5 Tanda Kamu Belum Siap Berkencan dengan Seorang Single Parent

Tidak semua orang cocok berkencan dengan seorang single parent. Masalahnya, situasi ini bukan hanya mencari chemistry dengan pasangan. Tetapi, juga mempertimbangkan peran pasangan tersebut sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Tidak mudah, kamu pun harus mempertimbangkan bagaimana kamu akan memainkan peranmu saat terlibat dengan anak-anak dari pasanganmu.
Sebenarnya, hanya kamu sendiri yang paling tahu kesiapanmu, seperti siapkah kamu menerima anggota keluarga yang datang bersama pasangan? Beberapa indikator menjalin hubungan dengan single parent ini bisa dipertimbangkan!
1. Kamu cemburu pada anak-anak

Secara alami, sifat naluriah kebanyakan manusia tidak ingin berbagi pasangannya dengan orang lain. Itulah mengapa, ada yang namanya perasaan cemburu. Namun, bagaimana jadinya, jika perasaan cemburu tersebut muncul berkat kehadiran anak-anak dari pasanganmu. Yup! Tentu saja, jika pasangan kamu tahu, mungkin ia akan segera memutuskan hubungan tersebut tanpa terkecuali. Di sisi lain, bukan tidak mungkin jika anak-anak tersebut juga cemburu terhadapmu.
Jadi, salah satu langkah pertama yang bisa kamu siapkan jika tertarik berkencan dengan single parent, kamu harus mengatasi ini. Jika kamu menjadi benar-benar kompetitif dengan anak-anak, kamu mungkin sedang bersiap-siap menghadapi hubungan yang gagal.
Perasaan kompleks ini dapat memicu ketegangan yang lebih besar jika gak ditangani. Kamu bisa mempertahankan hubungan dengan single parent ini jika kamu jujur terhadap perasaanmu. Cari tahulah bagaimana cara melepaskan diri dari perasaan cemburu tersebut.
2. Kamu menyukai spontanitas
.jpg)
Jika kamu baru pertama kali berkencan dengan single parent, kamu mungkin menyukai spontanitas dalam hubungan asmara, seperti sebelumnya. Sangat mudah untuk menghabiskan waktu bersama kapan pun tanpa mempertimbangkan banyak hal saat hanya ada kamu dan pasangan. Namun, saat kamu bersama single parent, keleluasaan menghabiskan waktu bersama tersebut mungkin perlu usaha untuk tercapai. Misalnya, kamu tidak bisa mengajak pasangan secara tiba-tiba ke makan malam romantis.
Sesuatu rencana yang bersifat mendadak ini biasanya mustahil bagi single parent. Apalagi, jika pasanganmu memang mengasuh anak-anak sendiri, tanpa ada kerabat dekat. Kamu harus berkompromi, jika mengasuh anak adalah tanggung jawab pasangan dan selalu menjadi prioritas utamanya.
Untuk itu, saat menjalin hubungan dengan single parent, cobalah menjadi lebih fleksibel. Sebenarnya, kamu bisa tetap menghadirkan spontanitas dengan cara lain. Misalnya, saat anak-anak sedang pergi karyawisata seharian.
3. Kamu mungkin kurang setuju dengan pola asuh tertentu dari pasangan

Kamu mungkin menyukai anak kecil dan mudah berbaur dengan mereka. Di sisi lain, bisa jadi kamu bingung saat melihat cara pasangan mengasuh anak-anaknya. Bisa jadi, ada pandangan berbeda yang membuat kamu ingin menghentikannya. Meskipun begitu, penting bagi kamu menyadari bahwa ada banyak cara untuk mengasuh anak. Ingat, pasangan kamu adalah orang tua kandung dari anak-anak tersebut. Jadi, pasti telah banyak pertimbangan pola asuh yang dilaluinya.
Bagi pihak eksternal, menghakimi cara pengasuhan orang tua lain, memang terdengar mudah. Namun, kemungkinan besar sikap ini akan dibenci pasanganmu. Biasanya, saat sudah menikah, cara untuk mengatasi ini berbeda-beda. Ada yang memilih menyerahkan cara mendisiplinkan anak kepada orang tua kandung saja. Ada juga yang memilih untuk menunggu waktu sampai beberapa lama, sebelum pasangan benar-benar meminta pendapat.
4. Kamu ingin bisa lebih mengendalikan waktu

Saat kamu menjalin hubungan dengan single parent, kamu harus lebih menghargai waktu mereka dalam mengembangkan hubungan lebih jauh. Maksudnya, kamu tidak bisa terburu-buru meminta untuk segera diperkenalkan kepada anak-anak dari pasangan. Mungkin, kamu merasa sudah siap dan tak sabar untuk menjadi bagian dari keluarga kecil mereka. Di sisi lain, pasangan single parent juga biasanya butuh waktu sebagai pertimbangan memperkenalkan kamu ke anak-anaknya.
Biasanya single parent sangat mempertimbangkan kesejahteraan emosional anak-anak, serta cara untuk memfasilitasi hubungan optimal antara kamu dan anak-anak. Jadi, jika kamu ingin hubungan dengan single parent berhasil, sebaiknya hargailah waktu yang pasangan harus habiskan, baik denganmu maupun anak-anak mereka. Namun, jika kamu tidak bisa bersabar terhadap pembagian waktu yang pasangan single parent berikan, mungkin kamu harus mempertimbangkan kembali untuk melangkah ke tahap yang lebih serius.
5. Kamu tidak suka anak-anak

Jika kamu tertarik dengan single parent, tentu saja kamu harus bertanya pada diri sendiri. Apakah, kamu suka dengan anak-anak? Beberapa orang dewasa mungkin tidak begitu suka anak kecil atau bahkan anak-anak tertentu. Kamu mungkin berpikir jika rasa tidak suka ini akan memudar seiring berjalannya waktu. Di sisi lain, bisa jadi nantinya kamu baru menyadari, jika kamu tak ingin membesarkan anak orang lain. Masalah lain juga bisa saja datang saat kamu ingin punya anak sendiri, sementara pasangan tak ingin lagi punya anak.
Jadi, kalau kamu menyukai pasanganmu, tetapi tidak menyukai anak-anaknya, lebih baik tinggalkan saja hubungan itu. Lebih baik bersikap berbelas kasih dirimu dan pasanganmu. Kuncinya terletak pada mendengarkan kata hati kamu sendiri, mengenai ide untuk memiliki anak dan merawat anak dari pasangan, di masa kini hingga masa depan. Kamu mungkin berpikir perasaanmu terhadap anak-anak mungkin akan berubah di kemudian hari. Namun, meskipun kondisi tersebut bisa terjadi, tidak ada yang bisa menjaminnya.
Bukan tidak mungkin seseorang menjalin hubungan harmonis dan langgeng bersama single parent. Namun, saat memilih single parent sebagai pasangan, pertimbangkanlah dengan bijak. Hubungan tersebut bukan hanya soal kamu dan pasangan. Pada hubungan yang mana pasangan sama-sama single sekalipun, kamu dan pasangan harus saling menerima dunia yang pasangan bawa satu sama lain, bukan?