Secara umum, orang pendiam memang biasanya sering diidentikkan dengan karakter introver. Meski tak selalu demikian, orang pendiam kerap dianggap memiliki kepribadian tertutup, anti-keramaian, sulit diajak ngobrol, dan seolah sibuk dengan dunianya sendiri. Beberapa orang malah ada yang langsung memberikan label negatif tertentu meski tak mengenalnya secara langsung.
Lima stereotip berikut ini setidaknya bisa kamu jadikan pedoman agar tak langsung menebak karakter mereka secara gamblang!
Dalam lingkungan sosial tertentu, sebagian orang biasanya akan menganggap orang pendiam itu sensitif, baperan dan sering ngambek. Meski tak selamanya salah, anggapan tersebut tak boleh diberlakukan pada semua manusia dengan karakter pendiam. Perhatikan lingkungan terdekatmu, berapa banyak orang berkarakter ceplas-ceplos yang malah tak terima saat hal pribadinya digembar-gemborkan di depan umum.
Jadi, sensitif atau baperan sama sekali tidak ada kaitannya dengan karakter pendiam atau cerewet. Intinya jika mau bercanda, jangan lihat siapa orang yang akan diajak bicara, tapi perhatikan apa yang menjadi objek pembicaraan tersebut. Berani jamin, orang pendiam juga akan ikut cekakak-cekikik saat diajak bercanda dengan topik bahasan yang masih dalam taraf kewajaran.
Jangan karena melihat orang pendiam itu jarang ngomong dan sering menyendiri, kamu langsung menjulukinya dengan sebutan egois atau sombong. Tak perlu memakai bahasa yang rumit, sikap egois atau sombong justru sangat dihindari oleh orang dengan karakter pendiam.
Kamu kan tidak tahu bagaimana dia berusaha keras agar terlihat santun dan ramah di depan banyak orang meski hal tersebut sangat sulit dilakukan. Meski tak kentara, orang pendiam justru sangat peduli dengan keadaan sekitar dan sama sekali tidak menganggap dirinya besar kepala. Lah, apa juga yang patut disombongkan dari seorang pendiam sih?
Sadar dirinya punya banyak kekurangan, seorang pendiam tentu saja sangat terbuka atas saran dan kritik yang ditujukan padanya. Apalagi jika saran dan kritik tersebut sifatnya membangun, hal tersebut akan membuatnya semakin mawas diri atas setiap langkah hidup yang dilakukannya.
Setiap perbedaan atas segala hal di lingkungan terdekatnya pun selalu jadi bahan introspeksi bagi dirinya untuk terus memperbaiki diri. Namun ingat, kritik atau perbedaan tersebut bukan menjadi alat untuk menjatuhkan harga diri satu orang dengan orang lainnya. Karena perbedaan itu fitrah, melakukan kritik juga harus benar-benar terarah.
Di dunia ini tak ada satu pun pendapat yang mengungguli pendapat lain yang menjadikannya beranggapan merasa paling benar sendiri. Dalam melihat sebuah hal atau permasalahan tertentu, setiap orang tentu saja memiliki sudut pandang atau perspektif pendapatnya masing-masing.
Termasuk ketika orang pendiam menuliskan ide dan pendapatnya, bukan berarti pendapatnya tersebut menginformasikan bahwa dirinya adalah orang yang paling benar. Meski orang pendiam tak merasa dirinya paling benar, akan saja orang-orang di sekelilingnya yang beranggapan bahwa ia besar kepala. Tak mengapa, mau orang jungkir balik menganggap si pendiam merasa paling benar, hal tersebut bukan menjadi alasan baginya untuk tetap tidak merendahkan orang lain.
Nah, ini nih yang menjadi dasar utama seseorang selalu menganggap orang pendiam selalu berkutat dengan sikap 'diam'-nya. Padahal tak selalu benar, meski pendiam, pada momen-momen tertentu, dia juga bisa terlibat obrolan panjang dengan orang lain, lho!
Memang sih intensitasnya tidak sebanyak orang ngobrol pada umumnya, namun mereka juga akan tetap berinteraksi dengan lingkungan sekitar pada situasi tertentu. Seperti halnya orang cerewet yang tidak selalu harus nyerocos, orang pendiam juga tidak akan selamanya diam seperti patung.
Jadi, apa pun yang orang lain pikirkan tentang dirinya, si pendiam akan tetap merasa dirinya sebagai makhluk Tuhan yang masih punya banyak kekurangan. Segala macam bentuk kritik, saran, dan perhatian lebih diterima dengan ikhlas dan lapang dada!