6 Alasan Ragu Beli Rumah Subsidi, Murah tapi Khawatir Kualitas

Adanya rumah subsidi membantu masyarakat khususnya generasi muda untuk memiliki hunian pribadi. Daripada terus indekos atau mengontrak memang lebih baik kamu membeli rumah yang bisa dihuni untuk selamanya bahkan diwariskan pada anakmu kelak. Program rumah subsidi memberi kesempatan masyarakat berpenghasilan pas-pasan buat punya tempat tinggal tetap.
Hampir di semua daerah ada pengembang perumahan bersubsidi sehingga di mana pun kamu bekerja, kesempatan untuk memiliki salah satu unitnya terbuka lebar. Akan tetapi, adanya pilihan rumah berharga terjangkau ini ternyata gak selalu membuatmu langsung antusias untuk mengambilnya. Bahkan bila dananya telah mencukupi, dirimu mungkin masih maju mundur. Biasanya, ada alasan ragu beli rumah subsidimu yang membuatmu memikirkannya dua kali.
1. Cemas kualitas bahan bangunannya kurang baik

Ada harga tentu ada rupa yang berarti kamu gak bisa mengharapkan kualitas yang sama antara rumah subsidi dengan non-subsidi. Anggaran pembangunan yang terbatas berpengaruh pada jenis bahan-bahan yang dipakai. Kualitasnya agak diturunkan dari bahan-bahan yang digunakan dalam rumah tanpa subsidi.
Maka nanti harga jualnya pun menjadi lebih rendah. Untukmu yang sangat peduli pada kualitas, terlebih ini mengenai tempat perlindunganmu bersama keluarga, mungkin agak sulit menoleransinya. Terlebih setiap daerah berbeda-beda tingkat kerawanan bencananya.
Makin sering suatu daerah dilanda bencana, kualitas bahan bangunan yang diperlukan agar rumah lebih aman dari kerusakan tentu lebih tinggi. Misalnya, daerah yang sering terjadi gempa, angin kencang, serta curah hujannya tinggi. Kalau bahan bangunannya gak sebagus rumah non-subsidi, bagaimana jika nanti terjadi sesuatu yang buruk?
2. Gak siap dana bila tak lama kemudian perlu banyak renovasi

Masih berkaitan dengan kualitas bahan bangunan yang digunakan dalam rumah subsidi, ini juga berpengaruh pada kebutuhan renovasi. Seperti yang kamu tahu bahwa renovasi rumah selalu memerlukan dana yang gak sedikit. Biasanya mencapai jutaan setiap renovasi, tergantung apa saja yang perlu diperbaiki.
Setelah dirimu membayar uang muka rumah dan cicilan setiap bulannya, menganggarkan kembali dana khusus renovasi bukanlah hal yang mudah. Sebab di saat yang sama kebutuhanmu tidak cuma berkaitan dengan rumah. Kebutuhan harian bahkan sekolah anak tetap jalan bersama cicilan rumah.
Jika kurang dari 5 tahun kamu telah harus renovasi rumah padahal dibeli dalam keadaan baru, ini dapat memberatkan keuanganmu. Hitung-hitungan ini yang membuatmu belum mantap buat mengambil rumah subsidi. Jangan-jangan biaya renovasi dalam waktu dekat kalau ditambah dengan tabunganmu yang telah siap bisa buat beli rumah non-subsidi tipe paling kecil. Rumah non-subsidi terlihat lebih mahal di awal, tetapi mungkin juga lebih awet.
3. Tabungan sudah hampir mencukupi untuk rumah non-subsidi

Jika kamu tidak punya banyak pilihan dalam membeli rumah, rumah subsidi pasti langsung dipilih. Dirimu sadar bahwa dari segi pendapatan serta uang yang mampu disisihkan per bulannya cuma cukup untuk membeli rumah subsidi. Rumah non-subsidi secara otomatis sudah tereliminasi.
Akan tetapi, jika tabunganmu kurang sedikit lagi dari harga atau uang muka rumah non-subsidi tentu kamu menjadi galau. Ada perasaan yakin dirimu bisa mengejar kekurangannya dan rumah non-subsidi pun terbeli. Lalu apa yang sebaiknya kamu lakukan?
Bukankah menunda pembelian rumah dapat membuat harganya kian melambung dan dirimu tambah susah buat membelinya? Sebaiknya tetapkan waktu kapan kamu dapat memperoleh kekurangan uang bakal beli rumah non-subsidi, misalnya 3 sampai 5 tahun.
Jika hingga tahun kelima tabunganmu belum juga cukup buat beli rumah non-subsidi, sebaiknya realistis saja. Ambil rumah subsidi dan sisa tabungan dapat digunakan untuk membeli berbagai perabot. Plus, dana jaga-jaga kalau sewaktu-waktu kamu perlu merenovasinya.
4. Lokasinya jauh dan kurang strategis

Balik lagi ke soal anggaran untuk pembangunan rumah subsidi. Dana yang terbatas membuat rumah bersubsidi biasanya di bangun di lokasi yang cukup jauh dari keramaian. Tak jarang akses jalannya pun masih seadanya.
Ini barangkali gak masalah bagi sebagian orang, terpenting fisik rumahnya terbeli dulu. Toh, semua wilayah pada akhirnya bakal tambah berkembang. Bahkan membeli rumah subsidi dengan harga miring bisa memberikan keuntungan berlipat bertahun-tahun kemudian ketika lingkungannya kian ramai.
Tapi, dirimu mungkin termasuk yang berpikir berbeda. Jauhnya lokasi menyusahkanmu untuk beraktivitas. Ongkos transportasi menjadi meningkat. Kamu yang terbiasa indekos atau mengontrak di pusat kota pun lebih sulit beradaptasi dengan lingkungan yang masih sepi serta minim fasilitas. Rasanya dirimu tak keberatan memperpanjang masa indekos atau mengontrak daripada pindah ke kawasan yang masih sepi.
5. Bentuk kurang menarik

Bentuk rumah yang ditawarkan oleh pengembang perumahan bersubsidi juga menjadi pertimbanganmu. Beberapa rumah subsidi memiliki bentuk atap yang berbeda dengan rumah non-subsidi. Misalnya, beratap hampir datar sehingga dari luar seperti kubus berpintu dan berjendela.
Tampilan rumah ini dari awal saja boleh jadi sudah membuatmu kecewa. Walau harganya lebih terjangkau, bagaimana kamu dapat mengeluarkan uang berjuta-juta buat sesuatu yang kurang memuaskanmu bahkan sejak pandangan pertama? Dirimu perlu mencari pilihan rumah bersubsidi lain yang secara bentuk hampir tak berbeda dari rumah non-subsidi.
Bentuk rumah memang gak mengubah fungsi utamanya sebagai tempat tinggal. Namun, rasa gak suka sejak pertama melihatnya memang sulit dipaksakan. Kamu pun khawatir adanya perbedaan bentuk antara rumah subsidi dan non-subsidi bakal memengaruhi kenyamanan di dalamnya. Seperti mana yang lebih panas pada siang hari? Atau, jangan-jangan air hujan gak bisa mengalir dengan baik bila atapnya hampir datar.
6. Malu jika ketahuan membeli rumah subsidi

Kali ini lebih ke persoalan gengsi yang tak bisa diingkari. Kamu akan lebih bangga jika bisa membeli rumah non-subsidi. Padahal baik rumah subsidi maupun non-subsidi, faktanya harga tanah dan bangunan memang tidak murah.
Sehingga dirimu sebetulnya tak perlu khawatir dengan cap miskin. Bisa punya rumah sendiri merupakan tanda kemampuan finansialmu telah cukup tinggi. Justru dengan adanya program rumah subsidi, kamu dan keluarga dapat kian meningkatkan kesejahteraan hidup secara bertahap.
Dari semula kalian gak punya tempat tinggal, akhirnya memilikinya juga. Bila urusan papan telah terpenuhi dengan baik, kalian akan hidup lebih tenang dan mampu fokus merencanakan masa depan. Untuk mengurangi rasa malu, kamu dapat mempercantik interior serta eksterior rumah perlahan-lahan sesuai kemampuan.
Ada beragam alasan ragu beli rumah subsidi, namun keputusan untuk membelinya berada di tanganmu. Untukmu yang yakin rumah non-subsidi lebih baik, tak apa menabung dulu untuk membeli rumah bertipe paling kecil yang ditawarkan. Namun jika kamu memerlukan tempat tinggal tetap dalam waktu dekat dan dana terbatas, rumah subsidi bisa menjadi pilihan.