5 Rekomendasi Novel Tipis yang Bisa Selesai dalam Sekali Duduk

Membaca novel merupakan kegiatan yang menyenangkan. Kita bisa bersantai sekaligus menikmati untaian kata yang dirangkai penulis menjadi cerita menakjubkan. Sayangnya, kita butuh waktu lebih banyak untuk menyelesaikan satu novel. Padahal kita tidak memiliki waktu senggang untuk merampungkan bacaan.
Nah, kini kamu tak perlu pusing lagi karena harus mencuri-curi waktu luang demi baca novel, sebab, kini banyak rekomendasi novel tipis yang bisa diselesaikan dalam sekali duduk saja. Yuk, simak bersama rekomendasi novel tipis tersebut dalam referensi di bawah ini!
1. French Pink karya Prisca Primasari

French Pink merupakan novel lokal yang menggunakan Distrik Jiyugaoka, Jepang sebagai latar utamanya. Tokoh utamanya, Hitomi adalah pemilik toko pita yang ahli memadupadankan warna agar serasi. Namun, Hitomi kehilangan kemampuan dan hanya bisa mengenali warna hitam.
Kesedihan membuat Hitomi ingin bunuh diri. Suatu hari, ia bertemu lelaki misterius bernama Hane. Ia meminta pertolongan Hitomi untuk mencari beberapa benda dengan warna berbeda, seperti syal berwarna french pink, pita berwarna english lavender, dan kertas kado berwarna hitam.
Novel setebal 80 halaman ini berhasil menyuguhkan kisah tentang harapan hidup. Bahasa yang digunakan juga sangat ringan. Penulis berhasil mendeskripsikan setting lokasi dengan baik sehingga pembaca bisa membangun imajinasi walaupun latar yang digunakan adalah luar negeri.
2. Wesel Pos karya Ratih Kumala

Wesel Pos jadi novel tipis yang berhasil merangkum kondisi sosial di Jakarta dengan baik. Dalam 100 halaman itu, Ratih Kumala menceritakan tentang gambaran kerasnya hidup di Jakarta, ketimpangan sosial, dan urbanisasi.
novel ini mengisahkan tentang perjalanan wanita yatim piatu bernama Elisa pergi mencari kakaknya yang bekerja di Jakarta. Ia hanya berbekal sepeser uang saku dan surat yang berisikan alamat sang kakak. Sayangnya, di perjalanan Elisa ditipu orang sehingga hanya menyisakan dirinya dan surat saja.
Uniknya, novel ini menggunakan point of view orang pertama dari wesel pos. Sebuah gaya penceritaan yang tidak biasa karena menggunakan benda mati sebagai naratornya. Meskipun terkadang sudut pandang yang digunakan bias, tetapi tidak mengurangi esensi isu yang diangkat di dalam novel.
Novel singkat ini berhasil merangkum kerasnya kehidupan di kota besar dan perjuangan keluarga menghidupi orang-orang terkasihnya.
3. Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis

Novel Jalan Tak Ada Ujung menceritakan tentang situasi di Jakarta selepas proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Adakan ada beberapa tokoh sentral yang ditemui dalam novel ini, seperti Guru Isa dan Hazil. Mereka adalah tokoh yang berjuang mempertahankan kedaulatan negara.
Suasana mencekam dapat langsung terlihat sejak awal pembukaan. Situasi yang kacau setelah kemerdekaan masih terus terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Ketegangan antara kelompok pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia dengan tentara Jepang masih berlanjut. Di sisi lain, mereka juga masih was-was dengan serangan dari tentara Sekutu, Inggris, atau Belanda.
Melalui novel setebal 167 halaman ini, Mochtar Lubis melukiskan bagaimana kondisi masyarakat pada saat itu. Semangat perjuangan juga terlihat di tiap peristiwa yang dilalui tokoh. Novel ini bisa menjadi refleksi betapa beratnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
4. Perempuan di Titik Nol karya Nawal As-Sa'adawi

Perempuan di Titik Nol menjadi novel dengan cerita yang sangat ironis sekaligus penuh kritik. Novel ini menceritakan perjalanan hidup perempuan Mesir bernama Firdaus. Sejak ia kecil hingga berakhir menjadi tahanan yang divonis mati karena membunuh germo.
Firdaus adalah PSK yang terkenal dan bayarannya paling mahal. Ia lahir dari keluarga petani yang miskin. Semasa kecil, hidupnya sudah amat berat. Ia pernah menjadi korban kekerasan seksual oleh teman dan pamannya. Lalu setelah orang tuanya meninggal, ia bahkan dinikahkan dengan lelaki tua kaya raya. Kehidupan pernikahannya pun tidak berjalan bahagia sebab Firdaus sering mendapat perlakuan kejam dari sang suami. Ia lantas melarikan diri dan bertemu lelaki yang juga akan memperlakukannya dengan buruk.
Novel ini berisi kritik gender dan kekerasan yang dialami perempuan Mesir. Meskipun ditulis pada tahun 1975, isinya masih begitu relate dengan kondisi sekarang. Isu di dalamnya dapat menjadi refleksi tentang kesetaraan gender dan teguran sosial tentang posisi perempuan dalam tatanan masyarakat.
5. Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupery

Novel yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pangeran Cilik ini disebut-sebut sebagai sastra legendaris karena isinya dinilai penuh makna. Meskipun first impression novel ini adalah cerita anak-anak, apalagi di dalamnya dilengkapi ilustrasi lucu, novel ini menyiratkan pandangan yang mendalam tentang arti kehidupan dan menjadi dewasa. Pembaca akan diajak untuk melihat dunia melalui sudut penceritaan layaknya anak-anak.
Le Petit Prince mengisahkan seorang pilot yang terdampar di gurun sahara dan bertemu pangeran cilik dari planet asing di luar angkasa. Pangeran cilik lalu menceritakan perjalanannya mengunjungi berbagai planet dan bertemu dengan penghuninya.
Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, pertemanan, dan cinta. Selain itu, hal yang menarik adalah penulis menyiratkan gagasannya tentang hidup orang dewasa yang serba rumit dan tidak menyenangkan. Novel ini menghadirkan bacaan yang ringan, tetapi meninggalkan kesan yang mendalam.
Kalau kamu punya hobi baca buku, namun cuma punya waktu luang sebentar, maka rekomendasi novel tipis yang ada di artikel ini patut untuk dijadikan referensi selanjutnya. Semua buku tadi punya genre dan alur cerita menarik, sangat worth it untuk kamu jadikan teman saat waktu luang.