6 Sebab Kenapa Lebih Mudah Mencintai Orang Lain Dibanding Diri Sendiri

Kamu merasa mudah memberikan perhatian, dukungan, dan kasih sayang ke orang lain, tapi malah kesulitan banget buat memberikan hal yang sama ke diri sendiri? Kenapa ya bisa gitu?
Sepertinya ada hal-hal yang lebih dalam yang mempengaruhi cara kita memperlakukan diri sendiri, dan enggak jarang hal itu bikin kita merasa kurang atau bahkan enggak cukup baik.
Mencintai diri sendiri bukan cuma soal memberi perhatian atau menghargai apa yang kita lakukan, tapi juga soal bagaimana kita memandang diri kita sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihan.
Tapi, kenapa sih banyak orang merasa lebih mudah mencintai orang lain daripada dirinya sendiri? Apakah kita terlalu keras pada diri sendiri, atau mungkin ada hal-hal yang lebih besar yang membuat kita merasa enggak layak untuk mencintai diri kita sendiri? Yuk, coba kita pahami bareng-bareng!
1. Punya ekspektasi tinggi terhadap diri sendiri

Kadang kita suka enggak sadar kalau ekspektasi ke diri sendiri itu sering terlalu tinggi. Misalnya, harus selalu sempurna, enggak boleh salah, atau bahkan enggak boleh gagal sama sekali. Tapi, ketika ekspektasi itu enggak tercapai, yang muncul malah rasa kecewa, dan akhirnya kita jadi keras banget ke diri sendiri.
Sementara, kalau ke orang lain, kita enggak segitu ribetnya. Bahkan sering bilang, "Santai aja, manusiawi kok." Tapi giliran ke diri sendiri? Kenapa ya rasanya susah banget buat kasih pengertian yang sama?
Ini ada hubungannya sama konsep self-discrepancy theory dari Edward Tory Higgins. Menurut artikelnya yang berjudul Self-Discrepancy Theory: What Patterns of Self-Beliefs Cause People to Suffer? (1989), Higgins bilang jarak antara diri ideal (apa yang kita inginkan) dan diri nyata (apa yang sebenarnya terjadi) bisa memicu emosi negatif, seperti rasa malu, kecewa, atau sedih. Di sisi lain, ke orang lain kita lebih mudah lihat sisi positifnya karena enggak punya beban emosional sebesar yang kita rasakan ke diri sendiri.
Makanya, enggak jarang kita jadi haus validasi atau perhatian dari orang lain. Bukan berarti enggak percaya diri, tapi kadang memang sulit aja buat kasih itu ke diri sendiri.
2. Dapat kritikan terus-menerus

Pernah enggak sih, kamu merasa dapat banyak kritik dari orang-orang sekitar? Entah soal penampilan, gaya hidup, atau bahkan hal-hal kecil yang kamu lakuin. Awalnya mungkin biasa aja, tapi lama-lama kritik itu bikin kamu terlalu fokus sama kekuranganmu sendiri. Sampai-sampai, kamu mulai percaya kalau kekuranganmu jauh lebih besar dari kelebihanmu. Tapi anehnya, sama orang lain kita lebih sering santai dan lebih gampang menerima mereka apa adanya.
Nah, yang sering kejadian adalah, kita jadi kebiasaan menyerap kritik dari luar dan langsung menganggap itu 100% benar. Padahal, belum tentu! Enggak semua kritik perlu kamu telan mentah-mentah.
Sekarang coba deh, pikir lagi. Kritik itu wajar kok, malah kadang bikin kita berkembang. Tapi jangan lupa juga, kasih ruang buat dirimu sendiri. Ingat, kamu tetap pantas dicintai dengan segala kelebihan dan kekuranganmu.
3. Mencintai diri sendiri dianggap egois atau narsistik

Kamu pernah dengar enggak, kalau mencintai diri sendiri itu terkadang dianggap egois atau bahkan narsistik? Gara-gara pandangan kayak gini, banyak dari kita jadi lebih sibuk mencintai orang lain dibanding diri sendiri, karena hal tersebut dianggap mulia. Lama-lama, mencintai diri sendiri malah terasa kayak sesuatu yang salah. Padahal, sebenarnya itu wajar banget, bahkan perlu!
Penting untuk tahu kalau narsistik dan mencintai diri itu dua hal yang beda jauh. Dilansir dari webmd.com, orang yang narsistik biasanya merasa lebih unggul dari orang lain, menuntut perlakuan khusus, suka manipulasi atau mengontrol orang lain, terus-menerus haus pujian, dan enggak peduli sama perasaan atau kebutuhan orang lain. Mereka percaya semua orang harus nurut sama mereka, dan aturan itu kayak enggak berlaku buat mereka.
Sementara itu, mencintai diri sendiri adalah soal menerima diri apa adanya, menghargai, dan merawat diri dengan cara yang sehat. Enggak ada hubungannya sama menganggap diri lebih baik dari orang lain.
4. Kurang mengenal dan memahami kebutuhan serta kelebihan diri sendiri

Ibaratnya, bagaimana mau cinta kalau belum benar-benar tahu siapa yang dicintai, kan? Kita lebih gampang melihat sisi baik orang lain, tapi lupa atau bahkan enggak tahu kelebihan diri sendiri. Ditambah lagi, kita sering enggak paham sama apa yang sebenarnya kita butuhkan, entah itu secara emosional, fisik, atau mental.
Hal ini berkaitan dengan konsep self-awareness dan self-compassion. Yang artinya, ketika kita lebih mengenal kelebihan, kebutuhan, dan bahkan kekurangan diri, kita jadi lebih mudah menghargai dan mencintai diri sendiri. Sebaliknya, kalau hubungan kita dengan diri sendiri lemah, kita mungkin merasa sulit untuk menerima diri apa adanya. Jadinya, kita malah sibuk kasih perhatian ke orang lain karena itu terasa lebih nyaman daripada harus menghadapi diri sendiri.
Kabar baiknya, hal ini bisa diubah! Coba mulai pelan-pelan kenal sama diri sendiri, kayak lagi bangun hubungan sama teman baru. Semakin kamu kenal, semakin kamu sayang, kan?
5. Punya pengalaman negatif di masa lalu

Kalau kamu pernah mengalami hal-hal yang enggak enak di masa lalu, kayak ditolak, enggak dihargai, atau bahkan disakiti baik itu dari keluarga, teman, atau pasangan, pasti rasanya berat banget. Luka-luka itu bisa membekas, dan tanpa sadar kita jadi fokus ke orang lain. Dengan harapan bikin mereka bahagia atau merasa dihargai, supaya akhirnya kita juga bisa dapet cinta dan perhatian yang dulu rasanya kurang.
Tapi yang sering kejadian, kita malah terjebak jadi people pleaser. Kenapa bisa begitu? Karena ketika kita belum bisa benar-benar mencintai diri sendiri, kita jadi takut banget kehilangan orang lain. Sehingga, kita terus berusaha keras buat bikin mereka bahagia dan kadang sampai lupa sama kebutuhan diri sendiri. Akibatnya, kita yang capek, kita yang habis-habisan, sementara kebahagiaan yang dicari enggak pernah benar-benar terasa.
6. Suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain

Di era media sosial yang serba ada seperti sekarang, kita jadi gampang banget membandingkan diri sendiri sama orang lain. Setiap hari, kita scrolling lihat orang-orang yang kelihatannya perfect banget, dari penampilan, pencapaian, sampai gaya hidup. Enggak jarang, semua itu bikin kita tenggelam dalam rasa insecure.
Menurut UCDavis Health, media sosial bisa berdampak negatif ke kesejahteraan kita secara keseluruhan. Mulai dari memicu kecemasan, depresi, rasa kesepian, sampai FOMO (fear of missing out). Ketika kita sering banget membandingkan diri sama orang lain yang kelihatannya lebih bahagia atau sukses, otak kita otomatis merespons dengan stres.
Bikin kita terjebak dalam perasaan minder. Kita jadi merasa kurang terus karena disuguhi gambaran hidup orang lain yang terlihat ideal. Padahal, belum tentu itu realita. Kita lebih mudah mengagumi atau mencintai orang lain karena mereka terlihat punya segalanya, sementara kita merasa diri sendiri enggak pernah cukup.
Jadi, ternyata mencintai diri sendiri itu enggak semudah yang dibayangkan, ya. Banyak hal yang mungkin enggak kita sadari yang mempengaruhi cara kita melihat diri sendiri. Tapi, percayalah, perjalanan untuk lebih mencintai diri sendiri itu penting banget dan perlu waktu. Yuk, mulai pelan-pelan belajar untuk lebih baik pada diri sendiri, karena kamu itu sama berharganya kok, seperti orang-orang yang kamu cintai.