5 Tips Self Improvement agar Hidup Tidak Stagnan, Penuh Peningkatan!

Ibaratnya sebuah kapal yang tengah mengarungi samudera, kita tentu membutuhkan kompas sebagai penunjuk arah. Arah yang kita tuju. Sebuah tempat yang selalu berada di bayang-bayang kita. Perihal keindahannya, perihal kemegahannya, dan juga perihal keistimewaannya.

Sama halnya dengan kehidupan kita. Apa yang kita butuhkan adalah tujuan. Sehingga kita punya motivasi yang mendorong kita untuk melangkah. Sepelan apapun itu. Seperlahan apapun itu. Pada intinya kita tidak diam pada satu kondisi yang tidak melahirkan pergerakan sama sekali. Atau lebih tepatnya kita tidak stagnan.

Zona nyaman memang jagonya untuk membuat kita merasa aman. Sebab tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Tapi, dari sinilah masalah itu bermula. Ketika kita tidak pernah mau mengajak diri untuk melenting. Mencoba berbagai tantangan untuk menemukan sebuah fakta, bahwa hidup yang tidak diperjuangkan, tidak layak untuk dimenangkan.

Di sinilah self improvement berperan. Di mana ia menyadarkan kita. Bahwa jiwa yang tangguh adalah yang terbiasa dengan latihan, bukan dengan rebahan seharian di ranjang. Lantas apa yang diharapkan oleh diri kita kalau hanya senantiasa bermalas-malas. Tentu tidak ada.

Karakter lahir dari kebiasaan. Kebiasaan dibentuk dari apa yang kemudian jadi rutinitas diri kita. Dari tindakan-tindakan yang paling kecil, sampai yang paling kompleks. Seperti terbiasa untuk bangun di awal waktu. Kemudian memulai hari dengan warna yang positif. Membaca beberapa lembar halaman buku yang berisi inspirasi, atau menulis tentang refleksi diri. Itu tentu membawa atmosfer yang berbeda.

Usahakan untuk menjaga konsistensi. Sebab yang utama adalah keberlanjutan. Bukan kesempurnaan. Jikalau mengejar kesempurnaan, niscaya kita tidak akan mencapainya. Tapi tindakan yang dipertahankan secara terus menerus akan memberikan dampak nyata yang penuh arti untuk kehidupan kita. Tidak percaya? Mari buktikan lewat self improvement.

Di dunia yang dinamis ini, kita tidak boleh statis. Sebab kita harus mengikuti ritme yang tengah bergerak. Jangan pernah berhenti untuk terus belajar. Bikin diri kita aktif, bukan pasif. Pelajari kemampuan yang kita rasa masih kurang. Misal dalam berbahasa Inggris. Jangan hanya pasrah saja. Pacu diri sampai kita bergumam "oh ternyata begini ya rasanya ngomong seperti native speaker".

Apakah hal yang seperti itu mustahil untuk diraih? Tentu self impromevent datang yang paling pertama untuk membantahnya. Sebab yang yang selama ini kita tampakkan adalah daya saing yang rendah untuk mengarungi kehidupan. Padahal, kalau kita mau bikin gebrakan, stagnasi bakal pergi dari kamus hidup kita.

Percaya diri itu penting, tapi sadar diri jauh lebih penting. Maksudnya adalah, kita harus sering-sering bercermin. Bukan untuk melihat seberapa ganteng atau cantik tampang kita, tapi sudah sejauh mana kita melangkah. Seperti menulis pencapaian-pencapaian di pekan lalu, syukuri hal-hal yang sudah kita wujudkan, atau merenungi perihal kegagalan yang pernah kita alami. Dengan begitu, kita jadi paham kekuatan dan kelemahan diri kita.

Nah, selanjutnya adalah melangkah terus tanpa berhenti. Di mana impian kita adalah menjadi insan yang sebagaimana mestinya. Yaitu yang berani mengambil resiko, berani mencoba untuk mengetahui seberapa jauh kita harus menekan, juga berani gagal dengan menjadikannya sebagai proses pendewasaan, sampai kesuksesan berada di genggaman tangan.

Jangan lelah untuk melakukan self improvement agar hidup kita tidak membosankan. Penuh dengan langkah berani yang membawa pada podium juara. Sudah siap untuk merengkuhnya?