Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tipe MBTI dengan Coping Mechanism Paling Unik, Kamu Termasuk?

Ilustrasi stress (freepik.com/freepik)
Ilustrasi stress (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • INFP menggunakan kreativitas untuk mengatasi stres dengan menulis, melukis, atau menciptakan cerita fiksi.
  • ISTP lari ke aktivitas fisik yang menantang seperti hiking atau olahraga saat stres.
  • ENFJ sibuk membantu orang lain dengan masalah mereka sebagai cara mengatasi stres.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah gak sih kamu penasaran kenapa setiap orang punya cara berbeda dalam menghadapi stres? Ada yang langsung curhat ke teman, ada yang malah menyendiri, atau bahkan ada yang jadi workaholic. Ternyata, cara kita mengatasi masalah ini erat kaitannya dengan tipe kepribadian MBTI, lho!

Setiap tipe MBTI punya coping mechanism yang unik sesuai dengan preferensi dan karakteristik mereka. Beberapa di antaranya bahkan terlihat aneh atau berlawanan dengan logika umum. Tapi percaya deh, cara-cara ini efektif banget buat mereka. Yuk, simak lima tipe MBTI dengan coping mechanism paling unik yang mungkin bisa bikin kamu tercengang!

1. INFP

Ilustrasi melukis (freepik.com/freepik)
Ilustrasi melukis (freepik.com/freepik)

INFP punya cara unik banget dalam menghadapi stres, yaitu dengan melarikan diri ke dunia kreatif mereka sendiri. Ketika dunia terasa terlalu keras, mereka akan tenggelam dalam menulis, melukis, atau bahkan menciptakan cerita fiksi di kepala mereka.

Yang bikin unik, INFP gak cuma sekadar menghindar dari masalah. Mereka justru menggunakan kreativitas sebagai cara untuk memproses emosi dan mencari solusi. Lewat karya seni atau tulisan, mereka bisa mengekspresikan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Jadi, jangan heran kalau INFP di sekitarmu tiba-tiba jadi super produktif berkarya saat lagi down.

2. ISTP

ilustrasi olahraga (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi olahraga (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kalau kebanyakan orang curhat atau nangis saat stres, ISTP malah lari ke aktivitas fisik yang menantang. Mereka bisa tiba-tiba pergi hiking sendirian, olahraga sampai kelelahan, atau bahkan membongkar dan memperbaiki barang-barang di rumah.

Buat ISTP, gerakan fisik adalah cara mereka "berbicara" dengan emosi. Lewat aktivitas yang butuh fokus tinggi, mereka bisa mengalihkan pikiran dari masalah sekaligus merasakan kepuasan dari pencapaian fisik. Yang unik, mereka sering menemukan solusi masalah justru saat sedang bergerak, bukan pas lagi duduk merenung.

3. ENFJ

Ilustrasi bekerja (pexels.com/Ivan Samkov)
Ilustrasi bekerja (pexels.com/Ivan Samkov)

ENFJ punya coping mechanism yang paradoks banget. Saat mereka lagi stres atau punya masalah pribadi, bukannya fokus menyelesaikan masalah sendiri, mereka malah sibuk membantu orang lain dengan masalah mereka.

Mereka percaya kalau dengan membuat orang lain bahagia, perasaan buruk mereka akan hilang dengan sendirinya. ENFJ bahkan rela mengorbankan waktu tidur dan kesehatan demi memastikan semua orang di sekitar mereka baik-baik saja. Sayangnya, cara ini sering bikin mereka burn out karena lupa merawat diri sendiri.

4. INTJ

Ilustrasi bekerja (freepik.com/drobotdean)
Ilustrasi bekerja (freepik.com/drobotdean)

INTJ punya cara yang sangat sistematis dalam menghadapi stres, sampai-sampai mereka bisa bikin spreadsheet atau diagram untuk menganalisis perasaan mereka sendiri. Mereka akan memecah masalah jadi bagian-bagian kecil, mencari pola, dan membuat rencana detail untuk mengatasinya.

Yang bikin unik, INTJ sering menggunakan pendekatan logis untuk hal-hal yang sebenarnya emosional. Mereka bisa bikin timeline kejadian, menganalisis cause and effect, bahkan sampai membuat pros and cons list untuk setiap solusi yang mungkin. Buat mereka, emosi juga bisa diatur seperti proyek kerja!

5. ESFP

Ilustrasi belanja (freepik.com/freepik)
Ilustrasi belanja (freepik.com/freepik)

ESFP punya kecenderungan unik saat menghadapi masalah, yakni mereka akan mengisi jadwal mereka dengan aktivitas sosial sebanyak mungkin. Party, hangout, shopping bareng teman, atau bahkan sekadar nongkrong di mall jadi pelarian utama mereka.

Berbeda dengan tipe lain yang mungkin butuh waktu sendiri saat stres, ESFP justru takut sendirian karena takut harus menghadapi pikiran negatif. Mereka percaya kalau terus berinteraksi dengan orang lain, energi positif dari sekitar akan "menular" dan membuat mereka merasa lebih baik. Tapi kadang, cara ini malah bikin mereka kelelahan sosial tanpa benar-benar menyelesaikan akar masalah.

Meskipun beberapa coping mechanism di atas terlihat unik dan anti-mainstream, penting untuk diingat kalau setiap orang punya cara berbeda dalam menghadapi stres. Yang terpenting adalah memahami kalau cara kita mengatasi masalah itu efektif dan gak merugikan diri sendiri atau orang lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us