Bagi sebagian orang, tak mudah mengatakan bahwa apa yang terjadi di masa lalu harus dibiarkan berlalu. Meski katanya waktu akan menyembuhkan, trauma yang terbentuk justru membekas dan meninggalkan rasa sakit yang mendalam.
Namunm seperti halnya luka fisik, luka batin juga bisa disembuhkan jika dirawat dengan tepat. Memulihkan trauma masa lalu jelas tak mudah. Namun, jika kamu merasakan deretan hal ini, maka kondisimu berarti sudah jauh lebih baik dan peluangmu untuk pulih kian besar.
Akhirnya kamu menyadari bahwa luka dan trauma hanyalah bagian dari perjalanan hidup yang tak bisa dihindari. Semua orang pasti melaluinya meski dengan kisah yang berbeda. Segala kejadian menyakitkan juga berada di luar kehendakmu, jadi jangan salahkan dirimu atas apa yang terjadi.
Lagi pula, rasa sakit hadir untuk memberikan pelajaran berharga dan memberimu kesempatan untuk berkembang. Ingat, pelaut yang tangguh tak terbentuk dari ombak yang tenang. Oleh karena itu, kamu harus berterima kasih kepada dirimu karena telah bertahan walau keadaan tak mudah.
Seseorang dengan trauma biasanya menjadi sosok yang terlalu keras mengkritik diri. Ia bahkan tak bisa menoleransi kekurangan karena segala sesuatu harus tampak sempurna di matanya. Ada berbagai alasan di balik fenomena ini, entah karena ingin mendapat validasi atau terbiasa menyalahkan diri sendiri atas kejadian buruk yang menimpa.
Namun, ketika mulai berdamai dengan keadaan, ia akan memahami bahwa tak ada satu pun manusia sempurna di muka bumi, tak peduli sekeras apa usahanya. Oleh karena itu, ia belajar menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, yang dimulai dengan memaafkan dan menerima segala kekurangan yang dimiliki.
Berbagai ketakutan di kepala bisa mencegah seseorang menjadi percaya diri. Bukan tak mungkin, skenario buruk diciptakan dan dipercaya sebagai kenyataan yang akhirnya menghambat ia untuk melangkah. Padahal semuanya belum tentu terjadi.
Ketika berhasil pulih dari trauma, kamu mulai mengubah pola pikir dan menerapkan growth mindset yang memungkinkanmu lebih percaya diri dan mau mengambil tantangan. Kamu percaya, bahwa kesempatan tak datang dua kali dan hasilnya berada di luar kendali. Namun yang paling penting kamu sudah mencoba dan melakukan yang terbaik.
Rasa percaya diri yang tumbuh akhirnya mendorongmu menyusun berbagai tujuan hidup yang membuat langkahmu lebih terarah. Saat ini kamu tahu bahwa kamu punya kuasa penuh atas hidupmu sendiri. Oleh karena itu, kamu memutuskan hidup sesuai keinginan dan tak lagi tak membiarkan orang lain memegang setir.
Meski begitu, kamu tak serta-merta membiarkan ambisi mengalahkan segalanya. Bagimu, berpikir realistis dan keseimbangan diri tetap yang utama. Oleh karena itu, kamu menyesuaikan target sesuai kapasitas yang dimiliki.
Trauma dan luka memang tak kasat mata, tapi ini bisa terlihat dari perilaku sehari-hari. Misalnya, perubahan mood yang drastis serta kecenderungan menarik diri dari kehidupan sosial. Kedua hal ini yang kemudian berpotensi memunculkan konflik dalam hubungan, baik dengan keluarga maupun teman.
Namun, kemampuan sosialmu perlahan akan membaik setelah berhasil sembuh dari luka masa lalu. Kamu mulai bisa mengendalikan dan membuka diri kepada orang lain. Kamu juga belajar untuk memulihkan trust issue sembari tetap mengelola ekspektasi di kepala.
Jika kamu mulai merasakan lima hal di atas, tandanya kamu keadaannmu sudah jauh membaik. Tepuk pundakmu dan berterima kasihlah pada diri sendiri karena berhasil bertahan melalui masa-masa sulit. Berada di titik ini pastinya bukanlah yang mudah. Selamat, kamu hebat!