5 Pertanda Disaat Pikiranmu Sedang Tidak Tenang, Wajib Bisa Kenali!

- Overthinking dan menganalisis berlebihan dapat membuat otak lelah secara mental dan kehilangan kemampuan untuk mengambil keputusan yang tenang.
- Scroll media sosial tanpa henti bisa menambah tekanan batin, membuat kita merasa kurang, ketinggalan, atau semakin bingung karena informasi yang terlalu banyak.
- Makan tanpa kontrol atau tidak mau makan sama sekali dapat berdampak buruk pada tubuh dan memperparah kondisi mental.
Setiap orang pasti pernah mengalami hari-hari di mana pikiran terasa penuh, gelisah, atau tidak karuan. Bisa karena tekanan pekerjaan, hubungan yang tidak berjalan baik, atau bahkan tanpa alasan yang jelas. Saat pikiran sedang tidak tenang, kita cenderung melakukan berbagai hal untuk mengalihkan atau menenangkan diri. Tapi sayangnya, tidak semua kebiasaan itu membantu sebagian malah justru memperburuk keadaan.
Kali ini kita akan membahas lima hal umum yang sering kita lakukan saat pikiran kacau, beserta penjelasan mengapa kebiasaan-kebiasaan ini terjadi dan dampaknya terhadap kesehatan mental. Siapa tahu, setelah membacanya, kamu bisa lebih sadar dan perlahan mulai menggantinya dengan respons yang lebih sehat.
1. Overthinking dan menganalisis berlebihan

Saat pikiran sedang tidak tenang, banyak dari kita terjebak dalam pola berpikir berulang atau overthinking. Kita memutar ulang kejadian-kejadian, membayangkan skenario terburuk, atau mencoba menganalisis hal-hal yang sebenarnya sudah berlalu. Seolah-olah, dengan berpikir lebih keras, kita bisa menemukan solusi atau kepastian padahal seringnya yang muncul justru lebih banyak kebingungan dan kecemasan.
Overthinking membuat otak terus "bekerja" tanpa henti, seperti mesin yang dipaksa beroperasi tanpa istirahat. Akibatnya, kita merasa lebih lelah secara mental dan kehilangan kemampuan untuk mengambil keputusan yang tenang. Ironisnya, semakin kita berpikir keras, semakin jauh kita dari ketenangan. Langkah awal untuk keluar dari pola ini adalah menyadari bahwa tidak semua hal perlu diselesaikan lewat logika kadang kita hanya perlu memberi jarak dan istirahat pada pikiran.
2. Scroll media sosial tanpa henti

Saat gelisah, banyak orang memilih untuk melarikan diri ke dunia digital scrolling Instagram, TikTok, Twitter, dan sebagainya. Awalnya, ini terasa seperti hiburan yang bisa mengalihkan pikiran. Tapi tanpa sadar, kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam menatap layar, membandingkan hidup dengan orang lain, atau membaca berita yang justru memperparah kecemasan.
Media sosial memberi ilusi “pengalihan”, padahal sering kali malah menambah tekanan batin. Kita jadi merasa kurang, ketinggalan, atau malah semakin bingung karena informasi yang terlalu banyak. Dalam kondisi ini, penting untuk menyadari kapan kita butuh hiburan, dan kapan kita justru sedang “lari dari diri sendiri”. Mungkin, istirahat sejenak dari layar bisa memberi efek lebih baik untuk menenangkan pikiran.
3. Makan tanpa kontrol atau tidak mau makan sama sekali

Perubahan mood sangat memengaruhi pola makan. Saat stres, sebagian orang jadi makan berlebihan (emotional eating), biasanya dengan makanan tinggi gula, garam, atau lemak. Sementara sebagian lainnya justru kehilangan nafsu makan sama sekali. Keduanya adalah respons tubuh terhadap ketidakseimbangan emosional.
Masalahnya, baik makan berlebihan maupun tidak makan bisa berdampak buruk pada tubuh dan memperparah kondisi mental. Makan berlebihan sering diikuti rasa bersalah, sementara tidak makan membuat energi drop dan pikiran makin sulit fokus. Salah satu cara menenangkan pikiran adalah dengan memberi nutrisi seimbang dan makan dengan sadar (mindful eating) bukan sebagai pelarian, tapi sebagai bentuk merawat diri.
4. Menghindari orang atau menarik diri dari lingkungan

Saat pikiran tidak tenang, ada kalanya kita memilih untuk menarik diri tidak ingin berbicara dengan siapa pun, membalas chat, atau bertemu orang. Isolasi ini kadang dibutuhkan untuk menenangkan diri, tapi jika terlalu lama, bisa berbalik menjadi kesepian yang memperburuk suasana hati.
Interaksi sosial yang sehat justru bisa menjadi penyeimbang saat mental terguncang. Sekadar berbicara dengan orang yang dipercaya, mendengarkan cerita orang lain, atau sekadar nongkrong tanpa tuntutan bisa membantu kita merasa lebih terhubung dan tidak sendirian. Jadi, penting untuk mengenali kapan kita butuh ruang sendiri, dan kapan kita justru perlu keluar dan bertemu orang lain.
5. Mencari pelarian lewat hal negatif

Dalam kondisi mental yang tidak stabil, ada godaan besar untuk mencari "pelarian instan" merokok, minum alkohol, belanja impulsif, bahkan mengakses konten yang tidak sehat. Semua ini terasa seperti solusi cepat untuk mengalihkan rasa gelisah. Tapi yang terjadi kemudian adalah efek sementara yang sering disusul rasa penyesalan, kecanduan, atau penurunan kualitas hidup.
Pelarian seperti ini ibarat menambal ban bocor dengan permen karet tidak menyelesaikan masalah, hanya menunda kerusakan. Memang tidak mudah menghindari godaan ini saat pikiran kacau, tapi penting untuk punya “daftar pelarian sehat”, seperti jalan kaki, journaling, mendengarkan musik tenang, atau ngobrol dengan teman. Saat kamu tahu alternatifnya, kamu punya pilihan lebih baik untuk mengelola stres.
Kita semua punya cara masing-masing dalam menghadapi pikiran yang tidak tenang. Tidak semua cara itu buruk, tapi penting untuk menyadari mana yang benar-benar menenangkan, dan mana yang hanya menunda rasa tidak nyaman. Dengan kesadaran, kamu bisa perlahan mengganti pola lama dengan respons yang lebih sehat dan membangun ketenangan dari dalam.
Tenang bukan berarti tidak pernah kacau. Tapi kamu bisa belajar menenangkan diri dengan cara yang lebih bijak, satu kebiasaan sehat dalam satu waktu.