Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Sebab Orang Meninggalkan Kenyamanan dan Memulai lagi dari Nol

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Emiliano García Garrido)

Siapa yang tidak menginginkan kenyamanan hidup? Semua orang pasti berusaha untuk membuat hidupnya senyaman mungkin, bukan justru sebaliknya alias sengsara. Salah satu indikator kenyamanan hidup ialah kebutuhan dan keinginan yang bisa terpenuhi dengan mudah.

Maka pekerjaan dan pendapatan yang bagus menjadi penting agar seseorang dapat hidup dengan nyaman. Tapi beberapa orang yang sudah mencapai standar umum kenyamanan hidup malah seperti menyia-nyiakannya dengan meninggalkannya begitu saja. Misalnya, mereka melepaskan pekerjaan bergengsi yang memberikan pendapatan tinggi.

Pekerjaan barunya bisa membuatmu kaget karena gak sebaik pekerjaan lamanya. Atau, seseorang yang kehidupannya amat terjamin karena privilese dari orangtuanya memutuskan berkelana dan mencari pekerjaan murni atas usahanya sendiri. Apa yang mendorong mereka sampai berani meninggalkan kenyamanan dan memulai lagi dari nol? Berikut uraiannya.

1. Menyadari adanya keburukan dalam kenyamanannya selama ini

ilustrasi suasana pesta (pexels.com/Jonathan Nenemann)

Nyaman dan baik kadang tidak beriringan. Keadaan yang paling ideal adalah kehidupan yang nyaman sekaligus baik. Tapi ada kalanya seseorang dibuat bimbang oleh pilihan melanjutkan kenyamanan yang mengandung keburukan atau meninggalkannya demi kebaikan yang besar.

Contohnya, seseorang sudah hidup kaya raya. Dari segi kenyamanan dunia, ia memperolehnya. Namun, dia sadar bahwa tidak semua kekayaannya didapatkan dari cara-cara yang baik. Bahkan mungkin sebagian besar hartanya merupakan hasil kejahatan. Saat kesadaran ini sudah muncul, nurani tidak bisa terus dibungkam.

Setelah cukup lama ia mencoba menikmati saja kekayaannya, akhirnya dia gak kuat terus berpura-pura bahagia. Kondisi hidupnya yang dari luar terlihat begitu ideal justru menjadi sumber siksaan baginya yang kian membesar. Saat ia tidak mampu lagi menanggung konflik batin yang dialami, dia memutuskan buat melepaskan saja semuanya. Hanya dengan begitu ia dapat merasakan kenyamanan yang sejati.

2. Ingin kehidupan yang lebih bermakna

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Phong Vo)

Dahulu seseorang mungkin sama sekali tidak peduli pada pemaknaan hidup. Ia menjalani hari-harinya dengan sikap yang amat praktis, yaitu terpenting hidupnya berjalan. Dia bahkan berpikir bahwa semua orang juga menjalani kehidupannya dengan cara seperti itu. Kalaupun ada 1 atau 2 orang yang susah-susah menggali makna hidup, menurutnya itu hanyalah kebodohan.

Baginya, makna hidup tidak lebih dari kehidupan yang asal berjalan dan menyenangkan. Masa bodoh dengan tujuan hidup yang lebih hakiki dan visi misi yang besar. Namun, seiring berjalannya waktu dia dapat merasa terganggu dengan pandangannya sendiri mengenai makna hidup. Makin ke sini ia makin merasa hidupnya kosong.

Dia mulai memikirkan kemungkinan diperlukannya pemaknaan hidup yang lebih mendalam. Karena ia tidak bisa menemukan makna yang seperti itu dalam kehidupannya selama ini, maka dia pun terpikirkan untuk mengubah total kesehariannya. Termasuk dengan meninggalkan seluruh kenyamanan hidupnya selama ini yang meski terasa menyenangkan, tetapi cuma bertahan sebentar lalu segera digantikan dengan kehampaan.

3. Rindu tantangan

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Flávio Santos)

Orang mendambakan kenyamanan hidup terutama saat sudah lelah menghadapi berbagai tantangan yang seperti tidak akan berakhir. Namun setelah seseorang cukup lama menikmati kenyamanan hidup, ia bisa kembali merindukan tantangan. Sebab walaupun tantangan terkadang membuatnya ingin menyerah, juga bikin hidupnya terasa lebih menggairahkan.

Kemampuannya diuji. Ketika ia berhasil menaklukkan tantangan, kepuasan yang dirasakan melampaui semua kelelahannya. Dia akan mencari-cari tantangan dimulai dari yang paling mudah untuknya sekarang. Nanti lambat laun ia meningkatan level kesulitan dalam tantangannya demi merasakan kepuasan yang lebih besar ketika berhasil.

Makin dia giat menantang diri, kenyamanan hidup pun makin ditinggalkannya. Di titik ekstrem pencarian tantangan, ia dapat seolah-olah menyia-nyiakan kenyamanan hidupnya hingga kelak kembali menginginkannya. Idealnya, antara kenyamanan hidup serta tantangan cukup seimbang. Terlalu nyaman maupun begitu keras pada diri hanya akan berujung ketidakpuasan.

4. Demi orang yang amat disayangi

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Elias Souza)

Selogis apa pun seseorang, ada titik untuknya termakan oleh kuatnya perasaan. Biasanya, hal yang membangkitkan emosinya dengan begitu kuat ialah orang-orang terdekat. Demi orang yang amat disayangi, ia bisa melakukan apa saja. Termasuk meninggalkan kenyamanan hidup yang menjadi impian semua orang. 

Misalnya, orang yang menjalin hubungan jarak jauh dengan kekasihnya. Pekerjaannya sudah amat bagus. Namun ketika pasangan memintanya untuk pindah ke kotanya karena dia gak kuat menjalani LDR, ia pun rela melepaskan pekerjaan tersebut. Di kota yang baru, dia mesti mencari pekerjaan lagi.

Kalaupun ia mendapatkan pekerjaan, barangkali tidak sebaik pekerjaan sebelumnya. Ini tentu memengaruhi kenyamanan hidupnya dari sisi finansial. Akan tetapi, di sisi lain dia juga merasakan kenyamanan yang tidak diperolehnya saat berjauhan dari kekasih. Keseimbangan ini membantunya lebih sabar dalam menjalani pekerjaan baru yang tidak memberinya pendapatan tinggi.

5. Perasaan terhina

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Kenneth Surillo)

Setiap orang memiliki harga diri yang harus dijaga. Jika harga diri ini sampai terluka oleh penghinaan, seseorang bisa melakukan apa saja untuk menegakkannya kembali. Meninggalkan kenyamanan hidup demi harga diri bukanlah tindakan yang mustahil untuknya. Bahkan langkah ini dapat diambil tanpa berpikir dua kali.

Contohnya, orang yang selalu diejek gak akan bisa sukses kalau tanpa privilese dari orangtuanya yang punya nama besar. Setiap keberhasilannya selalu dikaitkan dengan orang dalam. Meski dia berusaha bersabar, tentu harga dirinya terluka juga. Seakan-akan ia tidak memiliki kemampuan sedikit pun untuk meraih keinginannya sendiri.

Dia tidak membenci kejayaan orangtuanya. Namun, ia dapat menanggalkan semua kenyamanan hidupnya selama ini demi membuktikan bahwa cemoohan itu tidak tepat ditujukan padanya. Dia yakin mempunyai kemampuan yang lebih besar daripada perkiraan orang-orang. Ia mungkin akan tinggal jauh dari keluarga dan melepaskan semua fasilitas yang selama ini diberikan padanya.

Melepaskan kenyamanan hidup jelas bukan hal mudah. Terkadang orang yang sudah meninggalkannya menjadi ragu di tengah jalan dan menyesali keputusannya yang gegabah. Akan tetapi, ada pula orang yang puas dengan keputusannya dan merasa lebih berkembang setelah memulai kehidupannya yang baru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us