangan dari yang tepat.
Dengan mampu membedakan keduanya, kita tidak akan terjebak pada strategi yang keliru. Apa saja perbedaan-perbedaan tersebut secara detail? Ikuti terus tulisan ini sampai selesai.
1. Dilihat dari segi tujuan

Personal branding dan narsis dua hal yang dapat dijumpai di media sosial. Terlebih banyak generasi muda tidak mampu membedakan keduanya. Seringkali menunjukkan pencapaian semu atau gaya hidup berlebihan, namun tidak diimbangi dengan bukti nyata yang berkelanjutan.
Di sinilah kita mampu membedakan antara personal branding dengan narsis. Dilihat dari segi tujuan, personal branding untuk membangun citra dari yang positif. Terutama dalam lingkup karier dan profesional.
Sedangkan perilaku narsis bertujuan untuk memperoleh pengakuan atas validasi dari publik. Mereka mengharapkan respons positif atas suatu hal yang sudah ditunjukkan.
2. Ditinjau dari segi fokusnya

Apa jadinya ketika seseorang tidak mampu membedakan antara personal branding dengan narsis? Sangat mungkin terjebak pada strategi pengembangan yang salah. Mereka menunjukkan sisi kehidupan secara berlebihan, namun tidak membawa pengaruh berarti terhadap kualitas diri.
Tentu kita harus memahami perbedaan antara personal branding dengan narsis. Ditinjau dari segi fokusnya, personal branding bertujuan menciptakan hubungan yang autentik dengan audiens. Berbeda halnya dengan perilaku narsis gimana seseorang cenderung berfokus pada kepuasan pribadi.
3. Ditinjau dari konten-konten yang dibagikan

Seiring berkembangnya teknologi digital yang semakin pesat, setiap orang dapat menunjukkan ekspresinya secara bebas. Tapi yang menjadi persoalan, seringkali seseorang tidak mampu membedakan antara personal branding dengan narsis. Pamer gaya hidup justru dianggap sebagai bagian dari personal branding.
Di sinilah kita perlu membedakan keduanya secara tegas. Perbedaan ketika terletak pada konten-konten yang dibagikan. Dalam personal branding, seseorang akan menunjukkan sesuatu yang relevan dan bermanfaat. Bahkan sesuai dengan kompetensi atau minat yang dimiliki.
Tentu berbeda dengan mereka yang memiliki perilaku narsis. Apa yang dibagikan hanya seputar gaya hidup dan tuntutan mengikuti tren sesaat.
4. Dampaknya bagi orang lain

Setiap apa yang ditunjukkan di media sosial pasti memiliki dampak. Entah menjadi inspirasi bagi mereka yang mengamati. Atau mungkin justru menimbulkan kesan negatif jika tidak disaring dengan cermat. Hal ini pula yang menjadi sisi perbedaan antara personal branding dengan narsis.
Kita bisa melihat dari segi dampaknya bagi orang lain. Ketika seseorang menunjukkan personal branding, ini dapat menjadi inspirasi maupun motivasi. Seseorang akan terpacu untuk mengembangkan ide dan kreativitasnya.
Namun, berbanding terbalik dengan orang-orang yang memiliki perilaku narsis. Apa yang dilakukan seringkali memancing pro kontra, bahkan menuai kritikan tajam.
5. Berdasarkan pendekatan yang dilakukan

Personal branding dan narsis. Jika diamati dengan teliti, fenomena ini sangat mudah dijumpai di media sosial. Bahkan banyak orang berlomba-lomba menunjukkan setiap sisi kehidupannya secara detail. Tidak jarang menunjukkan sisi kehidupan yang bersifat manipulatif dan berbeda dengan kondisi aslinya.
Tentu kita harus mampu memahami perbedaan antara personal branding dengan narsis. Ditinjau dari pendekatan yang dilakukan, personal branding dilakukan dengan cara yang profesional. Bisa meliputi pengetahuan, pengalaman, sekaligus sudut pandang yang menginspirasi. Tapi mengenai perilaku narsis, seringnya mengedepankan pencapaian diri yang bersifat semu.
Sebenarnya mengamati perbedaan antara personal branding dengan narsis sangat mudah. Kita hanya perlu mengetahui dari sisi tujuan dan fokus, konten-konten yang dibagikan, serta dampak beserta pendekatan.
Singkatnya, personal branding adalah tentang membangun citra positif yang autentik dan bermanfaat, sementara narsisme lebih berkaitan dengan keinginan untuk mendapat perhatian dan pengakuan.