5 Upaya Elmi Sumarni Ismau Kenalkan GARAMIN pada Publik, Salut!

Pada Kamis (16/12/2021), Elmi Sumarni Ismau menuturkan bahwa perjalanannya dalam memperjuangkan hak-hak penyandang difabel agar tidak dibeda-bedakan pada akhirnya menemui kerikil besar saat pandemik melanda Indonesia pada 2020. Elmi terpaksa harus memutar otak dan melakukan berbagai upaya untuk membuat GARAMIN (Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk Inklusi) bernapas panjang.
Dengan dana yang tidak memadai, Elmi dan rekan-rekan menjelajah ke penjuru Nusa Tenggara Timur untuk mendapatkan sokongan secara sukarela dari pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan organisasi-organisasi lain. Berkat kegigihan dan tekad yang kuat, Elmi bahkan dianugerahi SATU Indonesia Awards karena dedikasinya kepada penyandang difabel selama pandemik.
Setiap hari, Elmi tidak ingin kehilangan momentum untuk memperkenalkan GARAMIN kepada masyarakat agar penyandang difabel memiliki kedudukan yang sama dan tidak dipandang sebelah mata. Berikut ini beberapa upaya Elmi dan rekan-rekan GARAMIN yang sangat menginspirasi dan pantang menyerah. Salut!
1. Membangun koneksi dengan pemerintah

Dalam menjalankan kegiatannya, Elmi menuturkan bahwa ia dan rekan-rekannya sering mengunjungi kantor-kantor pemerintah untuk membangun koneksi. Meskipun kedatangan mereka kerap dianggap memiliki maksud tertentu atau hendak meminta-minta, tetapi Elmi mempertegas bahwa tujuan mereka berkunjung adalah murni silaturahmi saja.
Saat kunjungan Elmi dan rekan-rekan GARAMIN mulai disambut baik oleh pemerintah, barulah mereka memaparkan ide-ide mereka untuk mendapatkan bantuan atau sekadar berkolaborasi dalam merealisasikan kegiatan-kegiatan tertentu. Bagi Elmi, membangun koneksi dengan pemerintah adalah langkah pertama yang harus dilakukan untuk mempercepat inklusi penyandang difabel di Nusa Tenggara Timur.
"Selama ini, masyarakat selalu melihat bahwa penyandang disabilitas itulah yang selalu membutuhkan belas kasihan. Namun, sebenarnya yang ingin saya ubah adalah bahwa difabel berdaya, dan difabel bisa melakukan berbagai hal seperti orang non-difabel," ucap Elmi Sumarni Ismau dalam memperjuangkan hak-hak penyandang difabel agar sama di mata masyarakat.
2. Terjun ke lapangan

Meskipun memiliki keterbatasan, tetapi hal tersebut tidak mengurangi perjuangan Elmi dan rekan-rekan GARAMIN dalam menunjukkan kepada masyarakat bahwa penyandang difabel itu berdaya dan mampu melakukan berbagai hal. Elmi bahkan menceritakan bahwa ia sempat terjun langsung ke lapangan untuk melakukan penelitian terkait stereotip masyarakat terhadap penyandang difabel.
Saat itu, Elmi menemukan bahwa penyandang difabel masih dicap "kelas dua" yang tidak bisa melakukan apa-apa untuk kelangsungan hidup mereka. Orang-orang hanya melihat ketidakmampuan penyandang difabel untuk melihat sebagai sebuah kekurangan tanpa mengetahui kelebihan mereka.
Oleh karena itu, Elmi dan rekan-rekan GARAMIN akhirnya memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan mengajak mereka bercerita dan berdiskusi terkait apa itu sebenarnya isu disabilitas. Selain memperjuangkan hak-hak yang sama, Elmi juga ingin penyandang difabel memiliki kehidupan yang nyaman saat berada di tengah-tengah masyarakat.
3. Memanfaatkan media sosial

Di era yang serbateknologi dan canggih ini, Elmi tidak ingin kehilangan momentum dengan memanfaatkan media sosial dalam mempromosikan GARAMIN kepada masyarakat Nusa Tenggara Timur hingga ke seluruh Indonesia. Elmi dan rekan-rekan bahkan rutin membagikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan GARAMIN melalui kanal Instagram atau Facebook agar bisa dijangkau secara luas.
Selain itu, Elmi juga mempersilakan wartawan yang ingin meliput kegiatan GARAMIN secara langsung ke lapangan. Dengan membangun koneksi dengan wartawan, Elmi berharap bahwa masyarakat yang belum pernah mendengar tentang GARAMIN pada akhirnya akan mengetahui maksud dan tujuan mereka untuk memperjuangkan hak penyandang difabel.
"Semakin banyak kita membangun koneksi dengan wartawan atau media, itu akan sampai ke orang-orang yang mungkin belum mendengar tentang GARAMIN," tutur Elmi Sumarni Ismau saat diwawancara tentang upaya memperkenalkan GARAMIN kepada masyarakat.
4. Membuka kelas menulis jurnalisme warga

Melalui kegiatan jurnalisme warga, Elmi dan rekan-rekan GARAMIN membuka kelas menulis dengan partisipan yang mencapai lebih dari 200 orang, termasuk penyandang disabilitas. Kegiatan ini tentu saja memberikan jalan untuk Elmi dan rekan-rekan untuk memperkenalkan GARAMIN kepada masyarakat.
Dari 200 orang partisipan yang mengikuti kelas menulis ini, tersisa 35 orang yang hasil tulisannya diseleksi oleh dewan juri yang ditentukan. Bagi partisipan yang mengantongi gelar juara, tulisan mereka akan diunggah melalui website resmi GARAMIN, serta diberikan sertifikat dan penghargaan atas hasil kerja keras mereka.
Bagi Elmi, upaya ini dilakukan untuk meningkatkan publikasi pada website resmi dari GARAMIN dan mendorong penyandang difabel agar mampu menuliskan aktivitas dan pengalaman mereka setiap hari. Karena dengan tulisan yang dihasilkan oleh penyandang difabel, banyak orang akan termotivasi untuk melakukan gerakan yang sama dengan mereka.
5. Membuat grup WhatsApp Tanggang COVID-19 NTT Inklusi

Dibentuk pada 14 Februari 2020, GARAMIN harus memutar otak untuk sekadar bernapas panjang di tengah pandemik yang melanda Indonesia dalam mengubah streotip masyarakat terhadap penyandang difabel. Maka dari itu, Elmi dan rekan-rekan akhirnya membuat grup WhatsApp untuk bertukar ide dan saran dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan organisasi-organisasi lain.
Dengan kondisi yang serbaterbatas, Elmi dan rekan-rekan GARAMIN tidak pantang menyerah dan merencanakan kegiatan-kegiatan yang bisa membantu penyandang difabel mendapatkan kehidupan yang layak di masa pandemik. Meskipun secara daring, Elmi dan rekan-rekan GARAMIN tetap membangun koneksi dengan anggota dari grup WhatsApp tersebut yang bahkan hampir mencapai 200 orang.
Perjuangan Elmi Sumarni Ismau dan rekan-rekan dalam memperkenalkan GARAMIN tentu saja banyak menemui rintangan karena stereotip yang melekat di masyarakat. Namun, saat ini mereka mampu membuktikan eksistensi dan dedikasi mereka kepada penyandang difabel untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan tanpa di beda-bedakan dengan non-difabel.