6 Buku tentang Perang Saudara Spanyol yang Menyentuh Hati

Perang Saudara Spanyol (1936–1939) tak hanya melibatkan pertempuran senjata, tetapi juga perang ideologi yang mengguncang dunia pada zamannya. Konflik ini membawa dampak besar, tak hanya bagi sejarah Spanyol, tetapi juga bagi seni dan sastra. Banyak penulis dan seniman terinspirasi oleh kisah-kisah heroik, tragedi, dan dilema moral yang muncul di tengah konflik tersebut.
Buku-buku yang lahir dari periode ini memberikan perspektif yang mendalam tentang perang, bukan hanya sebagai peristiwa sejarah, tetapi juga sebagai pengalaman manusia yang kompleks. Melalui sudut pandang para penulis, kita bisa merasakan berbagai emosi yang mewarnai kehidupan di masa Perang Saudara Spanyol, seperti yang tergambar dalam buku-buku berikut.
1. In the Night of Time – Antonio Munoz Molina

Novel ini mengikuti kehidupan Ignacio Abel, seorang arsitek terkenal yang sedang memimpin pembangunan lingkungan baru di Madrid saat ideologi politik yang bertentangan mulai memecah belah Spanyol. Di tengah gejolak politik yang tidak menarik perhatiannya, Ignacio malah terobsesi dengan pekerjaannya dan perselingkuhan dengan seorang perempuan muda asal Amerika.
Keinginannya untuk melanjutkan keduanya berhadapan langsung dengan kenyataan bahwa negaranya berada dalam perang. Ignacio menjadi simbol dari orang-orang yang ingin menghindari keterlibatan dalam pergolakan zamannya, tetapi akhirnya terseret oleh arus sejarah. Novel ini menawarkan gambaran yang menyakitkan tentang betapa sulitnya melarikan diri dari kenyataan.
2. The Time of the Doves – Merce Rodoreda

Mercè Rodoreda menyuguhkan perspektif unik tentang Perang Saudara Spanyol melalui kehidupan sehari-hari Teresa, perempuan biasa yang mencoba bertahan di tengah kekacauan. Teresa menjalani hidupnya seperti dalam kabut, dengan perang yang mendekat melalui cerita-cerita yang ia dengar dan tekanan yang perlahan menghimpit kehidupan keluarganya.
Rodoreda tidak menggambarkan perang melalui adegan pertempuran, melainkan melalui pengaruhnya yang menghancurkan. Gaya tulisannya yang cepat dan penuh repetisi menciptakan ritme yang mencerminkan ketidakpastian hidup Teresa. Novel ini menggambarkan bagaimana kekerasan perang bisa meresap ke dalam kehidupan sehari-hari, bahkan tanpa disadari.
3. Savage Coast – Muriel Rukeyser

Berbeda dengan The Time of the Doves, novel ini langsung membawa pembaca ke awal pecahnya Perang Saudara Spanyol. Helen berada di Barcelona untuk meliput Olimpiade Rakyat, sebuah acara olahraga alternatif yang menjadi simbol perlawanan terhadap Nazi Jerman. Namun, perang tiba-tiba pecah dan mengubah perjalanan Helen menjadi pengalaman yang emosional.
Novel ini menggabungkan eksplorasi politik dan seksualitas yang menggambarkan Helen sebagai individu berani di tengah dunia yang kacau. Dengan latar revolusioner Barcelona, Rukeyser menciptakan kisah yang intens. Savage Coast adalah pengingat bahwa perang tidak hanya melibatkan senjata, tetapi juga perjuangan ideologis dan kesadaran pribadi.
4. A Moment of War – Laurie Lee

Memoar ini menawarkan sudut pandang seorang sukarelawan asing di Perang Saudara Spanyol. Lee, yang meninggalkan Inggris untuk bergabung dengan pasukan Republik, menceritakan perjalanan berbahaya melintasi Pegunungan Pyrenees di musim dingin. Dalam tulisannya, Lee mengenang semangat keberanian generasinya untuk melakukan sesuatu yang dianggap benar.
Namun, perang bukan tanpa ironi pahit. Lee menceritakan pertemuannya dengan seorang pria Spanyol yang melarikan diri dari wajib militer, kebalikan dari perjalanannya sendiri. Kedua pria ini berbagi malam di penjara, dengan satu bertekad untuk melawan dan satu lagi hanya ingin melarikan diri.
5. Dialogue with Death – Arthur Koestler

Arthur Koestler menceritakan pengalamannya yang mendebarkan selama 3 bulan dipenjara oleh pasukan Nasionalis di Malaga. Sebagai seorang jurnalis, Koestler memilih untuk tetap tinggal meski situasi semakin memburuk, keputusan yang hampir membuatnya kehilangan nyawa. Dalam narasi yang penuh humor gelap, ia menggambarkan kehidupan di dalam penjara dan hubungan aneh yang terjalin dengan para tahanan dan penjaga.
Koestler menunjukkan bagaimana fasisme bukan hanya teror besar, tetapi juga sesuatu yang hadir dalam tindakan dan pikiran manusia biasa. Meskipun situasi mengerikan, ia tetap mempertahankan perspektif humoris dan observasi tajam. Ini menjadikan memoarnya sebagai pengingat akan pentingnya menjaga kemanusiaan di tengah kebrutalan.
6. Lord of All the Dead – Javier Cercas

Javier Cercas mengangkat cerita Manuel Mena, paman buyutnya yang bergabung dengan pasukan fasis pada usia 17 tahun dan tewas dalam Pertempuran Ebro 2 tahun kemudian. Cercas berusaha memahami mengapa Mena rela mati untuk tujuan yang salah, sebuah pertanyaan yang menghantui keluarganya selama bertahun-tahun.
Novel ini adalah refleksi mendalam tentang warisan sejarah dan bagaimana masa lalu membentuk identitas kita. Dengan bantuan teman-teman dan kolaboratornya, Lord of All the Dead adalah kisah rumit yang penuh lapisan emosional. Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna pengorbanan.
Setiap buku tentang Perang Saudara Spanyol di atas menyajikan sudut pandang yang unik, baik tentang pengalaman individu maupun dampak besar dari konflik tersebut pada masyarakat. Nah, membaca buku-buku ini adalah cara untuk menjaga ingatan tentang masa lalu, sekaligus belajar darinya untuk masa depan.