5 Sebab Kamu Sering Disalahkan, Harus Berani Membela Diri jika Benar

Bagaimana perasaanmu ketika disalahkan oleh orang-orang di sekitarmu? Tentunya kamu merasa sebal dan sering kali kesulitan untuk membuat mereka mau mendengarkan cerita versimu. Orang yang menyalahkanmu yakin dengan pandangannya sendiri serta menutup mata dan telinga dari setiap bukti atau penjelasanmu.
Kalau ada lebih dari satu orang yang menyalahkanmu untuk hal yang sama, kamu makin tersudut. Sangat sulit untukmu membebaskan diri dari tuduhan tersebut. Bila pun di setiap masalah dirimu cuma disalahkan oleh satu orang, jika ini kerap terjadi tetap saja bikin stres.
Pikirmu, kenapa sih mereka selalu menjadikanmu sebagai sasaran tembak dalam segala persoalan? Apakah kamu memang sesalah itu atau ada motif lain di balik sikap mereka yang menyudutkanmu? Tindakan terbaik guna menghadapi keadaan ini ialah berintrospeksi sekaligus belajar lebih mengenal karakter orang yang menyalahkanmu. Lima hal berikut dapat membuatmu menjadi bulan-bulanan orang lain saban ada masalah.
1. Kamu memang ceroboh

Dengan sifat ceroboh, kamu memang sering melakukan kekeliruan. Bahkan hal-hal yang sudah diperingatkan oleh orang lain berkali-kali pun tetap diabaikan atau terlupakan. 1 atau 2 kali dirimu berbuat salah mungkin orang lain masih bisa maklum dan mendiamkanmu. Harapan mereka, kamu belajar dari kesalahan itu sehingga ke depan tak terjadi lagi.
Akan tetapi, dirimu bukannya menjadi jauh lebih berhati-hati malah seperti makin ceroboh saja. Orang-orang pun mulai kehabisan kesabaran dan tak lagi bisa berdiam diri. Mereka menyerangmu secara frontal untuk memberimu peringatan keras. Sekaligus mendesak pertanggungjawaban darimu atas dampak dari kesalahan yang diperbuat.
Oleh karenanya, ketika kamu disalahkan orang juga jangan terlalu defensif. Sadari kesalahanmu yang bikin mereka marah. Jangan pula setelah dirimu menyadarinya seakan-akan bersikap tidak dapat melakukan perbaikan atas sifat ceroboh itu. Berusahalah lebih keras untuk berhati-hati. Jangan bertindak tergesa-gesa dan ingat bahwa satu kesalahan saja dapat merugikan banyak orang.
2. Dirimu tidak bersalah, tetapi posisimu lemah

Kamu juga bisa mendadak disudutkan orang tanpa berbuat salah sebelumnya. Kali ini posisimu kurang menguntungkan sehingga dirimu yang benar dapat tampak salah. Sebaliknya, orang yang bersalah justru lolos dari penghakiman. Keuntungannya menjadi nasib apesmu.
Contohnya, kamu dan teman sama-sama memasuki sebuah ruangan untuk mengambil dokumen. Keesokannya ada dokumen yang dinyatakan hilang. Bila kamu keluar dari ruangan itu terakhir dan temanmu duluan, besar kemungkinan dirimu yang dianggap harus bertanggung jawab.
Apalagi kalau semua orang termasuk kawanmu mengaku tidak tahu mengenai dokumen itu. Fakta bahwa kamu adalah orang yang terakhir ada di sana sangat melemahkan posisimu. Demikian pula bila dirimu berhadapan dengan orang yang lebih berkuasa. Ada perasaan takut ketika kamu hendak membela diri dan bilang bahwa dirimu tidak bersalah. Sedang orang yang berkuasa tetapi tidak bijaksana merasa bebas menyalahkan siapa saja.
3. Sifatmu selalu mengalah

Bisa mengalah merupakan sifat yang baik. Apabila kamu tidak pernah mau mengalah dari orang lain, dirimu menjadi sosok yang egois dan agresif. Akan tetapi, selalu mengalah justru buruk. Ada situasi-situasi yang seharusnya kamu lebih berani mengatakan kebenaran versimu.
Jika ini tidak dilakukan, dirimu akan terus disalahkan oleh siapa pun dan dalam hal apa saja. Orang-orang menjadi semena-mena terhadapmu. Padahal bila kamu berani sekali saja memotong tuduhannya, mereka akan berhenti menyudutkanmu. Namun, dirimu seperti orang yang membuka pintu rumah terlalu lebar buat tamu-tamu yang gak tahu diri.
Kamu tidak menggunakan hakmu untuk menutup pintu agar mereka pergi. Beberapa orang yang tak tahu diri seperti ini gak bakal dengan sendirinya berhenti mengganggumu. Makin kamu diam dan bersabar, makin keterlaluan sikap mereka.
Tiadanya dirimu di tempat kejadian pun tak membuat mereka mencari orang lain yang lebih pantas dijadikan tersangka. Buat mereka tidak penting lagi tuduhannya padamu benar atau gak. Mereka cuma menumpahkan kekesalan dan kamu dianggap sebagai sasaran yang tepat saking sabarmu.
4. Berhadapan dengan orang yang pengecut

Kenali karakter orang-orang di sekitarmu dengan baik. Kamu tidak bisa berharap mendapatkan perlakuan yang baik dari mereka yang nyalinya terlalu kecil. Saking ciut keberaniannya, mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri pun enggan. Malah kamu yang disalahkan.
Ada pengecut yang bilang dulu dengan wajah takut-takut dan minta belas kasihan padamu supaya kamu menolongnya. Dia memintamu agar membelanya ketika kesalahannya terkuak. Akan tetapi, ada pula pengecut yang penampilannya garang. Alih-alih ia memintamu supaya melindunginya, justru langsung saja menyalahkanmu.
Bicaranya lantang seakan-akan tahu betul bahwa kamu memang bersalah. Orang begini sulit dilawan kecuali dirimu memiliki bukti kuat yang dapat mematahkan tuduhannya. Saat itulah dia baru tak berkutik lagi. Ini pun belum tentu membuatnya mau mengakui kesalahan diri. Paling-paling ia cuma diam atau pergi.
5. Sengaja biar kamu gak betah

Orang yang tidak menyukaimu akan melakukan segala cara untuk menyingkirkanmu. Salah satu caranya ialah dengan menciptakan kesan kamu memang bersalah atas berbagai hal. Harapannya, bukan cuma dia yang akan menyalahkanmu. Orang-orang di sekitar kalian pun lama-lama terpengaruh oleh tuduhan-tuduhannya.
Bahkan reaksi mereka dapat lebih emosional. Ketika inilah ia akan cuci tangan dengan menarik diri dari kegaduhan. Dia yang memulai dengan provokasi lalu orang lain yang akan menyelesaikan sisanya. Targetnya adalah kamu hengkang dari suatu tempat. Misalnya, mundur dari jabatanmu di kantor atau bahkan berhenti bekerja sepenuhnya.
Kenali motif persaingan yang gak sehat begini di mana pun dirimu berada. Kalau kamu telah meraba tujuannya terus menyalahkanmu, jangan gentar menghadapinya. Bahkan bila ia berhasil memengaruhi sebagian orang supaya ikut menyalahkanmu, fokuslah untuk mencari bukti bahwa dirimu sama sekali gak bersalah. Pertahankan posisimu dan jangan memberinya piala kemenangan lewat cara yang curang.
Orang bisa menyalahkanmu dengan atau tanpa kamu benar-benar melakukan kekeliruan. Justru terkadang makin benar tindakanmu makin beberapa orang tidak menyukainya. Lakukan introspeksi sambil tetap mewaspadai maksud mereka yang sesungguhnya.